Islamisasi Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan di Indonesia sudah tersekulerkan dengan konsep Barat sehingga hilang sudah ruh islamisasinya. Dalam menilai wujud, hanya mengakui wujud yang sifatnya kasat mata, tapi tidak mengakui wujud yang sifatnya non-material. Demikian dalam menilai kebenaran, dan kebenaran hanya disepakati oleh manusia maksud dari ilmu-ilmu diatas seperti ilmu ekonomi, politik, dan lain-lain. Ilmu politik juga saat ini bermasalah, yang mana sekarang ini praktiknya lebih mendorong kekuasaan. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan seolah menjadi pekerjaan yang lumrah dalam arena perpolitikkan. Menurut Muhammad Khaerul Muttaqien  beliau mengatakan "Politik hanya dipakai sebagai cara untuk mendapatkakn keuntungan pribadi atau kelompoknya. Etika berpolitik yang benar sesuai tuntunan agama sudah hilang". Hal lain juga diungkapkan oleh Ketua Muda Indonesia Jawa Tengah, nis Malik Thoha PhD, beliau mengatakan bahwa fenomena yang tidak diinginkan itu terjadi karena corak pendidikan kita tidak mencerminkan jati dri bangsa yang merdeka. Secara fisikk Indonesia memang sudah medeka, namun secara kultural terkesan senang menyerahkan jati diri untuk dijajah.
Jika kita terus mengikuti pendidikan Barat, sedangkan Barat sendiri ingin keluar dari krisisnnya lalu bagaimana dengan kiblat pendidikan kita?. Peneliti dari Institute for the Study of Islamic Thought (InSist) Dr. Syamsuddin Arif. Menurutnya, ilmu pengetahuan modern tidak memberikan kedamaian dan kebahagiaan, tetapi kekacauan dan ketidakadilan dalam kehidupan umat manusia yang justru terjadi.
Alasan kenapa Islamisasi ilmu itu perlu dan pentik untuk dilakukan? Karena pertama,ilmu yang dipelajari dan diajarkan di sleuruh dunia termasuk di negara-negara Islam adalah ilmu yang dihasilkan dari peradaban Barat, yaitu ilmu yang telah menyimpang dari tujuan hakikatnya. Kedua, ilmu perngetahuan modern justru membuat keraguan dan kekeliruan, skeptisisme dan confusion. Ketiga, ilmu pengetahuan itu benarnya tidak bebas nilai alias netral, karena hakikatnya mencerminkan suatu pandangan hidup, ideologi, atau akidah, keempat,ilmu pengetahuan itu sebanarnya modern kini menjadikan dugaan dan perkiraan sebagai ilmu dan kebenaran, kelima, ilmu yang disajikan oleh peradaban Barat sekarang in mencampuradukkan yang haq dengan yang bathil, dilebur secara halus sehingga sulit untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah.
Gus Hamid mengatakatan, istilah islamisasi memang baru dipopulerkan Oleh Al-Attas tahun 70-an, namun dalam prakteknya sudah ada sejak zaman nabi dna Islamisasi bukan akulturasi karena, Islam bukanprodukbudaya Arab. Buktinya, praktek kehidupan jahiliyyah di Islamkan, menikah disucikan,berdagang ditertibkan, kemusyrikan di tauhidkan. Karena Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer itu memungkinkan makan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer itu memungkinkan maka Islamisasi ilmu ekonomi konvensional merupakan sebuah keniscayaan. Dan bahkan seluruh dunia ini menerima kalau ekonomi Islam itu ada. Untuk itu selain konsep ekonomi Islam, perguruan tinggi Islam juga harus berani membangun konsep politik Islam, sosiologi Islam, Sains Islam, Budaya Islam, dan sebagainya.
Dr. Hamid Fahmi Zarkasi mengemukakan bahwa " Kalau kita konsisten, maka Islamisasi berbagai disiplin ilmu kontemporer juga mungkin. Hanya permasalahannya, tidak semua ilmuwan Muslim menguasai epistemology dan tahu kerancuan epistemologis ilmu-ilmu sekuler". Wajar  jika mereka anti Islamisasi, mungkin benar kata pepatah Arab bahwa manusia ituadalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya. ("al-nas'a'daa'uma jahiilu").
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H