Tantangan dan Harapan
Meski memiliki potensi besar, pengembangan usaha produksi shuttlecock di Sumengko juga dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti fluktuasi harga bahan baku dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang lebih terlatih. Hingga saat ini bahan baku shuttlecock di Sumengko mengandalkan bulu impor dari negeri tirai bambu, China. Terus melonjaknya harga selama hampir dua tahun terakhir menyebabkan adanya fluktuasi jumlah produksi karena harus menyesuaikan dengan bahan baku yang tersedia.
"Dalam tiga pekan terakhir bahan baku bulu angsa putih terus melonjak secara signifikan, bahkan saat ini sudah menyentuh harga 10,1 juta yang awalnya hanya di kisaran 8,6 juta pada tiga pekan sebelumnya," kata Pak Suwarno, salah satu pemilik usaha Shuttlecock di Sumengko.
Harapannya, solusi permasalahan bahan produksi ini mampu mendapat perhatian bagi pemerintah setempat sehingga kedepannya Sumengko dapat terus dikenal sebagai salah satu pusat produksi shuttlecock berkualitas tinggi dan berstandar internasional. Dengan demikian, industri ini dapat terus tumbuh dan berkembang, memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat dan daerah.
Dengan pengembangan usaha IKM produksi shuttlecock yang optimal, Sumengko memiliki peluang besar untuk meningkatkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja baru. Para pelaku usaha dan investor diundang untuk melihat dan memanfaatkan potensi yang ada, demi kemajuan bersama.
Dukungan Pemerintah untuk Pengembangan IKM
Pemerintah Kabupaten Nganjuk diharapkan mampu memberikan perhatian khusus pada pengembangan produksi shuttlecock. Berbagai program pelatihan dan pendampingan diberikan kepada para pelaku usaha untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Selain itu, pemerintah juga menyediakan akses mudah tidak hanya dari segi pembiayaan namun juga turun tangan secara langsung untuk menyelesaikan permasalahan harga bahan baku yang terus meningkat.
"Kami berharap permasalahan bahan baku ini dapat menjadi perhatian lebih bagi pemerintah setempat, jika permasalahan ini terus dibiarkan dapat berdampak buruk bagi produsen shuttlecock di Sumengko bahkan tidak menutup kemungkinan akan adanya potensi gulung tikar," tambah Pak Arif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H