Mohon tunggu...
RA Hedeen
RA Hedeen Mohon Tunggu... -

Arek Suroboyo yang kini bermukim di negeri Paman Sam dan suka berbagi catatan pinggir pernak pernik kehidupan.. "To Live is To Learn" :)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Inggris dan Status Sosial; Antara Vicky Prasetyo & Cinta Laura

11 September 2013   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 4881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lazim diketahui, bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional. Bahasa yang menjembatani komunikasi antar bangsa yang memiliki bahasa berbeda. Di Indonesia, bahasa Inggris lebih dipelajari sebagai bahasa pasif. Hal ini sangat dipahami karena masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bukan sebagain bahasa formal sebagaimana di India dan Malaysia maupun Singapura. [caption id="attachment_287231" align="aligncenter" width="300" caption="Cinta Laura - artis blesteran Indo Jerman"][/caption]

Ketika awal-awal kedatangan di US dan berkenalan dengan keluarga besar dan kawan-kawan asli US, sering saya mendapatkan pertanyaan , “ You speak English so well, Where did you learn English? ” .. dan beberapa kawan Amerika mengomentari artikel bahasa Inggris yang saya tulis ,”You are such a good writer”, keep writing" dan sebagainya. Tanpa bermaksud congkak, pongah maupun sombong.

Sering saya menjelaskan bahwa Bahasa Inggris di Indonesia sudah mulai diajarkan di tingkat SMP ketika jaman saya dan keponakan yang masih SD saat ini sudah mulai mendapatkan mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Kadang pertanyaan masih berlanjut bagaimana bisa mengetahui cara pengucapan kata karena antara pengejaan alphabet dalam bahasa Inggris dan Indonesia berbeda. Tak jenuh saya pun menjelaskan bahwa musik dan tayangan TV berbahasa Inggris sangat membantu proses pengucapan dengan tepat. Tanpa kursus bahasa Inggris yang mahal pun, hanya dari sekolah, kita pun bisa, jika mau belajar dengan giat dan sungguh-sungguh.

[caption id="attachment_287226" align="aligncenter" width="300" caption="Vicky Prasetyo"]

1378827839351846471
1378827839351846471
[/caption] Tidak jarang saya mengatakan kepada generasi muda di Indonesia, “Ayo jangan malu-malu, pasti bisa” ketika menyaksikan beberapa rekan malu-malu berbahasa Inggris berbincang dengan suami saya yang berkebangsaan Amerika. “Takut salah mbak” . “Salah tidak apa-apa, Bahasa Inggris kan bukan bahasa ibu kita, jadi jika salah bisa dipahami, tapi jangan surut untuk belajar”  .. “Pasti bisa, jika mau belajar” itu yang sering saya katakan untuk mendorong semangat. Bahkan kepada generasi tua pun, hal yang sama saya ucapkan. [caption id="attachment_287229" align="aligncenter" width="300" caption="Penulis dan suami"]
1378828140375469561
1378828140375469561
[/caption] Teringat  Cinta Laura, artis blesteran Indo Jerman, ketika berbahasa Indonesia kental dengan logat “bule”-nya  ketika saya mencoba mengajari suami bahasa Indonesia terdengar lucu di telinga dan mengundang senyum manis di sudut bibir. Begitu juga ketika mendengar anak-anak Indonesia Amerika di sekitar saya mengucapkan bahasa Indonesia, terdengar persis Cinta Laura . Logat yang wajar karena masuknya pengaruh bahasa utama, yaitu bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. [caption id="attachment_287234" align="aligncenter" width="300" caption="Ex siswi pertukaran pelajar Amerika yang fasih berbahasa Indonesia"]
1378832494556365169
1378832494556365169
[/caption] Melihat cara berbicara salah satu orang yang menjadi topik hangat di tanah air dengan selipan bahasa Inggris baik dalam wawancara maupun “orasi”-nya, saya hanya geleng-geleng kepala. Ada perbedaan mendasar bahasa Inggris sebagai sebuah kebutuhan  dan ajang pamer status sosial. Bahasa Inggris merupakan sebuah kebutuhan di era global, akan tetapi ketika dijadikan simbol status sosial dan diucapkan dengan gaya sok elitis dan sok intelek tetapi salah kaprah, akibatnya fenomena Vicky Prasetya lah yang muncul. Alih-alih terlihat elit dan intelek, tetapi justru terlihat kampungan dan menjadi bahan tertawaan. RIP (Rest In Peace a.k.a Modiar) Bahasa Indonesia. “ Was wis wus wes wos – Was wis wus wes wos “ Teringat masa kecil ketika menyaksikan si Unyil bersama kawan-kawan Ucrit, Usrok, Cuplis dan Melani ketika bermain perang-perangan.. Kata ibu saya,”Dadi wong yo mbok semadya” – “Jadilah orang yang rendah hati dan jangan suka pamer”. Was wis wus wes wos, was wis wus wes wos...
1378828272744766444
1378828272744766444
Si Unyil dan kawan-kawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun