Lelaplah sayang. Jiwaku yang lelah tiada lagi terhambat di persimpangan jalan. Membingungkan. Dan kecaplah nanti, di mana ia yang adalah jiwaku, habis pejam di rajam oleh keangkuhan mata-mata--yang menganggap agungnya bagai sebilah mata dewa.
Semarang, 22/12/15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!