Aku tak pernah menyangka, bahwa keajaiban itu datang secara tiba-tiba
Aku tak pernah percaya, bahwa hal yang ku alami ini adalah sebuah kenyataan
Aku hanya mengira, kehadirannya adalah sebuah hiasan mimpi dalam tidurku
Aku hanya merasa, kehadirannya hampir bukanlah suatu yang nyata
Dulu kehadirannya hanyalah sebuah angin lalu, yang tak pernah kupandang dengan serius. Walaupun ku menyadari keehadirannya, namun rasa acuh membuatku menutup seluruh panca indraku tuk tak menoleh pada keajaiban Tuhan yang jatuh dihadapanku.
Cukup lama aku menyendiri dalam kelam kelabu yang selalu kupendam, dan tak seorangpun kubiarkan masuk bahkan hanya untuk mengintip dengan sebelah mata. Ku sadar, semua yang telah terjadi begitu singkat dan akupun sadar bila aku bukanlah hal yang sempurna. Hanya itu hal pertama yang memenuhi pikiranku saat pertama kali aku menyadari betapa berharganya sosok yang selama ini aku acuhkan.
Selang waktu yang selalu berganti, menggiring maju namun pasti. Dari hari ke hari, minggu ke minggu. Ku coba yakinkan sosok lain dari dalam diri ini, apakah dia yakin dengan keputusan yang dia buat saat itu atau malah sebaliknya. Pertarungan dua fikiran dalam satu tubuh, membuat hati merasa kosong dan tak menentu apa yang harus dilakukan.
Senja pada sore hari itu akhirnya tiba, menyindari ku dengan keindahan sinarnya yang tiada tara. Tepat hari itu adalah hari paling cerah yang pernah ku ingat selama beberapa tahun terakhir dalam hidupku. Karena aku sadar, dan paham. Apa yang seharusnya kulakukan untuk selanjutnya.
Sehari sebelum hari yang mendebarkan dalam kehidupan ku yang datar. Ku pupuk dengan baik kepercayaan diri dan mental yang kurasa telah lama tumpul dimakan waktu yang sangat berharga.Â
Kupersiapkan satu buah hal yang menarik ...
Kupersiapkan sebuah mental yang kokoh ...
Kupersiapkan kepercayaan diri yang matang ...
terakhir,
Kupersiapkan diri, dengan bersujud kepadanya ...
Senyum indah yang menawan, membuat diri ku tak henti memandang senyum dan matanya yang cantik.Â
Ini hari ku ..
Ini hari nya ..
Ini hari ku mengungkapkan yang kurasa padanya.
Ditempat yang nyaman, namun banyak mata yang mampu memandang kearah itu. Ku beranikan diri, ku kumpulkan sisa kepercayaan diri. Dengan menggenggam setangkai mawar merah, ku ungkapkan hal yang lama mengganggu pikiranku. Dan terucaplah kata itu .................. lalu dia memintaku menunggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H