Mohon tunggu...
Rhania Noor Alisya
Rhania Noor Alisya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswi smpn 7 depok

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Besar Nabi Muhammad SAW (Bagian 3: Masa Dewasa dan Kenabian)

22 September 2022   22:05 Diperbarui: 22 September 2022   22:14 10350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan Nabi Muhammad SAW

Saat berusia 25 tahun, Muhammad bekerja sama dengan Khadijah binti Kwailid. Khadijah merupakan seorang saudagar perempuan yang sukses, terhormat, dan kaya raya. Muhammad membawa barang dagangan milik Khadijah ke Syam untuk didagangkan bersama Maisaroh. Setelah perjalanan dari Syam berakhir, Muhammad membawa keuntungan yang sangat besar. Maisaroh menceritakan tentang kemuliaan akhlak dan kebaikan-kebaikan Muhammad selama berdagang kepada Khadijah. Muhammad merupakan sosok yang jujur, cerdas, dan amanah sehingga banyak orang yang mau berbisnis dengannya sebab tidak takut dicurangi atau ditipu.

Setelah mendengar cerita dari Maisaroh, diam-diam Khadijah mulai tertarik kepada Muhammad. Khadijah sangat berhati-hati dalam memilih suami, bukan materi atau status sosial yang jadi pertimbangannya, tetapi kemuliaan akhlak yang utama. Melalui perantara dari salah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, Khadijah menyampaikan niat menikah dengan Muhammad. Segera Nafisah menyampaikan maksud dari keinginan Khadijah kepada Muhammad. Setelah Muhammad bersedia, akhirnya Khadijah menikah dengan Muhammad dengan mahar 20 ekor unta muda.

Source: dokpri
Source: dokpri

Bertindak sebagai wali Khadijah saat itu adalah pamannya bernama Amr bin Asad dan khutbah nikah adalah Waraqah bin Naufal yang dilanjutkan kembali oleh paman Muhammad, Abu Thalib. Menurut al-Waqidi, usia Khadijah saat itu adalah 40 tahun dan Muhammad berusia 25 tahun. Pernikahan Muhammad dan Khadijah dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pembesar Mudhar.

Selama menikah dengan Khadijah, Allah telah mengaruniakan mereka enam anak kepada mereka berdua. Khadijah telah melahirkan dua anak laki-laki dan empat anak perempuan. Mereka bernama Al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW

Saat Nabi berumur 35 tahun, terjadi perombakan Ka’bah oleh para pemuka Quraisy. Mereka membangun Kembali Ka’bah yang roboh karena banjir bandang yang meluap hingga ke Baitullah. Saat itu, Ka’bah masih menjadi tempat untuk menyembah berhala. Meski demikian, para pemuka Quraisy hanya menerimah harta yang baik untuk pembangunan. Mereka tidak mau menerima barang dari hasil zina, riba, harta rampasan, dan hasil pekerjaan lainnya. Karena mereka meyakini kesucian Ka’bah.

Setelah pembangunan Ka’bah sudah selesai, terjadi perselisihan antar pemuka kaum Quraisy dalam hal siapa yang paling pantas untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Perselisihan itu berlanjut selama empat atau lima hari. Akhirnya Abu Umayyah bin Mughiroh al-Makzumy mengusulkan untuk dibuat sayembara. Ia berkata “Besok, siapapun yang pertama kali memasuki Baitullah dari pintu bani Syaibah maka dia berhak untuk meletakkan Hajar Aswad.”

Keesokan harinya, Allah menghendaki Nabi Muhammad SAW sebagai orang yang meletakkan Hajar Aswad. Ia menjadi orang yang pertama masuk Baitullah dari pintu bani Syaibah. Akhirnya dengan penuh kebijaksanaan, Muhammad meminta agar digelar sebuah kain dan meletakkan Hajar Aswad diatas kain tersebut. Kemudian, Muhammad meminta para pemuka Quraisy untuk memegang ujung-ujung kain tersebut dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah sampai di depan Ka’bah, Nabi Muhammad mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya pada tempat semula.

Akhirnya, perselisihan tersebut terselesaikan dan para pemuka Quraisy merasa puas. Akibat peristiwa ini, Muhammad semakin dikenal oleh masyarakat atas kejujuran dan kebijaksanaan sehingga, Muhammad mendapat gelar al-Amin dari masyarakat Mekah.

Source: dokpri
Source: dokpri

Peristiwa Kenabian

Pada usia 40 tahun, Muhammad sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira. Gua Hira terletak di Jabal Nur, tepat dipinggiran kota Mekah. Tafakur adalah mengasingkan diri untuk memikirkan dan menimbang-nimbang dengan penuh kesungguhan atas suatu hal. Muhammad mengasingkan diri untuk membersihkan diri dari sifat dengki, iri hati, dan kezaliman.

Selama satu bulan penuh setiap tahun pada bulan Ramadhan, Muhammad bertafakur di Gua Hira agar terhindar dari segala urusan duniawi. Dengan bertafakur, hati Muhammad terasa bersih dan terbebas dari pengaruh buruk duniawi.

Pada bulan Ramadhan, ketika Muhammad bertafakur di Gua Hira terjadi kejadian yang aneh. Ada cahaya yang datang mendekatinya. Ternyata, sesuatu yang bercahaya itu merupakan Malaikat Jibril. Jibril  yang membawa kitab yang dilipat dengan sehelai kain sutra lalu membuka kitabnya lalu berkata, “Bacalah!” Nabi Muhammad menjawab “Aku tidak bisa membaca.” Tubuhnya pun gemetar. Tiba-tiba Malaikat Jibril mendekap Muhammad dengan kuat agar tubuh Muhammad tidak menggigil. Lalu Jibril melepaskan pelukannya sampai Muhammad pulih.

Seraya berkata lagi, “Bacalah!” Muhammad menjawab lagi “Aku tidak bisa membaca.” Tubuh Muhammad kembali gemetar, lemas, dan bercucuran keringat. Malaikat Jibril memeluk Muhammad sampai pulih. Untuk ketiga kalinya Jibril berkata, “Bacalah!” Muhammad menjawab “Aku tidak bisa membaca.” Jibril kembali memeluk Muhammad dan menyelimutinya. Setelah Muhammad pulih, Jibril melepaskan pelukannya. Malaikat Jibril lalu membacakan surat Al-Alaq ayat 1-5. Tubuh Muhammad gemetar mendengar bacaan Malaikat Jibril sambil bersusah payah untuk  mengulang bacaan dan mengingatnya. Lalu Jibril meninggalkan Muhammad. Kemudian beliau pulang menemui Khadijah seraya berkata “Selimuti aku! Selimuti aku!.” Khadijah pun menyelimuti tubuh Muhammad yang menggigil.

Kemudian Muhammad menceritakan yang dia alami tadi di Gua Hira kepada Khadijah. Setelah Khadijah mendengar cerita tersebut, Ia membawa Muhammad menemui Waraqah bin Naufal, sepupu yang sudah tua dan tunanetra. Waraqah adalah penganut Nasrani yang taat. Dia juga menulis beberapa isi Injil dalam bahasa Ibrani. Muhammad menceritakan kejadian yang ia alami di Gua Hira kepada Waraqah.

Waraqah percaya, bahwa yang menemui Muhammad ialah Malaikat Jibril, sebagaimana ia datang kepada Nabi Musa. Dan Waraqah berkata bahwa kaum Muhammad akan memusuhinya, melawannya, dan mengusirnya. “Benarkah mereka akan mengusirku?” tanya Muhammad. Waraqah pun menjawab, “Benar, tidak seorang pun membawa seperti yang engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup saat itu, aku akan membantumu dengan penuh kesungguhan.”

Setelah menemui Waraqah, Nabi Muhammad merasa tenang. Muhammad menjadi orang pilihan Allah SWT untuk menerima wahyu Nya. Dengan menerimanya wahyu, artinya Muhammad telah diangkat menjadi seorang nabi dan rasul bagi seluruh umat manusia.

Nabi Muhammad sudah cukup lama tidak menerima wahyu sampai beberapa hari lamanya. Terputusnya wahyu membuat Nabi Muhammad sedih dan gelisah. Lalu Nabi Muhammad melakukan aktivitas seperti biasa, yaitu bertafakur di Gua Hira. Nabi Muhammad berada di Gua Hira selama 1 bulan, namun Malaikat Jibril tidak menampakkan dirinya. Akhirnya Nabi Muhammad pulang. Saat Nabi Muhammad menuruni lembah, ada suara nyaring memanggilnya. Kemudian, Nabi Muhammad mencoba mencari sumber suara ke segala arah, akan tetapi tidak melihat siapa pun. Saat Muhammad mendongakkan kepalanya, ternyata beliau melihat Malaikat Jibril yang sedang duduk di atas kursi yang tergantung di antara langit dan bumi.

Kemudian Nabi Muhammad mendekatinya dengan perasaan takut hingga beliau terjerembab ke tanah. Lalu, Nabi Muhammad segera pulang untuk menemui Khadijah dan berkata “Selimuti aku! Selimuti aku! Selimuti aku!”. Dan Khadijah pun menyelimutinya tanpa banyak bertanya. Dalam keadaan berselimut, Malaikat Jibril datang untuk menyampaikan wahyu kedua, yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1-7. Setelah turun wahyu kedua, Nabi Muhammad memiliki kewajiban untuk menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh umat manusia. Beliau melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi kepada sanak saudara dan kerabatnya selama lebih kurang 3 tahun di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Source: dokpri
Source: dokpri

Dalam dakwahnya belasan orang telah masuk Islam yang disebut Assabiqunal Awwalun yang artinya orang-orang yang pertama masuk Islam. Selanjutnya turun juga ayat yang berisi perintah untuk berdakwah, yaitu surat Asy-Syua’ara ayat 214-216. Setelah berdakwah secara sembunyi-sembunyi, kemudian turun surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun