IBU, hanya tiga huruf, satu kata yang cukup pendek, tidak sependek saat bercerita tentangnya. Menurut kamu, berapa huruf, berapa kata, berapa kalimat yang dapat digunakan untuk menggambarkannya. Pernyataan "kasih ibu sepanjang masa," menunjukkan ketidakterbatasan cerita tentang ibu.
Bahkan saat kamu dalam  belum melihat dunia untuk diceritakan, cerita tentang ibu sudah ada.
IBU, saat kamu menendang dalam rahimnya, tentu sakit rasanya, apakah balasannya, kamu mendapatkan belaian, tentu nyaman rasanya. Saat kamu akan lahir, antara hidup dan mati rasanya, teriakan  sakit perjuangannya menghadirkan kamu ke dunia, menyambut kehidupan.
Saat tangisan, teriakan, kenakalan, keegoisan, banyak hal lainnya yang masih kamu lakukan yang membuatnya seharusnya menderita, senyum ketulusan, tawa bahagia masih memesona wajahnya.
IBU, dia adalah perempuan, yang kodratnya, hamil, punya anak, merawat anak-anaknya, ngurusin cucian, setrikaan, beresin rumah.
IBU, saat mikirin genteng bocor, grendel pintu yang rusak, bohlam yang putus, bekerja menambah keuangan keluarga, apakah dia juga Ayah.
IBU, saat kamu sakit menanyakan mau makan apa, memberi obat, ngecek kondisimu tiap saat, melap badanmu, membantumu ke toilet, apakah dia juga perawat.
IBU, apakah dia Ibu, Ayah, perawat, atau apakah sebutan lain menurutmu tentangnya.
IBU, kamu segalanya baginya, jadi apa saja untukmu.
Kamu, bisanya hanya menendang dari dalam rahim, menangis, teriak, menuntut, bahkan cuek dan melupakannya.
Apakah IBU bagimu? Kapan kamu terakhir mikirin ibumu? Bagaimana kamu membalas ibumu?
Tentukan sendiri sikapmu!
Ingatlah, Â perkataan salib Yesus, "Ibu, inilah, anakmu! ... Inilah ibumu!" memperlihatkan kepedulian Yesus kepada ibu yang telah melahirkan dan membesarkanNya, walaupun pada saat itu Ia sedang menderita.
Yesus masih mikirin ibunya. Inilah sikap Yesus.
By. Rg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H