“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh”. (Q.S. As-Shaff:4)
Betapa besar kecintaan Allah SWT kepada setiap MakhlukNya, mengisi setiap inci kehidupan alam semesta, indah nan sempurna.
Adalah Imam Ahmad r.a mengisahkan sebuah riwayat dari Ali ibnu Abdullah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami mujalid, dari Abul Waddak, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda “Ada tiga macam orang yang Allah rida kepada mereka, yaitu seorang yang mengerjakan shalat di malam hari, dan kaum yang apabila shalat mereka membentuk barisan dengan teratur, serta kaum yang apabila dalam medan perang mereka membentuk barisan yang teratur”.
Cinta dan Keteraturan, begitulah dua hal yang di ajarkan oleh illahi Rabbi. menjadi sebuah energi bagi para Peyakin sejati, sejak dahulu, kini dan nanti.
Lihatlah kemudian, seorang pemimpin besar yang namanya terukir indah dalam sejarah, yang karenanya lah salah satu asbab terbuka keberanian kaum muslimin untuk berdakwah secara terang-terangan. Seorang Al Faruq Umar ibnu Khattab, orang yang paling membenci kedatangan islam. begitulah kiranya sampai datang celupan Cinta dan Hidayah dari Rabbi kepadanya, hingga membuat seorang yang semula memusuhi menjadi pembela. Tak habis sampai di sana, cinta kemudian membawanya kepada keteraturan. Bahkan dikisahkan sampai sholatpun, Sang khalifah membetulkan shaff kaum muslimin menggunakan Pedang seraya berkata “Mau kalian rapikan shaff, atau pedangku yang akan merapikannya”.
Begitu pula jika kita membuka sedikit sejarah bangsa ini, betapa Cinta dan Keteraturan telah membawa tiga kerajaan besar (Demak, Cirebon, dan banten) bahu membahu mengusir Portugis dari Nusantara, meski nyawa seorang sultan Adipati Unus terenggut, tapi Dia datangkan sosok pengganti Fadhillah khan (terkenal dengan sebutan Fatahillah, kelahiran 1471) untuk memimpin pasukan ini, ia sadar persenjataan aliansi tiga kerajaan ini tidak sebanyak dan secanggih teknologi persenjataan portugis.
Maka Fadhilah khan menahan armadanya di teluk menanti kedatangan portugis tidak melakukan perang terbuka di laut lepas, sebab itu sama saja bunuh diri mengingat daya ledak dan jangkauan persenjataan portugis jauh lebih baik di banding persenjataan Perang armada Fadhilah khan, kemudian keteraturan itu berhasil membawa kemenangan, menghancurkan leburkan satu kapal portugis yang mencoba merapat ke teluk sunda kelapa oleh serbuan menakutkan pasukan Fadhilah khan. Hingga sang Kapten Duarte Coaelho, pemimpin armada portugis ciut nyali dan segera balik badan memerintahkan armadanya kembali. Fadhilah khan bersama pasukan islam akhirnya berhasil memukul mundur portugis dari pulau jawa.
Atau tentang cerita pemuda era 90an, yang dengan cinta nya memperjuangkan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda, hingga akhirnya para pemuda berkumpul mendirikan organisasi Budi Oetomo, lahir peristiwa Sumpah Pemuda, bahkan sampai tertulis rapi dalam sejarah sebuah misi besar nan melegenda yang dilakuakan oleh Pemuda dengan menculik Bung Karno dan Hatta untuk mendesak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ah, begitulah cinta dan keteraturan menghiasi langit sejarah bangsa ini. Mengisi setiap catatan sejarah perjuangan, menjadi modal para Pemuda sebagai pelaku sejarah dalam mengukir kisah heroik di masanya. Cinta memang membawa pelakunya rela melakukan apa saja, “bahkan kekuatan Cinta mampu mengubah kualitas hidup dan selera peradaban” (Anis Matta). Sementara keteraturan adalah bab tentang keseimbangan dan kekokohan layaknya sebuah bangunan, karenanya setiap jiwa yang menginginkan kekohan dirinya haruslah memilki tiga aspek utama yaitu kokoh dalam jasmani (raga), rohani (jiwa) dan aqli (pemikiran). Untuk kemudian menjadikan kita menarik sebuah kesimpulan baru bahwa sejak dahulu begitulah Indonesia, selalu berisi bercerita tentang Para Pemuda membangun Cinta untuk Indonesia.
***
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Membangun artinya Bangkit berdiri, mendirikan, membina, serta memperbaiki. Yang kesemuanya menunjukkan tentang metode atau upaya yang dilakukan. Hingga akhirnya sampai pada sebuah pernyataan bahwa membangun adalah sebuah tahapan besar yang tersusun secara rapi bersifat progresif dan solutif, memiliki dasar yang kokoh serta tujuan yang jelas terhadap suatu hal atau suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Itulah mengapa dua ciri utama dari kata Membangun adalah Konstruktif dan Visioner. Dan keduanya tidak akan pernah terwujud oleh kelompok lain kecuali oleh KITA. Ya, Kita adalah Pemuda yang memiliki misi luhur untuk menjaga sejarah, serta membangun Cinta Indonesia.
Pemuda adalah ledakan potensi seutuhnya, aktor Perubahan dan solusi setiap bangsa. Dengan lantang seorang Founding Father RI (Ir. Seoekarno) mengambarkan tentang pemuda dalam suatu kalimat “Berikan Aku 100 orang tua, makan akan ku cabut Sumeru dari akarnya. Dan berikan aku 10 orang Pemuda, maka akan ku guncangkan Dunia”.Atau khiasan dari Seorang Pemuda mahsyur Hasan Al Banna “Sesungguhnya sebuah fikrah akan berjaya manakala kuat keyakinan kepadanya, ikhlas dalam menyempurnakannya, semangat dalam memperjuangkannya, dan kesediaan untuk berkorban dalam merealisasikanya. Karena asas keyakinan adalah hati yang bersih, asas keihlasan adalah jiwa yang suci, asas semangat adalah keiginan yang kuat, dan asas berkorban adalah tekad yang membara. Dan Keempat rukun ini yaitu keyakinan, keihlasan, semangat, rela berkorban tidak dimiliki kecuali oelh seorang pemuda”.
Maka kemudian jika ledakan semangat pemuda di gabungkan dengan semangat pembangunan, akan menghasilkan sebuah solusi mencintai Indonesia, dengan tiga syarat utama sebagai berikut :
Pertama,Mempersiapkan diri. Bagian ini merupakan hal mendasar dalam membangun Cinta Indonesia. Karena berbicara tentang cinta adalah tentang mempersembahkan karya terbaik. Dan karya terbaik takkan mampu di hasilkan manakala setiap kita gagal dalam mempersiapkan diri. empat kunci dalam mempersiapkan diri yaitu membekali diri dengan ilmu dan menambah pemahaman terkhusus yang berkaitan dengan Indonesia, merekonstruksi pemikiran yang salah selama ini tentang solusi bagi permasalahan bangsa, merubah selera kita menjadi selera peradaban baik dalam bertutur kata, hobi, cara berpakaian, bertingkah laku sebagai individu atau bagian dari komunitas, dan yang terakhir tak berhenti untuk bermimpi karena inilah yang selama ini mampu mempertahankan prinsip dan menjadi pelita bagi para pemuda dalam menunjukkan eksistensinya.
Kedua,Menyebarluaskan Cinta dalam barisan kebersamaan. Dengan kata lain yaitu berjamaah. Tentu mencintai Indonesia adalah menghimpun secara kolektif ide-ide yang berkecamuk dalam setiap diri pemuda, bergerak selaras, bersama dengan visi yang sama. Dimulai dari skup terkecil yaitu menyatukan dua peradaban (membentuk keluarga-keluarga yang memiliki visi yang sama) sampai bergerak diranah kebijakan pemerintah. Mencintai perbedaaan, “memperkecil Kompetisi memperbesar kolaborasi”(Sisilia DP). Mencintai Indonesai seutuhnya adalah tentang meleburkan ego, untuk satu tujuan yang sama yaitu Indonesia.
Ketiga, berkarya dengan memaksimalkan setiap Potensi. Tentu kita menyadari bahwa suatu kelompok tak akan mampu mengurus negeri ini sendiri. Indonesia adalah Sabang sampai Merauke, kaya dan luas terbentang. Mengisi setiap pos kepemimpinan dalam karya di berbagai bidang disiplin ilmu adalah bagain dari mencintai Indonesia, apapun bentuknya. Bermula dari coretan gagasan kecil sampai narasi yang terimplementasi menjadi sebuah sistem yang di adopsi oleh bangsa Indonesia. Tentu dengan tema-tema baru yang lebih solutif, lebih konstruktif tentang mencintai Indonesia Seutuhnya.
Anugerah terindah itu adalah kita, Segenap keyakinn dan pengharapan Maha Dahsyat dari orang-orang yang senantiasa mencintai. Lalu Dia tiupkan Ruh, lalu tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang di nanti. Kemudian, adakah yang lebih baik dari pada kata “memantaskan” tuk hiasi langit cerah nan biru itu ?.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI