Lelaplah sayang. Jiwaku yang lelah tiada lagi terhambat di persimpangan jalan. Membingungkan. Dan kecaplah nanti, di mana ia yang adalah jiwaku, habis pejam di rajam oleh keangkuhan mata-mata--yang menganggap agungnya bagai sebilah mata dewa.
Semarang, 22/12/15
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!