“Sakit ya, Mbak?” tanya Nabil sedikit ragu.
“Sakitlah!”
“Ke rumah sakit yuk, hihihi ....”
“Apaan sih!” gerutu Zahra yang sedang tak ingin bercanda.
“Mbak. Sebenarnya itu, kecantikan wajah seseorang bukanlah menjadi tolok ukur. Kalau Mbak cemburu, itu tandanya Mbak masih sadar diri dan merasa nggak layak dengan itu cowok. Dan kebahagiaan cowok itu sendiri telah dilepasnya. Sekalipun wajah Mbak nggak ayu karena hidungnya yang terlihat mengganggu pemandangan, tapi berbesar hati aja, karena itu tandanya hati Mbak jauh lebih cantik.” Seraya memeluk, Nabil mencoba untuk menghibur suasana hati gadis berhidung pesek.
“Nah kalau orang cantik yang cemburu gimana, Bil?” celetuk Pemulung alias genkshter yang turut mendengar percakapan mereka.
Bukan hanya itu. Terdapat juga yang turut beserta dengan pria berambut gondrong. Antara lain: Abdul, Rhet, dan tak ketinggalan juga kang Ibnu beserta kak Dian dan juga mbakMinal muncul dari balik pintu ruang tengah wisma Kpt.
“Ngapain sih pada gerombol udah pada kayak semut?” ujar Nabil menampakkan kekesalan di wajahnya.
“Ehem ...! Belum dijawab!” sindir Rhet menanti jawaban yang dilontarkan oleh Pemulung janda-janda tua. Hihihi ....
“Kalau orang cantik itu, kebalikannya dari orang jelek. Biasanya, hatinya yang jelek, karena cemburu dengan orang jelek, hihihi ....” jawab Nabil asal.
“Nah, lo termasuk golongan cewek jelek berhati cantik. Atau, cewek cantik berhati jelek?” Kini pertanyaan itu dibalikkan Rhet untuk adik perempuannya yang mirip sumbu kompor.