Akibat dari perburuan masal yang tidak disertai dengan domestikasi atau usaha pelestarian itu mulai terlihat pada tahun 1700an. Jumlah burung di pulau Funk (pulau batu granit tadi) menurun sangat drastis. Perkembangbiakan alka besar cukup kuat karena sampai bisa bertahan hingga 2 abad meski populasinya jelas merosot. Sementara perburuan masih terus terjadi.
Peneliti mempercayai alka besar kemudian punah pada tahun 1800an. Hal itu disadari ketika seorang pelukis bernama John James Audubon pergi ke Newfoudland untuk melukis secara langsung burung tersebut. Namun sayang, ia tidak menemukan satu pun burung di tempat tersebut. Yang bisa ditemukan saat ini tentang alka besar hanyalah tulangnya di museum-museum juga cerita tentang  bagaimana manusia pernah begitu rakus memburunya.
Sumber:
Kolbert, Albert. 2020. Kepunahan Keenam: sebuah sejarah tak alami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H