Mohon tunggu...
Rana Kadarisman
Rana Kadarisman Mohon Tunggu... -

Jati Diriku, Jati Diri Bangsaku!!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ambisi Suporter Indonesia Ada di Garuda Muda

25 Desember 2013   14:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Akhir-akhir ini banyak sekali fans klub Internasional bermunculan ke permukaan, fans klub Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, dan Liga Jerman. Persaingan antar fans klub sangat menarik dan menghibur. Suasana sepakbola eropa menjamur di Indonesia. Kita tak perlu pergi ke eropa untuk merasakan atmosfer sepakbola eropa karena fans klub di Indonesia sudah menyuguhkan seperti asal klub yang dicintainya. Begitu antusiasnya bangsa ini dengan olahraga terpopuler di dunia ini. Anggota bertambah banyak, kepengurusan lebih ditata, dan kegiatan lebih variatif. Betapa bangganya mereka dengan menikmati permainan dan kemajuan klub kesayangannya.

Bangsa Indonesia mempunyai supporter yang sangat fantastis dan loyal, terhadap klub kesayangan, apalagi dengan Timnas. Timnas adalah hulu dari semua aspek sepakbola, terutama di Indonesia. Semua pemain berhasrat ingin memperkuat negaranya. Pemain bangga di jersey nya  ada lambang Garuda, kebanggan bangsa tercinta ini. Begitu juga dengan supporter. Mendukung timnas lebih dari segala-segalanya. Ketika supporter menonton timnas, semuanya bersatu, tidak melihat suku, bahasa, agama, dan kelompok supporter. Semuanya hanya satu jiwa, Garuda di Dadaku. Inilah salahsatu indahnya PERSATUAN!!

Perjalanan Timnas Indonesia masih gini-gini aja, masih jalan di tempat. Mungkin bisa dikatakan, menurun. Timnas senior tidak bisa berkutik sama sekali dikancah asia, padahal kita ketahui, Indonesia pernah menjadi timnas yang cukup disegani di Kawasan Asia. Cukup mengecewakan kita harus mengakui kalau Indonesia tersaingi bahkan terlewati oleh timnas-timnas kawasan Asia Tenggara, padahal juga kita ketahui, Indonesia sangat ditakuti lawan di kawasan ini. Menjadi pertanyaan, ini diakibatkan dari persepakbolaan mereka-malaysia,Thailand dll-,  yang terlalu cepat berkembang atau justru persepakbolaan kita yang jalan di tempat atau bahkan menurun? Mungkin itu harus diintrosepeksi lebih dalam oleh pihak yang lebih berkompeten dan lebih berpengaruh, tentunya disini adalah klub, kelompok supporter dan lebih bertanggungjawab lagi tentunya federasi sepakbola kita, PSSI.

Dua tahun ke belakang, persepakbolaan kita hanya lebih didominasi dengan pemberitaan carut-marutnya perselisihan pengurus PSSI, dualisme kompetisi, dan dualisme klub. Isu politik yang masuk ke sepakbola nasional dan kepentingan kelompok berselisih lebih dominan daripada perkembangan sepakbola dan penataan kompetisi.  Ini persoalan yang menjadi sebab sepakbola Indonesia berjalan di tempat, kompetisi yang tidak sepenuhnya diperhatikan, berakibat pada timnas yang tidak bersatu. Pemain tidak bisa berkembang dengan baik, keseriusan klub berkurang, dan pastinya supporter yang dikecewakan. Antusias supporter berkurang untuk membela timnas, bahkan tidak sedikit yang menjadi acuh terhadap perkembangan sepakbola nasional dan timnas. Padahal ada istilah sepakbola menyatakan “Suporter adalah pemain ke 12”. Suporter adalah kekuatan tambahan bagi tim yang sedang bertanding.

Kualifikasi Piala Dunia 2014 Brasil merupakan catatan buruk Indonesia, bukannya lebih baik, malah membuat rekor buruk dengan skor pertandingan terburuk sepanjang sejarah sepakbola nasional dengan kekalahan 11-0 di Bahrain. Itu harus dilupakan dan harus dibenahi. Harapan publik kembali besar terhadap timnas senior untuk berlaga di Piala Asia 2015 di Australia.  Kualifikasi Piala Asia 2015 harus berakhir dengan juru kunci Grup C, kalah bersaing dengan Arab Saudi, China, dan Irak.  Terakhir Piala Asia 2007 Indonesia berpartisipasi, itu pun karena Indonesia jadi tuan rumah bersama Malaysia, Thailand dan Vietnam. Di kualifikasi Piala Asia 2011, Indonesia hanya mengisi juru kunci di kualifikasi Grup C putaran kedua.

PSSI menargetkan medali emas di SEA Games 2013 Myanmar. Terakhir Indonesia meraih juara di tahun 1991. Publik pun mengharapkan hal yang sama. Bahkan pecinta sepakbola nasional mengharapkan dibarengi dengan tontonan yang menarik dan menghibur. Hasilnya, Indonesia harus puas dengan medali perak yang dibawa Timnas U-23 ke Tanah Air. Perolehan yang sama ketika gelaran di Palembang, 2011. Yang menjadi perhatian publik adalah permainan Timnas yang bisa dikatakan menurun dibandingkan gelaran yang sama sebelumnya. Indonesia tidak memperlihatkan permainan mencolok di penyisihan Grup. Indonesia hanya menang 1-0 melawan Kamboja dan ditahan imbang 0-0 melawan Timor Leste. Indonesia juga kalah telak 1-4 oleh Thailand. Untungnya Indonesia bisa lolos ke Semifinal setelah menang 1-0 di pertandingan terakhir melawan tuan rumah Myanmar. Walaupun kalah selisih gol dengan Myanmar, Indonesia yang lolos karena regulasi menetapkan lolos dengan Head-to-Head. Di Fase knock-out Indonesia lebih baik. Indonesia bisa mengalahkan Malaysia lewat adu penalty. Kurnia Meiga menjadi pahlawan dengan menggagalkan dua penalti Pemain Malaysia U-23. Dan tentunya Manahati Lestusen yang bermain sangat apik selama 120 menit. Walaupun lolos, Indonesia mencapai rekor finalis SEA Games dengan selisih gol terendah, yakni -2. Menunjukan tidak agresifnya permainan Indonesia, terutama di penyisihan grup. Di Final, Indonesia harus mengakui ketangguhan Thailand u-23 dengan kualitas yang lebih baik dan sangat layak mendapatkan emas, karena konsistensi selama event digelar. Tetap patut diapresiasi pencapaian Timnas U-23. Apresiasi juga untuk pemain yang cukup konsisten selama event, seperti Kurnia Meiga, Alfin Tuasalamony, dan Manahati Lestusen.

Di tengah kondisi dua timnas usia teratas (senior dan U-23) yang kurang maksimal,. Ada secerca harapan untuk kebangkitan sepakbola nasional. Timnas Indonesia U-19 asuhan coach Indra Sjafrie yang menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan lolos kualifikasi Piala Asia U-19 2014 sebagai juara grup C. Khusus kualifikasi Piala Asia, Indonesia bisa mengalahkan salahsatu kekuatan sepakbola Asia sekarang dan juara bertahan Korea Selatan U-19. Target semi final di Myanmar tahun depan pun menjadi sangat mungkin untuk dicapai.

Performance yang ditunjukan timnas U-19 membangkitkan antusias supporter yang sempat meredup. Bangsa Indonesia bisa tersenyum kembali. Bukan hanya hasil yang memuaskan, tetapi kualitas timnas U-19 yang lebih baik. Evan Dimas dkk menunjukan kualitas teknik dan permainan yang baik, rapi, dan kelas dunia. Penyerangan yang sangat tajam dan menghibur ciri khas dari Garuda Muda(sebutan lain timnas U-19). Usia mereka yang sangat muda, berpotensi lebih baik. Latihan dan pembinaan yang lebih baik baik akan meningkatkan kualitas mereka lebih baik lagi.

Kualitas pemain tiap posisi mempunyai peran yang sangat penting. Pertahanan yang cukup tangguh dimotori Hansamu Yama Pranata. Bek sayap seperti Putu Gede juga bagus dalam bertahan dan menyerang. Hargianto (jangkar), Zulfiandi (Boss of mifelder) dan Evan Dimas (Playmaker) menjadi tokoh sentral dalam gaya permainan pepepa (diartikan:pendek-pendek-panjang). Penyerang seperti Ilham Udin dan Maldini Pali cukup berkualitas mengobrak-abrik pertahanan lawan dan juga cukup tajam dalam menentukan hasil akhir. Pemain pengganti pun memiliki kualitas yang sama, seperti halnya Paolo Sitanggang, Dio Permana dan Dinan Yahdian Javier. Mereka bisa menggantikan peran dengan sangat baik.

Keterbatasan regulasi skuad yang hanya 23 di event mengakibatkan banyak pemain muda berpotensi lain harus merelakan untuk tidak ambil bagian di dua event  U-19 yang sangat fenomenal itu. Sebut saja Eriyanto, bek kanan yang pernah terkenal karena meraih juara di Indonesian All-Star Team Challenge 2010 di Milan. Dia terpilih juga menjadi kapten terbaik. Selain itu ada Mariando Djonak Uropmabin, pemain kunci tim Garuda Muda saat merebut juara HKFA Youth Invitation Tournament 2013 di Hongkong. Dia terpilih sebagai pemain terbaik dalam ajang itu. Namun, Mariando justru tidak lolos karena terserang penyakit Hepatitis B sehingga harus menjalani masa perawatan hingga sembuh. Ada juga nama Terens Owang Puhiri, karakter mainnya sangat mirip evan dimas. Bahkan Pelatih Mundari Karya pernah mencoret Evan Dimas di Timnas U-16 karena demi memaksimalkan potensi dari Papua ini.

Alasan lain juga yang mengakibatkan poteansi muda tak ikut ambil bagian dalam event Piala AFF U-19 2013 dan Kualifikasi Piala Asia U-19 2014. Sabeq Fahmi Fahrezy pernah menjadi juru gedor andalan Coach Indra. Selain itu, ia adalah tandem sejati Evan Dimas di Timnas U-19 sebelumnya. Di Timnas U-17 hingga U-19, Sabeq dikenal sebagai predator haus gol. Dia pernah mencetah 14 gol dalam satu pertandingan saat Garuda Muda mengalahkan Pakistan dengan skor 25-0. Dia harus tidak ikut ambil bagian karena cedera panjang.

Ada satu potensi lagi yang tidak ikut ambil bagian dalam event yang melambungkan nama-nama punggawa Garuda Muda itu. Dia adalah Gavin Kwan Adsit. Sesaat sebelum Piala AFF U-19 2013 di gelar, ia mohon diri untuk meninggalkan pemusatan latihan Garuda Muda, karena mendapat panggilan untuk menjalani trial dengan klub raksasa Rumania langganan kompetisi eropa (Liga Champion maupun Liga Eropa), yaitu klub CFR Cluj. Sebelum digantikan Evan Dimas, Gavin adalah kapten Timnas Indonesia U-19.

Jika terus berkembang, minimal 3-4 tahun lagi mereka yang akan mengisi skuad timnas senior. Sangat tidak menutup kemungkinan Indonesia akan berbuat banyak dikancah Internasional. Tidak hanya di Kawasan Asia dan Asia Tenggara. Putaran final Piala Dunia 2018 dan 2022 pun rasional untuk dicapai. SEMOGA,, AAMIIN YA ALLOH !!!

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, luas, dan mempunyai penduduk mencapai 250 juta jiwa. Sangat memungkinkan semakin banyak bermunculan potensi-potensi pesepakbola handal. Bangsa Indonesia membutuhkan keseimbangan antara ambisi dan realita. Terutama sepakbola yang menjadi komoditi komunitas bangsa ini. Bangsa ini ambisius, bangsa ini penuh mimpi. HIDUP GARUDA MUDA!!!!!!!

Oleh : Rana Kadarisman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun