Mohon tunggu...
Regan W
Regan W Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis yang bermanfaat dan menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merangkul Perjalanan Generasi Muda

24 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   18:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Generasi muda adalah aset berharga bagi kemajuan suatu bangsa. Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesat, para generasi muda menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang membutuhkan pendampingan yang bijak. 

Salah satu tema dari Universal Apostolic Preferences, yaitu "Journeying with The Youth" menekankan pentingnya mendampingi para generasi muda dalam setiap fase kehidupannya agar mereka mampu berkembang secara holistik dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Melalui hal ini, kita dapat membentuk generasi muda yang berintegritas, berempati, serta berdaya juang tinggi terutama dalam menghadapi masa depan.

Generasi muda tentu membutuhkan pendampingan secara khusus terutama dalam hal pendidikan dan pengembangan keterampilan dimana pendidikan tidak hanya mencakup pengetahuan akademis, namun juga termasuk nilai-nilai moral dan sosial yang penting untuk kehidupan bermasyarakat. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di kalangan generasi muda mencapai 16,2% pada tahun 2021 dan diketahui bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja. 

Oleh karena itu, pendampingan dalam bidang pendidikan harus fokus pada peningkatan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan zaman, seperti literasi digital, komunikasi interpersonal, dan kemampuan berpikir kritis secara mendalam.

Para Generasi muda saat ini juga menghadapi tantangan dalam hal kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pemuda mengalami tekanan psikologis akibat ekspektasi yang terlalu tinggi, baik dari lingkungan sosial maupun diri mereka sendiri. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia mengungkapkan bahwa prevalensi gangguan mental di kalangan remaja meningkat sebesar 14,4% pada tahun 2022. 

Maka dari itu, pendampingan yang sensitif terhadap kesehatan mental menjadi sebuah hal yang sangat penting dimana para pendamping, mulai dari orang tua, guru, maupun mentor harus mampu menjadi tempat cerita dan berkeluh kesah yang aman serta memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan oleh pemuda.

Pendampingan generasi muda juga harus mencakup pembentukan karakter dan kepemimpinan. Banyak generasi muda saat ini yang memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di masa depan, namun tentunya mereka membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan potensi tersebut. Melalui program-program kepemimpinan yang berfokus pada pengembangan soft skills seperti kerja sama tim, pengambilan keputusan, dan manajemen konflik. 

Para generasi muda dapat dilatih untuk menjadi pemimpin yang bijak dan berintegritas. Sebuah studi yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) menunjukkan bahwa kualitas kepemimpinan di masa muda sangat mempengaruhi kesuksesan mereka di masa yang akan datang.

Dalam era digital saat ini, generasi muda juga menghadapi tantangan dalam menggunakan teknologi dengan bijak. Meski teknologi memberikan banyak manfaat, namun ada risiko penyalahgunaan seperti kecanduan media sosial dan penyebaran informasi palsu. 

Berdasarkan data dari Kominfo, sebesar 64,2% pengguna internet di Indonesia adalah generasi muda yang rentan terpapar konten negatif. Maka, pendampingan yang bijak dalam penggunaan teknologi menjadi hal yang sangat penting, seperti mengajarkan literasi digital yang kritis agar generasi muda dapat memilah informasi yang benar dan bermanfaat.

Pada akhirnya, pendampingan generasi muda harus memperhatikan aspek spiritualitas dan nilai-nilai hidup. Banyak pemuda yang mencari makna hidup dan identitas dirinya di tengah berbagai pilihan hidup yang tersedia. 

Menurut data Pew Research Center, 44% pemuda global merasa terputus dari nilai-nilai spiritual atau religiusitas. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang holistik dalam mendampingi mereka agar tidak hanya terfokus pada kesuksesan material, namun juga pada keseimbangan hidup dan kebahagiaan spiritualitas yang mendalam.

"Journeying with The Youth" bukan hanya sekadar tema belaka, melainkan sebuah panggilan untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses pendampingan generasi muda karena mereka adalah harapan masa depan dunia, dan mereka membutuhkan bimbingan di setiap aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, kesehatan mental, kepemimpinan, teknologi, hingga spiritualitas. 

Dengan pendampingan yang tepat, generasi muda akan tumbuh menjadi individu yang berkualitas dan akhirnya mampu memberikan dampak positif yang besar bagi lingkungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun