Mohon tunggu...
Regan W
Regan W Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Menulis yang bermanfaat dan menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Polusi Udara Jakarta: Ancaman Terus Meningkat dan Upaya Membangun Kota yang Lebih Bersih

20 September 2023   13:00 Diperbarui: 20 September 2023   13:04 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta, ibu kota Indonesia merupakan salah satu kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Menurut data  IQAir, perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, Jakarta kerap menduduki peringkat pertama atau masuk dalam 10 besar kota dengan polusi udara paling banyak di dunia1. Pencemaran udara di Jakarta juga sudah melampaui batas aman yang ditetapkan  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terutama  partikel halus berukuran 2,5 mikrometer (PM2.5) yang  mudah terdeteksi dan menembus sistem pernapasan manusia2.

 Apa penyebab polusi udara di Jakarta?

Pencemaran udara di Jakarta disebabkan oleh banyak hal, namun sektor transportasi menjadi penyebab terbesar yaitu sekitar 44%3. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai lebih dari 20 juta  pada tahun 20204. Kendaraan bermotor tersebut menghasilkan  gas buang yang mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC) dan partikel halus (PM). menyebabkan polusi udara.

Selain transportasi, sektor industri juga memberikan kontribusi besar terhadap pencemaran udara di Jakarta, yaitu sekitar 31%3. Kawasan industri yang tersebar di Jakarta seperti Karawang, Bekasi, Tangerang, dan Banten, menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak  untuk mengoperasikan mesin dan pabriknya. Pembakaran bahan bakar fosil  menghasilkan asap dan debu yang mengandung sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), dan partikel halus (PM) yang dapat terbawa angin dan menimbulkan pencemaran atmosfer Jakarta5.  

Selain itu, sektor domestik dan komersial juga berkontribusi terhadap pencemaran udara di Jakarta,  sekitar 15%3. Aktivitas rumah  dan kantor yang menggunakan perangkat elektronik, AC, kompor gas, rokok, dan produk pembersih juga menghasilkan emisi  dan partikulat yang menyebabkan polusi udara. Selain itu, pembakaran sampah dan sampah organik  oleh masyarakat juga menimbulkan asap dan bau yang mempengaruhi kualitas udara.

 Apa dampak polusi udara di Jakarta?

Polusi udara di Jakarta mempunyai dampak negatif yang serius terhadap kesehatan manusia, lingkungan dan perekonomian. Dampaknya terhadap kesehatan manusia meliputi peningkatan risiko penyakit pernapasan, jantung, pembuluh darah, saraf, mata, kulit, dan kanker. Menurut penelitian yang dilakukan  Universitas Indonesia pada tahun 2019, polusi udara di Jakarta menyebabkan kematian dini pada sekitar 6.500 orang setiap tahunnya6. Selain itu, polusi udara juga dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan kualitas hidup masyarakat.

Dampak  lingkungan termasuk berkurangnya kualitas tanah, air dan vegetasi. Polutan  udara dapat menurunkan kesuburan tanah dan mengganggu siklus air. Polutan juga dapat membahayakan tumbuhan dan hewan yang hidup di lingkungan tersebut. Selain itu, polusi udara juga dapat menyebabkan perubahan iklim global, berdampak pada peningkatan suhu daratan, mencairnya lapisan es di kutub, naiknya permukaan air laut, dan bencana alam.

Dampak terhadap perekonomian antara lain berkurangnya produktivitas tenaga kerja, pendidikan dan pariwisata. Polusi udara dapat menurunkan kinerja dan kesehatan pekerja dan pelajar karena mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Polusi udara juga dapat menurunkan daya tarik Jakarta sebagai tujuan wisata karena mengurangi keindahan dan kebersihan kota. Menurut  studi yang dilakukan  Bank Dunia pada tahun 2018, polusi udara di Jakarta menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp 47 triliun per tahun7.

 Apa solusi polusi udara di Jakarta?

Polusi udara di Jakarta merupakan permasalahan kompleks yang memerlukan solusi  komprehensif dan kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa solusi yang mungkin seperti mengembangkan dan meningkatkan transportasi umum ramah lingkungan seperti kereta bawah tanah, LRT, bus, kereta api dan sepeda. Transportasi umum dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas di jalan raya dan menghasilkan emisi. Transportasi umum juga dapat menggunakan bahan bakar yang lebih bersih dan hemat energi seperti listrik, gas, atau biofuel. 

Menerapkan standar emisi  yang lebih ketat untuk kendaraan bermotor dan melakukan pengujian emisi secara berkala. Standar emisi kendaraan bermotor dapat menetapkan batasan maksimum jumlah emisi  yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Uji emisi dapat memeriksa kesesuaian kendaraan bermotor dari segi emisi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun