Secara bahasa Dar al-Ahdi Wa al-Syahadah berarti negara kesepakatan dan persaksian.
“Kenapa tidak dengan darul sulhi atau negara perjanjian? Ternyata darul sulhi itu konteks historisnya perjanjian oleh karena konteks perang. Sementara darul ahdi, adalah follow up dari darul sulhi, jadi bukan kesepakatan biasa tapi sudah beranjak ke yang lebih tinggi yaitu menjadi konsolidasi baik politik, budaya, ekonomi,” terang Hasnan Bachtiar dalam kajian virtual bersama Santri Cendekia Forum pada Jumat (26/02).
Konteks historis pemahaman darul ahdi berangkat dari kesepakatan tokoh-tokoh agama terutama Islam semisal Bagus Hadikusumo, Kasman Singadimedja, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Mereka berunding mencari titik temu agar konsepsi Pancasila diterima baik oleh kalangan islam maupun kalangan nasionalis. Karenanya, kata Hasnan, darul ahdi ini hadiah dari umat beragama terutama umat muslim terhadap bangsa Indonesia.
Darul ahdi atau negara kesepakatan tidak cukup bila tidak dibarengi dengan al-syahadah atau persaksian. Hasnan memaknai al-syahadah sebagai keterlibatan langsung dalam mengatasi berbagai masalah, bekerja keras dalam mewujudkan kemaslahatan, dan aksi partisipatoris dari kaum muslim secara umum dan Muhammadiyah secara khusus dalam proses pembangunan bangsa Indonesia.
Jadi, hubungan Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahdah karena di Indonesia ini kesepakatan dan persaksian menjadi salah satu pedoman kita. Konsep psncasila sebagai Darul Ahdi wa Syahdah didasarkan pada kesepakatan tokoh-tokoh agama seperti Bagus Hadikusumo, Kasman Sangidimedja, dan Wahid Hasyim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H