Mohon tunggu...
RA Hedeen
RA Hedeen Mohon Tunggu... -

Arek Suroboyo yang kini bermukim di negeri Paman Sam dan suka berbagi catatan pinggir pernak pernik kehidupan.. "To Live is To Learn" :)

Selanjutnya

Tutup

Money

BANGSA TEMPE ; Kedelai Amerika & Hak Paten Jepang

13 September 2013   05:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:58 1522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempe dan tahu merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Tapi akhir-akhir ini Tempe dan Tahu mulai berkurang jumlahnya di pasaran. Dan kalaupun ada, harganya meningkat. Hal ini berkaitan dengan mogok yang dilakukan pengrajin Tempe dan Tahu seiring kenaikan harga kedelai Impor. Kenaikan harga Kedelai impor ini secara logika tidak terlepas dari melemahnya nilai Rupiah terhadap Dollar disamping itu berkurangnya produksi kedelai di negera asal impor karena beberapa faktor. Akumulasi ini menyebabkan harga beli Kedelai impor di tanah air  pun meningkat. PLUS MINUS KEDELAI IMPOR Jika beras di Indonesia terkenal di impor dari Thailand dan sebagian kecil dari India, lain halnya dengan kedelai. Kedelai di Indonesia didatangkan  dari Amerika. Teringat dulu ketika di Indonesia saya menanyakan kepada beberapa pengrajin Tempe dan Tahu mengapa kedelai impor lebih digemari daripada kedelai lokal.  “Karena  biji biji kedelai impor lebih besar dan bagus daripada kedelai lokal mbak, disamping itu rasanya lebih enak” . Begitu pengakuan beberapa orang yang pernah saya tanya. Tentu saja ini tidak bisa digeneralisir. Akan tetapi cukuplah menjadi gambaran mengapa kedelai impor lebih digemari. [caption id="attachment_287682" align="aligncenter" width="300" caption="Kedelai "][/caption] Setahun lalu saya sempat berbincang  dengan 2 kawan Indonesia yang bekerja di perusahaan pangan di US dan dulu menimba ilmu tentang Food, Science and Technology di negeri Paman Sam ini tentang kedelai karena mama mertua saya yang kebutuhan sehari-harinya sudah beralih ke 90% bahan pangan organik memberi saya buku tentang Kedelai ketika tahu anak mantunya ini penggemar kedelai. “The Whole Soy Story ; The Dark Side of America`s Favorite Health Food” by Kaayla T.Daniel,PhD, CCN . Mama mertua sangat bijak, tidak berceramah panjang lebar tentang kedelai, cukuplah memberi saya buku tentang Kedelai. [caption id="attachment_287685" align="aligncenter" width="300" caption="Mom in law and me. Best Friends Forever"]

13790046821664247184
13790046821664247184
[/caption] Saya bertanya pada kedua teman saya ini,” Apa benar bahwa dibalik mitos kedelai sehat, ternyata menyediakan ruang memicu terjadinya kanker ? Padahal Jepang, Korea bahsa yang terkenal sehat salah satu bahan makanan utamanya kedelai”. Kawan saya ini menjelaskan bahwa Kedelai yang diimport dari Amerika ke Indonesia adalah Kedelai yang telah mengalami  “Genetic Modified” atau Rekayasa Genetik . Tujuan Genetic Modified memang bagus untuk memperbanyak hasil panen , sehingga produksi meningkat dan kualitas bagus (Biji besar dan rasa enak) tapi memiliki efek samping yang tidak bisa dilihat seketika, jelas mereka. [caption id="attachment_287687" align="aligncenter" width="300" caption="The Whole Soy Story ; The Dark Side of America`s Favorite Health Food”"]
13790052511278135893
13790052511278135893
[/caption] BANGSA TEMPE Masih teringat dalam benak saya ketika masih kecil dan makan kedelai rebus di Indonesia. Kedelai rebus yang diikat mirip kacang rebus. Masih ada daun dan selongsongnya. Terasa segar dan nada sedikit rasa getar agak pahit (sulit mendiskripsikan rasa). Rupanya rasa inilah yang dihindari pengrajin Tempe Tahu sehingga kedelai impor dianggap lebih bagus dari sisi rasa. [caption id="attachment_287695" align="aligncenter" width="300" caption="Kedelai Segar"]
13790061881145971391
13790061881145971391
[/caption] Kedelai didatangkan Indonesia dari Amerika untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia yang kekurangan kedelai.  Di negeri Paman Sam, Kedelai produk Rekayasa Genetik ditolak pasar yang cukup kritis jika berbelanja tidak memilih yang Genetic Modified .Dan ironisnya justru diambil oleh pasar Indonesia tanpa mempertimbangkan sisi kesehatan. [caption id="attachment_287688" align="aligncenter" width="300" caption="Bangsa Agraris ? "]
13790055211944546133
13790055211944546133
[/caption] Bangsa Indonesia adalah bangsa agraris. Ini yang sering diajarkan ketika saya masih duduk dibangku sekolah. Rupanya statement ini merupakan tanda tanya besar karena kebutuhan pokok ternyata banyak didatangkan dari luar negeri. Beras diimpor dari Thailand, India. Kedelai diimpor dari Amerika. Bahkan hak paten tempe pun dimiliki oleh Jepang (Tempe anti Oksidan) dan Amerika (Tempe anti Cholesterol). [caption id="attachment_287689" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Harto terkenal dengan Kelompen Capir"]
1379005760274205436
1379005760274205436
[/caption] Menteri Perdagangan seyogyanya bijak mengatur regulasi Kedelai impor dan mengontrol harga pasar. Peran Kementerian Kesehatan melakukan kontrol terhadap kualitas produk sangat diperlukan, terutama  produk yang membahayakan kesehatan manusia dimasa mendatang.  Dan Kementerian Pertanian seyogyanya bekerja sama dengan Institute Pertanian Bogor yang setiap tahunnya menghasilkan ribuan sarjana pertanian  bersama petani untuk melakukan swasembada pangan. Memang tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi regulasi harus jelas. Sehingga tidak ada "permainan" yang menyebabkan masyarakat merugi. [caption id="attachment_287691" align="aligncenter" width="300" caption="Bung Karno "]
13790059171621554472
13790059171621554472
[/caption] Teringat pidato Bung Karno “Jangan jadi Bangsa Tempe”. Bukan bermaksud menghina tempe, akan tetapi maksud Presiden pertama RI ini jangalah jadi bangsa yang mudah diinjak-injak seperti ketika proses pembuatan tempe secara tradisional dan masal di masa lampau. Diinjak-injak bukan oleh bangsa lain, akan tetapi oleh bangsa sendiri, oleh yang membuat regulasi. Ayo mandiri Indonesia, Indonesia kita bersama

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun