Mohon tunggu...
Rhesza Lorca
Rhesza Lorca Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Jakarta, besar di Bekasi, Blogger, candu tuider, nyaris tercabut nyawa lewat peluru tajam team Resmob Polres Jakpus dan akan terus menulis untuk menuntut negara ini berdasarkan cita-cita para pendiri negeri ini !!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belum Ada Judul

11 Juni 2010   12:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:36 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum menuliskan apa yang menjadi pendapat penulis ijinkan penulis menghaturkan permintaan maaf kepada para pembaca jika dalam penulisan penulis membuat pembaca dan pengunjung marah, tersinggung atau apalah apa yang penulis tulis ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak ada maksud untuk memojokkan atau mencemarkan nama baik atau organisasi lewat tulisan, sekali lagi mohon maaf.

Beberapa hari negara ini dihebohkan dengan adanya dua video yang sangat-sangat tidak pantas ditonton walaupun banyak yang penasaran, akibat peredaran video ini membuat banyak pihak kalang kabut supaya dampak dari video ini tidak menyebar dan menjadikan contoh perilaku para penontonnya terutama para pelajar.

Akibat dari peredaran film ini ini banyak pihak yang punya pekerjaan sampingan daripada pekerjaan utamanya, seperti kita lihat Polisi yang selama ini hanya menerima laporan warga serta menyelidikinya sekarang pun sering berkunjung (atau bahasa kerennya berpatroli) ke setiap warnet, memeriksa bilik-bilik daripada pengguna internet atau berkunjung ke sekolah-sekolah untuk memeriksa isi daripada telepon-telepon selular yang dipunyai oleh siswa, begitu juga para pendidik yang semestinya hanya memberikan materi belajar dan tugas kepada para muridnya kini setiap pagi sebelum melakukan aktivitas melakukan pekerjaan layaknya petugas pengawas ujian yaitu meminta siswanya mengeluarkan telepon selularnya dan menaruh di tempat yang telah disediakan kemudian di bawah ke ruangan lain untuk di periksa satu-persatu isi dari telepon selular tersebut.

Sebegini takutkah para pendidik dan petugas keamanan di negara ini akibat dari peredaran film ini, menurut penulis tindakan para pendidik dan petugas keamanan ini sangat-sangat berlebihan walaupun memang disatu sisi tindakan para pendidik dan aparat ini bagus untuk menekan penyebaran film yang semakin luas tetapi tidak sampai yang kita lihat di tipi-tipi.

Melihat fenomena ini menulis lihat masalah seperti ini kan bukan yang pertama kalinya walaupun memang pertama kali karena yang melakukan adalah selebritas tetapi apakah hal ini harus berkaitan dengan hukum ? kalau menurut penulis soal hukum-menghukum sah-sah saja tetapi di lihat lagi yang harus di hukum itu adalah yang menyebarkan film ini pertama kalinya bukan sang pemain yang ada di layar itu.

Memang sang pelaku permainan ini salah karena melakukan asusila yang jelas dianggap tabu di negara ini dan juga karena status daripada para pemain ini adalah bukan suami-istri dan istri orang, tetapi masalahnya apa yang mereka lakukan adalah suka dan suka serta tidak ada paksaan dari kedua pihak.

Menurut penulis cibiran dan malu dari masyarakat adalah hukuman paling tinggi daripada mereka dijerat dengan UU ITE, UU Pornografi serta KUHAP yang di terima oleh ketiga selebritas ini daripada mereka harus mendekam di prodeo. Penulis juga heran dengan tingkah laku daripada seorang pengacara kurang kerjaan yang melaporkan aksi ketiga selebritas ini ke aparat yang akhirnya merebak hingga masalah video ini masuk dalam halaman istana pertanyaan kepada pengacara kurang kerjaan ini adalah kenapa hanya selebritas ini yang dilaporkan apa karena tokoh publik padahal kita tahu bahwa MASIH BANYAK ratusan ribu video selangkangan yang dibuat anak bangsa ini khususnya pelajar putih abu-abu bahkan putih biru yang beredar luas dan gratis di unduh di jaringan internetdan dinikmati oleh ratusan penonton dari segala usia kenapa itu juga tidak di laporin pengacara kurang kerjaan ini ke Polisi ?

Sebenarnya inti dari fenomena ini adalah, TIDAK ADAnya pendidikan sex di negara ini, berkaitan dengan fenomena ini penulis ingin bertanya atau merefleksikan diri secara nurani kepada para pembaca yang membaca tulisan ini, yaitu pertama, darimana anda (waktu masa puber) mendapatkan arti apa itu sex, apa itu (maaf) penis, buah dada, vagina, 69, doggy style, apa itu oral sex, apa itu orgasme, apa itu sex after lunch ? apakah dari orangtua anda di rumah atau guru biologi serta guru BP anda di sekolah ? kedua, apakah orang tua anda menjelaskan kepada anda secara detail ketika anda bertanya ketika sedang kumpul bersama, pa/ma apa sich kondom itu atau pa/ma apa sich (maaf) ngentot itu atau pa/ma apa sich ereksi itu ? pasti jawaban dari pembaca adalah yang pertama mendapatkan dari teman, yang kedua pasti di cuekin atau di marahin dengan suara keras oleh orang tua anda benar tidak ?

Kemudian kepada (yang merasa) orang tua , pernahkah anda memberikan pendidikan sex dengan misalnya memberikan contoh dan pengertian apa itu sex, apa itu fungsi seksual dari organ-organ pria dan wanita, secara dari hati ke hati dengan anak misalnya anak perempuan mandi bersama dengan ibunya sambil memberikan penjelasan fungsi dari organ-organ seksual dari wanita begitu juga dengan sang bapak kepada anak laki-lakinya atau mandi bersama ayah-ibu dengan anak ? pasti jawabannya juga sama belum dan tabu untuk di bicarakannya benar tidak atau nantinya akan muncul incest (penyimpangan seks dengan anggota keluarga) ?

Hal inilah yang menurut penulis kenapa peredaran video kenikmatan semakin dan mudahnya anak jaman sekarang melakukannya karena ya itu dari rumah tidak di beri pendidikan seksual secara detail dan hati ke hati antara orangtua dengan anak yang jadinya sang anak mencari sendiri apa yang selama ini ia ingin tahu karena itu begitu anak menanyakan sesuatu hal langsung di marahi atau di cuekin dengan kata-kata tabu dan tak pantas untuk diucapkan.

Seharusnya Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Negara Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Republik Indonesia duduk bersama bersama instansi terkait misalnya Ikatan Dokter Indonesia untuk membuat semacam kurikulum yang isinya tentang pendidikan sex yang tentunya pendidikan sex yang umum dan berkaitan dengan kesehatan bukan yang tidak normal, karena selama ini Pemerintah selalu tutup kuping dengan usulan-usulan yang di minta oleh IDI atau Ikatan Dokter Ginekolog yang meminta agar Pemerintah membuat kurikulum tentang pendidikan sex untuk mengurangi dampak pornografi seperti yang marak saat ini tetapi apa usulan itu hanya sekedar usulan saja tanpa ada tindakan.

Sudah saatnya para orangtua ini memberikan pendidikan sex dari hati ke hati kepada sang anak bukannya menceramahi anak anda dengan kata-kata “ kamu jangan sampai ya seperti yang dilakukan artis itu “ tetapi pengertian apa itu sex, apa itu organ seksual anatomi daripada Pria dan Wanita TIDAK PERNAH di jelaskan oleh sang orangtua, atau jangan-jangan anak anda LEBIH JAGO dan HEBAT dari anda sebagai orang tua dalam permainan selangkangan ini ? siapa tahu !

Taman Galaxy Indah, 110610 08:00

Rhesza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun