Mohon tunggu...
REZZA RIVANA
REZZA RIVANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jangan jadikan kelebihan orang lain sebagai tolak ukurmu, karena kamu dengan value-mu begitupun dengannya, kalian takkan pernah sama.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mayang Rontek Tarian Khas Mojokerto

19 November 2022   22:07 Diperbarui: 19 November 2022   22:18 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mojokerto adalah sebuah kota di provinsi Jawa Timur, sebelah barat daya Surabaya. Mojokerto pertama kali dibuka sebagai kabupaten pada 9 Mei 1923, menjadikannya kabupaten tertua kesepuluh di provinsi Jawa Timur.

Nama Mojokerto diduga berasal dari nama pohon suku Maya yang tumbuh di salah satu desa, dan kata "kerto" berasal dari kata "kerta raharja" yang berarti kedamaian. Nama Mojokerto berarti tempat yang damai di mana pohon beech tumbuh.

Kotamadya Mojokerto terbentuk melalui proses sosial yang diawali dengan keputusan No. 32 tahun 1918 dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan status Stadsgemente pada tanggal 20 Juni 1918. Pada masa Pemerintahan Kependudukan Jepang, status Sidan diperintah oleh seorang Si Ku Cho dari tanggal 8 Mei 1942 hingga 15 Agustus 1945.

 Selama revolusi 1945 - 1950 Pemerintah Kota Mojokerto yang menjalankan pemerintahan menjadi bagian dari Dewan Pemerintahan Kota Mojokerto dan dipimpin oleh Wakil Walikota. kecuali untuk komite nasional daerah. Daerah Otonom Kota Mojokerto dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950, tanggal 1 pada bulan Agustus 1950 statusnya diubah menjadi Alun-alun kota berdasarkan UU No. 1 Tahun 1957. 

Setelah berlakunya UU No. 118 Tahun 1965 diubah menjadi Kotamadya Mojokerto. Kemudian diubah menjadi Kotamadya Tingkat II Mojokerto berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1974.  Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Kotamadya Mojokerto Tingkat II, seperti halnya daerah lainnya, mengubah Nomenklaturnya menjadi Pemerintah Kota Mojokerto.

Mojokerto dikenal sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit. Peninggalan dari masa lalu dapat ditemukan di Mojokerto berupa candi, prasasti, arca dan artefak. Sama seperti Tari Gandrung Banyuwangi, Tari Reog Ponorogo, Mojokerto juga memiliki tarian khas bernama Mayang Rontek. Sebuah tarian rakyat yang masih berkutat dengan kondisinya saat ini. 

Pada zaman Majapahit, kawasan Mojokerto merupakan pusat Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, Mojokerto memiliki banyak tempat wisata sejarah yang kaya akan budaya.

Walaupun kebudayaan Majapahit telah banyak mengalami perubahan dari masa ke masa. Jarak antara Kerajaan Majapahit abad ke-13 dengan masa kini begitu jauh sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa kebudayaan Majapahit mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Salah satu bentuk kebudayaan Majapahit yang mengalami proses tersebut adalah pengantin Mojoputri yang menginspirasi terciptanya tarian ini. 

Pengantin Mojoputri merupakan prosesi pernikahan adat (manten) yang terdapat pada masyarakat Mojokerto.

Dahulu, pernikahan Mojoputri merupakan budaya yang tidak pernah ditinggalkan dalam setiap upacara pernikahan. Mulai dari lamaran hingga tata rias, prosesi pernikahan Mojoputri memiliki keistimewaan tersendiri. Tata rias pengantin Mojoputri merupakan perpaduan tata rias Majapahit, Islami, Demak-Mataram dan Belanda.

Tari Mayang Rontek ini awalnya terinspirasi dari prosesi pernikahan Mojoputri. Pernikahan Mojoputri merupakan salah satu prosesi pernikahan adat yang berkembang di negara Majapahit (Mojokerton). Berdasarkan Prosiding Sendesunesa 2017, Puspitaning Wulan mengungkapkan bahwa penguasa Mojokerto pada era 1990-an, yakni Machmoed Zain, melihat keunikan pengantin Mojoputri. 

Ia kemudian mengutus seorang setu (seniman) untuk mementaskan tarian untuk melengkapi prosesi adat tersebut. Sejak awal tahun 90-an, saudara-saudara mulai mengerjakannya dan merekonstruksinya sehingga lahirlah sebuah tarian yang indah. Tarian ini disebut Mayang Rontek. 

Nama Mayang Rontek sebenarnya berasal dari kata ubohrampe (segala aksesoris pengantin). Kata "Mayang" sendiri berarti simpul atau bunga. Kata "rontek" adalah hiasan rumbai di ujung tombak. Digabungkan, arti Mayang Rontek adalah bunga dengan bunga berbentuk rumbai, sebagai hadiah bunga di pesta pernikahan.

Belum lama ini, pada tahun 1993, tarian Mayang Rontek mulai dikenal masyarakat. Tari Mayang Rontek merupakan bagian tak terpisahkan dari prosesi pernikahan Mojoputri. Tarian ini dilakukan setelah upacara Bool Malam Mante Mojoputri. 

Tari Mayang Rontek semakin mengakar di masyarakat. Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 1996, Gubernur Machmoed Zein menetapkan Mayang Rontek sebagai tarian khas Kabupaten Mojokerto. Sejak saat itu, tari Mayang Rontek dipentaskan di berbagai tempat.

Tari Mayang Rontek merupakan perpaduan budaya Jawa dan Arab-Islam. Tari Mayang Rontek diiringi oleh alat musik gamela (Jawa) dan jidor serta rebana (Islami). Perpaduan musik pengiring Tari Mayang Rontek menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Mojokerto beragama Islam dan masih mempertahankan budaya Jawanya.

Rangkaian tari Mayang Rontek terdiri dari 3 bagian yaitu pembukaan, inti dan penutup. Bagian-bagian ini memiliki maknanya sendiri. Pada bagian pembukaan gerakan dan ritme tarian masih tenang dan lembut yang berarti berserah diri kepada Tuhan sebagai pribadi. Bagian kedua, inti, gerakan dan ritme, lebih jelas dan sederhana. Ini menggambarkan perjalanan hidup seseorang yang penuh dengan lika-liku dan cobaan sepanjang hidupnya.

Terakhir, bagian penutup memiliki gerakan yang tetap dan dinamis. Gerakan terakhir ini menunjukkan bahwa selalu ada jalan keluar dari segala masalah dan rintangan dalam perjalanan hidup manusia, karena Allah tidak memberikan cobaan, tetapi karena hamba-Nya mampu.

Kostum yang digunakan cukup sederhana seperti pengantin wanita, kebaya lengan panjang, jarik, ikat pinggang, selendang, selimut, sampur dan wolo. Pemilihan busana masyarakat Mojokerto banyak dipengaruhi oleh Islam.

 Sebagian besar penari Mayang Rontek adalah remaja putri. Hal ini erat kaitannya dengan penggambaran kedua mempelai dalam prosesi Mojoputri. Bisa dilakukan sendiri atau berkelompok. Dalam pemilihan lagu dipilih gamelan Jawa Timur sebagai pengiring. Band ini dimulai dengan Srepek Suroboyo, Jula-Juli, Giro Jaten dan Terbangan.

Pada dasarnya setiap budaya, termasuk seni tari, memiliki filosofinya masing-masing. Setiap gerakan memiliki makna dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun