Risiko besar yang diambil oleh Archer adalah ketika ia menukar Danny dengan Sir Nicholas. Sir Nicholas dikuburkan sebagai Danny dan Danny keluar dari penjara sebagai Sir Nicholas, bangsawan Skotlandia. Nah, di sinilah permainan Archer. Ia tidak membuat tokoh Sir Nicholas dari Inggris, tapi dari Skotlandia sehingga persinggungan orang-orang yang bisa membedakan Sir Nicholas dengan Danny akan minimum. Apalagi Sir Nicholas beberapa kali berdinas militer di luar negeri dan kemudian dipenjara--sebelum bertemu dengan Danny.
Sebenarnya risiko keterbongkaran identitas Danny telah bisa terjadi sejak upacara penguburan "Danny". Keluarga Danny tidak memeriksa jenasahnya walau Danny telah merubah penampilannya sejak masuk penjara. Kedua, saat ia datang menemui pengacaranya di Skotlandia. Hanya beberapa pekan sebelumnya Sir Nicholas yang asli bertemu dengan Munro. Ketiga, di Jenewa dengan paman Sir Nicholas, yaitu Hugo. Dua kejadian yang pertama telah cukup membongkar identitas Sir Nicholas yang palsu, walau yang ketiga tidak karena Hugo tidak pernah bertemu muka dengan Danny selama di Jenewa.
Judul buku ini di dalam bahasa Indonesia: Konspirasi Takdir, baru akan terpahami setelah pembaca menyelesaikan semuanya. Peran petugas yang menempatkan Danny di sel yang sama dengan Sir Nicholas dan Big Al, peran Sir Nicholas sebagai guru dan mentor, ketidakfasihan Danny dalam tulis baca, pembiaran sipir terhadap "kelolosan" Danny, keahlian Hunsacker atas perangko-perangko langka, dll adalah semua konspirasi tersebut yang merubah hidup Danny secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, saya akui saya menikmati cerita ini. Banyak detail yang harus diperiksa ulang ke bagian depan ketika sesuatu terjadi. Archer cukup berhati-hati merangkai setiap cerita. Saya pribadi suka dengan penggalan bab yang pendek-pendek--karena tidak menyukai buku dengan bab yang terlalu panjang.
Jadi, buku ini buku yang wajib anda baca.
Sedikit kekurangan buku ini, kalau boleh saya tambahkan adalah pemilihan foto tokoh di sampul buku. Danny diceritakan menyamar menjadi seorang ningrat Skotlandia. Kira-kira apa warna kulit ningrat itu? Putih atau bukan? Kalau dilihat sampul buku ini, maka saya akan kecewa karena ternyata Danny tidak berkulit hitam, tapi putih. Semisalnya, si penulis membiarkan pembaca mereka-reka ras Danny, apakah pembaca akan sepakat bahwa Danny berkulit bukan putih? Saya tidak yakin itu. Sedikit banyak, menurut saya, foto di sampul itu menggiring pembaca bahwa stereotype bahwa non-kulit putih tidak terdidik, pekerja kasar, dan korban dari perilaku jahat kulit putih.
Saya pernah juga menemukan ketidakselarasan sampul dengan cerita di isi pada sebuah novel yang saya kritik. Dan saya kira, Gramedia tidak seharusnya membuat kesalahan seperti di atas.
Nusantara, 23 Januari dan 20 Februari 2014