Mohon tunggu...
Rhefikha Tria Asyari
Rhefikha Tria Asyari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UMY

tinggalin jejak ya kak, terimakasi orang baik^^

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dari Jualan Bando Saat SMP, Wanita Ini Berhasil Dirikan Toko Bucket Saat Sibuk Kuliah S2

8 Desember 2021   23:59 Diperbarui: 9 Desember 2021   09:01 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anadiya Pingki dengan bucket hasil kreativitasnya (07/12)

CURUP - Usia muda tentu bukan menjadi penghalang untuk memulai menjalankan suatu bisnis. Seperti wanita cantik ini yang sudah berani terjun ke dalam dunia bisnis sejak masih memakai seragam putih biru. Anadiya Pingki adalah salah satu contoh dari sosok anak muda yang menginspirasi. Pasalnya, ditengah kesibukannya untuk memperoleh gelar magister atau S2, wanita berumur 22 tahun ini juga sedang merintis bisnis bucketnya. 

Bermodalkan dukungan keluarga, ketekunan, serta kreativitasnya, Anadiya Pingki atau akrab disapa Pingki ini berhasil mendirikan toko miliknya sendiri dengan nama Merah Jambu Shop atau kamu juga bisa kunjungi instagramnya @merahjambushop_.

Kuliah sambil mendapatkan keuntungan dari berbisnis tentu diimpikan oleh banyak orang. Namun, tak sedikit juga yang mengeluh karna tidak dapat membagi waktunya antara urusan kuliah dan bisnisnya. Sama halnya dengan yang dirasakan oleh Pingki. Perempuan yang dinobatkan sebagai Putri Kampus tahun 2019 ini juga pada awalnya sedikit kesusahan membagi prioritasnya. Mengerjakan tugas kuliah, membuat dan menghias pesanan bucket, membeli bahan keperluan untuk bucket, mengantarkan pesanan, semua hampir dilakukannya sendiri.

"Memulai bisnis itu mudah tapi konsisten kita dalam mengelolanya yang susah. Karna itu, kemampuan membagi waktu aja sebenarnya gak cukup. Niat, komitmen serta motivasi yang kuat itu yang menurut aku terpenting. Karena, kalo niat dan komitmen kita udah kuat, kita pasti akan berusaha untuk bisa membagi waktu, kita juga berusaha untuk terus belajar mengembangkan kemampuan kita dalam berbisnis. Lalu, ketika kita rasanya lagi di fase capek banget, ini dari pengalaman aku ya, kalo lagi merasa gitu, aku biasanya ingat-ingat lagi motivasi awal aku buat mulai bisnis ini apa, aku ingat-ingat lagi wajah orang tua aku yang juga ikut bahagia waktu dagangan aku laku, kira-kira begitu," jawab Pingki saat ditanya apa rahasianya yang tetap bertahan mengelola bisnisnya walaupun sedang sibuk dengan kulliah S2.

Faktanya sejak Pingki masih berstatus mahasiswi S1 di Universitas Bengkulu, ia juga sudah mencoba merintis beberapa bisnis. Pingki memulainya saat ia berada di semester 3 bersama dua orang temannya. Bisnis yang ia rintis saat itu yaitu menjual salad buah, menjual banana coffe, menjual pisang coklat, menjual lumpia hingga menjual masker kecantikan.

"Ide bisnis untuk bucket sendiri itu kepikiran waktu SMA, karna waktu itu lagi ada acara festival band, jadi disana banyak yang jual bucket bunga gitu. Akhirnya, aku mikir ini bucket bunga banyak juga peminatnya apalagi kalo lagi ada acara-acara kayak festival gini atau wisuda. Nah, tapi saat itu aku cuma kepikir sampe itu aja. Dan, Alhamdulillah di semester 6 aku coba-coba buat bucket bunga dan ternyata respon dari teman-teman aku pada seneng dan mau order", ungkap Pingki ketika ditanya bagaimana ide awalnya merintis bisnis bucket bunga dan snack ini. Pingki mengaku awal mulanya ia hanya berani membeli kertas bucket hanya 4 lembar, kemudian terlihat perkembangan peminatnya menjadi satu hari terjual 8 sampai 12 buah bucket. Sampai akhirnya ia dipercayai untuk menghias acara grand opening salah satu toko olshop terkenal di Curup.

Tampilan dalam Merah Jambu Shop (07/12)
Tampilan dalam Merah Jambu Shop (07/12)

Tampilan dalam Merah Jambu Shop (07/12)
Tampilan dalam Merah Jambu Shop (07/12)

Kerberhasilan mendirikan toko sendiri ini tentu tidak Pingki dapatkan secara instan. Perempuan yang lahir pada tanggal 8 Juli 1999 ini sudah banyak mencicipi proses dan lika-liku dalam dunia bisnis. 

Walaupun terbilang masih muda, tapi pengalaman berbisnisnya sudah bisa dikatakan banyak. Pengalaman berbisnisnya bermula saat Pingki masih mengenyam pendidikan di bangku SD. Saat itu Pingki pernah menjadi tangan ke tiga menjual baju bola dengan sistem pre-order atau memesan terlebih dahulu. 

Ternyata banyak teman-teman sekolahnya memesan baju bola tersebut. Disitulah awal mulanya Pingki merasa senang dengan dunia bisnis. Faktanya saat itu Pingki masih SD maka bisa dikatakan ia cukup berani dan percaya diri dalam mempromosikan baju bola tersebut kepada teman-temannya. Bukan hanya teman sekolahnya saja, ia juga semangat mempromosikan baju bola tersebut ke keluarga dan tetangganya.

Tak berhenti di sana saja, memasuki masa putih biru, Pingki juga pernah menjual produk hasil kreativitasnya sendiri. Dimasa SMP nya saat itu sedang dihebohkan dengan tren bando kuping kucing. Produk lucu dan menggemaskan ini tentu menjadi perbincangan anak-anak perempuan dan sangat laku keras saat itu. Ketika itu, bando kuping kucing tersebut dijual dengan harga Rp 35.000-, dan Pingki mendengar ada beberapa temannya yang mengeluh harga bando tersebut terlalu mahal bagi mereka. 

Melihat peluang bisnis di sana, Pingki berinisiatif membuat bando kuping kucing juga tetapi dalam versi harga yang lebih murah. Walaupun ia menggunakan bahan yang lebih murah tetapi berkat kreativitasnya bando kuping kucing tersebut terlihat tak kalah menarik dari produk aslinya. Karena harga yang lebih murah tersebut, bando kuping kucing karya kreativitasnya itu disukai oleh teman-temannya dan akhirnya banyak terjual.

Anadiya Pingki terlahir sebagai anak bungsu, hal tersebut tak menjadi sebuah alasan baginya untuk bermanja-manja. Melihat kedua orang tuanya yang semakin menua setiap harinya membuat ia termotivasi untuk tidak terlalu bergantung kepada orang tuanya. 

Seperti yang disampaikan Pingki, ia mengatakan bahwa motivasinya untuk selalu giat dalam mengelola bisnis adalah untuk bisa meringankan beban orang tuanya terutama ia ingin melihat mamanya untuk tidak terlalu fokus mencari uang lagi dan menikmati masa tuanya.

"Setidaknya untuk jajan kebutuhan sendiri itu gak perlu minta orang tua lagi, terus bisa beliin makanan buat keluarga pake uang sendiri, bayar wifi rumah. Nah, hal-hal sederhana yang kayak gitu justru buat aku untuk selalu memotivasi aku untuk tekun mengelola bisnis ini. Tentunya kedepannya besar harapan ku semoga Merah Jambu Shop, bisnis bucket ini makin dikenal banyak orang dan aku sendiri bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk orang-orang", ujar Pingki.

Melihat keberanian Pingki yang sudah mulai terjun ke dalam dunia bisnis sejak masih memakai seragam merah putih membuat kita tersadar untuk juga dapat mengambil langkah memulai merintis bisnis sejak masih muda. Terutama untuk kamu yang sedang ragu-ragu dalam memulai bisnis mulailah merancang langkah keberanian mu untuk terjun ke dalam dunia bisnis seperti Anadiya Pingki. Semoga sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun