Laju Endap darah (LED)
Laju Endap Darah (LED) sering disebut sebagai Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR). LED adalah jenis pemeriksaan yang tidak spesifik, artinya LED bisa meningkat pada semua penyakit atau bila terjadi peradangan, degenarasi, atau nekrosis (kematian) jaringan.
LED diindikasikan sebagai pemeriksaan untuk mendiagnosis dan memantau polimialgiareumatika, dan artritisreumatoid. LED bermanfaat memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh dan memantau terapi pasien penderita penyakit Hodgkin. Fungsi LED untuk mengukur kecepatan sel-sel darah merah (eritrosit) yang mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.
Uji LED umumnya dilakukan dengan metode Westergren. Metode Westergren sangat sederhana, karena ICSH (International Commite for Standardization in Hematology) telah merekomendasikan sebagai metode referensi.
Adapun nilai normal LED menurut metode Westergren (Kiswari 2014):
-         Laki-laki                : 0-10 mm/jam
-         Wanita                  : 0-15 mm/jam
-         Anak-anak                 : 0-15 mm/jam
-         Orang lanjut usia >60 tahun   : 0-20 mm/jam
Nilai LED umumnya tetap dalam batas normal pada penyakit-penyakit infeksi akut, misalnya apendisitis akut, infeksi selaput lendir dengan sedikit reaksi radang, keadaan alergi yang tidak disertai infeksi, defisiensi nutrisi, hipertensi tanpa komplikasi, dan gagal jantung terkompensasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi berkurangnya/penurunan nilai LED, yaitu gula darah tinggi, penurunan fibrinogen, pengaruh penggunaan obat, kelebihan antikoagulan (anti pembekuan), dan penurunan suhu tubuh. Adapula faktor yang meningkatkan nilai LED, yaitu menstruasi, penggunaan obat, peningkatan suhu tubuh, keberadaan kolesterol dalam tubuh, dan sedang dalam masa hamil trimester 2 dan 3.
Tingkat LED pada wanita lebih besar dibandingkan pada pria, dan berhubungan dengan perbedaan dalam hematokrit/PCV (Packed Cell Volume). Selama masa kehamilan, LED akan meningkat setelah 3 bulan kehamilan dan kembali normal dalam 3-4 minggu setelah melahirkan. LED rendah pada bayi dan meningkat secara bertahap hingga pubertas yang kemudian menurun kembali pada usia tua.
Hal-hal penting yang harus Anda ketahui tentang LED, yaitu LED digunakan bila pemeriksaan fisik gagal untuk mendiagnosis (menduga secara ilmiah) secara spesifik dan LED sebaiknya jangan digunakan sebagai pemeriksaan penyaring terhadap seseorang yang asimptomatik (tidak terdapat gejala penyakit) (Kiswari 2014).
D-dimer (fibrin degradation fragment)
D-dimer atau fibrin degradation fragment merupakan uji sampel darah di laboratorium yang bertujuan membantu diagnosis penyakit, diagnosis trombosis, dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagubilitas (suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran normal), serta sebagai penanda aktivasi koagulasi (pengendapan) dan fibrinolisis (pelepasan fibrinogen).
Uji D-dimer biasanya berfungsi memonitor dan menjaga agar tingkat pembekuan darah tidak meningkat. Uji D-dimer lebih bermakna untuk menyingkirkan diagnosis DVT (Deep Vein Thrombosis) dan emboli paru (bekuan darah di paru-paru) daripada mendukung diagnosis pada kasus dugaan DVT atau emboli paru.
Hasil D-dimer normal atau negatif dapat menyingkirkan diagnosis. Nilai normal uji D-dimer adalah 0-300 ng/ml sebagai rentang nilai normal. Nilai di atas 250, 300 atau 500 ng/ml (berbeda tergantung alat uji) dinyatakan sebagai positif. Beberapa kondisi yang menyebabkan peningkatan kadar D-dimer, antara lain peradangan, pasca operasi, stroke, gagal ginjal, kehamilan, dan lain-lain.
Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Referensi: Kiswari R. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta (ID): Erlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H