Penyanderaan di Sidney diduga dilakukan oleh seseorang yang membawa atribut Islam. Ia memaksa sandera menunjukkan sebuah bendera yang berisi kalimat tauhid di dalam Islam. Pikiran pendek setiap orang akan mengatakan bahwa Islam berada di belakang aksi ini.
Di twitland ada beberapa orang yang bercuit yang mempertanyakan hubungan ajaran Islam dengan penyanderaan di kafe coklat. Walaupun yang menyatakan hal itu hanya sedikit orang, namun bisa jadi bisa mewakili perasaan sebagian orang lain.
Di media Australia diberitakan bahwa mufti besar Australia telah mengutuk peristiwa itu dan menyatakan bahwa umat Islam--apalagi agama Islam!--tidak berada di belakang semua peristiwa itu. Bahkan di beritakan juga bahwa ia dan beberapa pemuka agama lain telah berkumpul di mesjid besar di Sidney menunjukkan sikap menentang penyanderaan itu.
Yang kemudian menjadi ketakutan di Australia adalah bahwa umat Islam di sana akan diserang. Polisi di Australia telah menjaga mesjid-mesjid dari kemungkinan penyerangan. Di twitland juga ada berita seseorang yang melempar sampah ke seorang perempuan berjihab yang sedang berjalan di trotoar.
Namun, Australia bersikap sangat dewasa. Malam ini beredar sebuah tagar/hashtag #illridewithyou. Mereka, rakyat Australia bersedia memberi tumpangan, menemani di jalan, bus, atau kendaraan lain setiap Muslim Australia yang takut pulang sendirian dan diserang oleh orang lain di jalan.
Mengapa demikian? Beberapa orang Muslim terlihat takut menunjukkan identitasnya hari ini karena khawatir akan diserang. Tangkapan layar di twitland di bawah ini membuktikan kekhawatiran Muslim Australia tersebut. Seseorang melihat seorang wanita Muslim menanggalkan hijabnya secara perlahan-lahan ketika ia berada di stasiun. Melihat itu si pria tersebut langsung mencegahnya dan meminta ia tetap mengenakan hijab tersebut. Si pria lalu menawarkan diri akan mengantar si wanita Muslim tersebut ke tujuannya.
[caption id="attachment_341436" align="aligncenter" width="598" caption="Sumber akun @abdullah_muteb"][/caption]
Mungkin masyarakat AS di kemudian hari--andai saja mereka dulu bisa--harus belajar dari masyarakat Australia bagaimana memisahkan Islam dari terorisme.
[caption id="attachment_341439" align="aligncenter" width="646" caption="Sumber akun @adrien_gabriella"]
Terimakasih Australian!
Yogyakarta, 15 Desember 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H