Tapi kalau di maskapai penerbangan, anda baru diberi poin--yang suatu hari bisa pula anda tukarkan, atau sumbangkan--kalau anda membeli tiket dengan harga yang lebih mahal.
Eits, nanti dulu, membeli yang lebih mahal bukan berarti bahwa anda akan duduk di kelas bisnis, ya. Anda bisa saja duduk di sebelah saya yang membeli tiket promo.
Misalkan deh, begini. Saya beli tiket dengan harga promo masing-masing Rp500 ribu dari bandara JOG ke SUB lalu ke LOP lalu balik ke SUB, dan terakhir ke DPS. Total saya mengeluarkan uang Rp.2 juta. Lalu seorang penumpang lain dengan membeli tiket yang lebih mahal, katakan Rp.1,5 juta, dari titik JOG ke DPS, langsung.
Siapa yang mendapat poin? Walaupun saya mengeluarkan uang yang lebih banyak dibandingkan dengan orang lain tersebut dan melakukan perjalanan yang lebih sering dibandingkan, NAMUN yang berhak atas sekian poin adalah orang tersebut.
Lho, kok bisa begitu? Kan, judulnya Kartu Acap-Terbang? Bukan Kartu Mahal-Terbang?
Yah, begitulah kenyataannya. Mau apalagi. Konsumen toh? Lemah toh? Terima saja.
Nusantara, 17 Februari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H