Babak selanjutnya dalam film ini menceritakan masa dimana Juno mempertanyakan orientasi seksualnya. Ia jatuh hati dengan seorang petinju yang menetap di desanya, tetapi pupus harapannya karena pujaan hatinya digunakan sebagai objek taruhan sebuah pertarungan.Â
Hingga pada akhirnya, Juno menunjukkan minat terhadap tradisi Lengger Lanang yang apabila dinilai dari sisi masyarakat umum Lengger Lanang adalah kelompok minoritas dan terasingkan. Perjalannya sebagai penari Lengger Lanang tentu saja tidak selalu berjalan mulus, perlakuan menindas dan intimidasi seringkali diterimanya.Â
Penggabungan elemen sinematik dan seni kontemporer dalam film tersebut dapat diibaratkan sebagai 'oase' ditengah padang gurun perfilman Indonesia. Dalam film Kucumbu Tubuh Indahku pada tiap adegannya menunjukkan bagaimana seorang penari Lengger termarjinalisasi sebagai orang 'banci' dan jauh dari apresiasi masyarakat umum (Fatmawaty, dkk., 2022, h. 9).Â
Tak hanya dari segi estetika visual dalam film, bentuk ekspresi seni dan tradisi Lengger Lanang inilah yang menjadi poin sorotan utama. Kucumbu Tubuh Indahku menjadi salah satu cerminan bahwa industri film Indonesia mampu menggabungkan elemen seni kontemporer dengan isu-isu kontroversial yakni perihal gender.Â
Banyaknya kontroversi dari film ini tak mengurungkan peluang Garin Nugroho beserta deretan pemeran untuk meraih prestasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Perhatian yang diberikan oleh berbagai festival film luar negeri yakni sebagai perwakilan seleksi festival Oscar Academy Awards 2019.Â
Dengan demikian, film Kucumbu Tubuh Indahku (2018) dapat dikatakan sebagai salah satu contoh film yang menggambarkan seberapa pesat perkembangan genre dan narasi film-film terkini dalam sejarah jagat perfilman Indonesia.Â
Sumber:Â
Astuti, R.A. V. (2022). Filmologi Kajian Film (1st ed.). UNY Press.
Fatmawaty, L. S. W. A., Udasmoro, W., & Noviani, R. (2022). The Body Politics of Gendered Subjects in Indonesian Post-Reform Films. Rupkatha J. Interdiscip. Stud. Humanity, 14(2), 1-11.
Hall, S. (1997). Representation: Cultural Representations and Signifying Practices. London: Sage Publications Ltd.Â
Huzelmi, M., Erwati, M., & Yulia, R. (2022). Perfilman di Indonesia Tahun 1950-1965. Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, 7(2), 257-265.