1+1+1=3
Tidaklah mungkin 1+1+1=1
Gugurlah suatu kepercayaan bila secara sistematisnya dihitung dengan logika ataupun dapat dikatakan gila bila dalam penghitungan masih menghasilkan angka 1.
Pasangan suami istri memiliki 5 orang anak.
1(istri) + 1(suami) + 5 (anak) = 7
Hitungan sistematisnya seperti itu. Namun pada eksistensinya hitungan pada satu keluarga itu tetaplah 1 yaitu manusia. Dan satuan pada hitungan yang paling atas tetaplah eksistensinya adalah 'angka'
Indonesia memiliki 500 juta jiwa penduduk. (Pada eksistensinya tetaplah tak bergeser. Tetaplah satu yaitu manusia)
“Aku akan menghitung sampai pada hitungan ke 10. Untuk kau mengembalikan mainanku!” (Tetap pada eksistensinya, mau dihitung sampai berlaksa-laksa pun tetaplah 'angka')
So...
Berbicara tentang Allah, bukanlah berbicara pada wujudnya yang memiliki berapa? Tapi konteks memahami untuk mengenal Allah terletak pada eksistensi-Nya.
Sehebat apapun pikiran manusia menjabarkan kerumitan aritmatika, matematika, ataupun fisika. Tetaplah, eksistensi Allah takkan dapat nyata dan sempurna dalam logika manusia, jika ia tidak mengijinkan eksistensi Allah bekerja di dalam hidupnya.
Bukanlah pikiran ataupun akal untuk menembus eksistensi Allah, melainkan kerendahan hati yang mampu membuka eksistensi Allah itu sendiri.
Allah yang dahsyat, adalah Allah yang sanggup menanggung segala perkara. Allah yang hebat adalah Allah yang tak terselami dengan akal manusia. Dan Allah yang berkuasa, adalah Allah yang sanggup bekerja di dalam segala aspek kehidupanmu.
Menghitung keberadaan Allah, siapakah kita yang mampu melakukannya?
Tapi menghitung eksistensi Allah di dalam hidup kita, itulah otoritas kita yang mau menerima keberadaan Allah dengan segala ketidakmampuan yang kita miliki. Maka kita akan mengerti, manakah Allah yang benar-benar hidup di dalam kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H