Ketujuh mayat itu ditemukan pada 4 Oktober 1965 dengan kepala tertunduk dan bertumpuk satu sama lain. Ketujuh orang tersebut adalah Jenderal (Post) TNI Achmad Yani, Letjen (Post) Suprapto, Meyjen (Post) MT Haryono, dan Letjen (Post) Siswondo Parman. Kemudian Mayjen (anumerta) DI Pandjaitan, Mayjen (anumerta) Sutoyo Siswomihardjo, dan Letnan Satu Corps Zeni (Anumerta) Pierre Andreas Tandean.
Setelah berhasil membunuh enam jenderal dan seorang perwira pertama, pasukan Letkol Untung keesokan paginya berhasil mengambil alih Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyebarkan propaganda mereka. Namun penyitaan tersebut berlangsung kurang dari sehari, karena Kostrad mampu merebut kembali RRI.
Peristiwa kelam ini membawa banyak dampak bagi Indonesia, yaitu:
- Kekuatan politik di Indonesia hancur setelah kegagalan kudeta.
- Penyatuan TNI dan kelompok agama untuk membalas PKI.
- Pembantaian massal terhadap orang-orang yang terkait dengan PKI atau dianggap sebagai pendukung PKI. Bahkan pembantaian ini dikenal di dunia sebagai pembersihan anti-komunis.
- Setelah pembantaian orang-orang PKI atau mereka yang dianggap PKI, TNI menjadi kekuatan baru.
- Larangan organisasi dan partai yang menganut paham marxisme, leninisme dan komunisme sampai sekarang.
- Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena konflik antara penyelenggara negara dan lembaga.
- Munculnya demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh masyarakat, mahasiswa, AS dan KAPPI. Dimana demonstrasi ini memicu Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura. Tritura mengandung tiga hal. Pertama, tuntutan agar PKI dibubarkan, kedua pembersihan kabinet Dwikora dan unsur-unsur PKI, dan ketiga penurunan harga.
- Membuat kabinet baru untuk memenuhi Tritura. Kabinet Dwikora perlu diperbaharui karena perlu dibersihkan dari menteri atau pejabat yang mendukung PKI.