Sebelum memulai isi tulisan ini ijinkan penulis menghaturkan kata maaf jika ada yang kurang berkenan dalam tulisan ini, karena apa yang penulis utarakan adalah pendapat pribadi berdasarkan apa yang penulis lihat, dengar dan baca.
Pupus sudah impian selama dua puluh tahun mengidamkan emas datang ke Indonesia lewat sepakbola dalam ajang pesta olahraga se-ASEAN setelah dikalahkan oleh saudara tidak sekandung tetapi ngaku sekandung, Malaysia dengan adul penalti setelah unggul duluan Indonesia melalui kepala Gunawan Dwi Cahyo pada menit ke-4 sebelum disamakan oleh kepala Omar Mohd. Asrarudin pada menit ke-33
Sebetulnya permainan Indonesia tidak begitu buruk dibandingkan dengan Malaysia tetapi itulah sepakbola dimana ada yang kalah dan yang menang.
kita bisa lihat bagaimana perjuangan para pemain ini untuk menambah gol walaupun akhirnya penalti lah yang menentukan siapa yang mendapatkan emas.
Mungkin banyak pembaca dan pengunjung melihat tulisan ini sepertinya penulis tidak punya rasa nasionalisme terhadap negara ini termasuk sepakbola. Silakan anda berpikiran seperti itu tetapi kalaupun penulis beberkan anda pun nantinya akan mengerti kenapa penulis seperti ini.
Kita semua tahu penampilan memukau timnas ketika diawali pada perlehatan Piala Asia tahun 2007 maupun akhirnya tidak lolos ke babak kedua karena harus bersaing dengan Bahrain, Korea Selatan dan Saudi Arabia, kemudian pada Piala AFF tahun 2010 lalu dimana kita tembus final tetapi kalah pada pertemuan pertama dan menang pada pertemuan kedua dengan Malaysia tetapi kita kalah agregat, dan yang terakhir adalah saat SEA Games ini kita harus mengakui keunggulan, kecerdasan dan kepintaran pola main dari Timnas Malaysia
Tetapi apakah dari hasil permainan itu adalah membuahkan hasil ? seperti juara dan nama Indonesia tertera dalam Piala ? TIDAK ! kenapa tidak padahal permainan sepakbola kita berkembang dan menarik perhatian hingga stadion membludak sampai harus meregang nyawa, setidaknya di AFF ada satu nyawa hilang karena atre tiket final AFF dan yang terakhir 2 orang mati karena terinjak-injak hanya ingin melihat 22 pemain mengalungi emas SEA GAMES.
Timnas kita tidak menjalankan sistem seperti layaknya pekerja yaitu penghargaan dan hukuman (reward and punishment) tetapi yang ada terus adalah reward terus dan terus setiap timnas kita kalah benar tidak !?
Kenapa penulis mengatakan bahwa timnas kita ketika kalah selalu dikasih applaus dan selalu berkata walaupun bagi penulis ini bualan omong kosong alias sampah seperti ini “ besok masih ada kesempatan “ atau “ walaupun kalah, timnas sudah memperlihatkan kemampuan maksimal mereka” atau “ Walaupun Indonesia kalah dari Malaysia ,itu hanya satu kekalahan yg bisa dimenangkan suatu saat nanti ,asal kita mau lebih giat belajar dari kekalahan itu….Tetap semangat INDONESIA KU….” tetapi apakah berulang kali kalimat itu terucap atau hasil dari kalimat itu terpcau oleh para pemain dan membuahkan hasil berubah titel juara dikemudian hari seperti malam tadi ? TIDAK !!
Kalau pola reward dan punishment dijalankan, mungkin saat ini timnas kita sudah banjir titel juara bahkan bisa mengalahkan Iran dengan skor telak tetapi nyatanya para pemain kita terbuai dengan applausan dan pujian yang ga penting para pemain.
Mungkin pemain kita terbuai dengan ucapan2 semangat dari para penonton dan pendukung mereka tetapi tidak pernah masuk dan diresapi sebagai cambuk untuk kedepannya supaya lebih baik tetapi nyatanya ya seperti itu kalah terus, buaian semangat tapi kalah lagi benar tidak ?!
Mungkin para pemain ini harus mengikuti apa yang dilakukan oleh senior mereka seperti yang penulis baca dimana seorang Ronny Patinasarani harus mendekam didalam rumah selama sepekan karena malu kepada para pendukungnya lantaran gagal mengeksekusi penalti, tetapi kalau pemain sekarang penyesalan itu hanya sebentar tetapi tidak pernah berubah benar tidak ?!
Menurut penulis sudah saatnya dirombak pemain timnas ini dengan diberi reward dan punishment, reward dan punishment yang penulis maksud adalah ketika mereka menang mereka boleh lah di kasih penghargaan, hadiah berupa bonus tetapi ketika mereka kalah maka segala fasilitas yang mereka dapatkan ketika dipanggil untuk mengikuti pelatnas menjadi tanggungan para pemain misalnya membayar sendiri kamar hotel tempat mereka menginap termasuk fasilitas hotel yang mereka gunakan seperti fasilitas gym atau makanan untuk mereka selama mereka berada di arena hotel kalau perlu tiket pesawat mereka kembali ke klub menjadi tanggungan mereka.
Kenapa penulis mengatakan itu supaya mereka terpacu bagaimana caranya agar mereka tidak mendapatkan hukuman benar tidak, tetapi kalau modelnya saat ini ya jangan harap timnas kita main di level tinggi seperti Piala Asia masuk putaran kedua atau di Piala Dunia tiba-tiba memberikan tiket pulang kepada Jerman atau Brasil !
Piala Dunia 2014 sudah pasti kita akan terus jadi penonton untuk kepuluhan juta kalinya, Olimpiade juga jadi penonton, jadi sambil menunggu SEA Games 2 tahun berikutnya mulai dari sekarang terapkan reward dan punishment itu sehingga para pemain pun termotivasi, masa pemain kita kalah dengan tentara yang bertugas di garis luar perbatasan negara ini dengan segala keterbatasan mereka termasuk logistik mereka sanggup menjaga negara ini, sedangkan pemain kita dengan gaji hampir sama dengan Direksi BUMN tidak mampu membawa trofi kemenangan, ini harus dipikirkan oleh semua kalangan termasuk para pengurus PSSI.
Semoga besok buaian semangat dari para pendukung setiap kalah menjadi motivasi dan cambuk supaya lebih maju dan PUNYA RASA MALU, serta satu hal buat para pemain, official dan pengurus PSSI INGAT !! KELEDAI SAJA CUKUP DUA KALI JATUH PADA LUBANG YANG SAMA LALU BANGKIT !! kalau seperti ini terus menerus boleh donk penulis mengatakan Timnas kita LEBIH HINA daripada KELEDAI !! karena NYATAnya tidak pernah bangkit tuch dan selalu jatuh terus dalam lubang yang sama yaitu KEKALAHAN !!
Salam olahraga
Ervanca
Pendapat Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H