Mohon tunggu...
Rezza B. Prasetyo
Rezza B. Prasetyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - buruh seni dan buruh hidup

seorang pegawai swasta yang suka membunuh waktu dengan buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia Purba yang pernah hidup bersama kita! Ada yang dari Indonesia

7 November 2021   17:52 Diperbarui: 8 November 2021   07:42 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neanderthal jika hidup pada masa kini. source: flickr

Belakangan saya mulai jenuh dengan buku-buku sastra yang biasanya saya baca, entah itu cerpen, puisi maupun novel. Saya iseng, berawal dari sebuah akun penjual buku bekas di IG, saya mencoba untuk mencari bacaan sains populer. Buku sains populer yang pertama saya baca yaitu Kepunahan Keenam karya Albert Kolbert. 

Dari situlah saya mulai mencari-cari lagi buku sains lain. Dari pencarian itu, saya menemukan sebuah buku yang semasa saya kuliah cukup menjadi bahan perbincangan kawan-kawan saya. Ya, Sapiens karya Yuval Noah Harari. Dugaan saya agak keliru, saya kira buku ini hanya membahas manusia secara biologis saja, tapi ternyata semakin banyak halaman yang saya baca justru semakin membahas mengenai kebudayaan Sapiens zaman dahulu. 

Di antara banyak bab yang saya baca, di bahas pula mengenai jenis manusia lain yang hidup saat itu. sebab bukan tidak mungkin kita berdampingan dengan spesies manusia lain, sama halnya beruang kutub yang berdampingan dengan beruang madu, beruang hitam dan beruang lain.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, kita, Homo sapiens, dewasa ini adalah satu-satunya genus homo yang berhasil mempertahankan eksistensinya lebih dari sekitar 150 ribu tahun. Namun, dahulu ternyata kita hidup tidaklah benar-benar sendiri sebagai Homo. Kita memiliki beberapa "sepupu" yang pernah hidup berdampingan dengan kita. Jika saja mereka tidak punah (dan mungkin saja, salah satu penyebab kepunahan mereka adalah Sapiens sendiri) akan seperti apakah kehidupan saat ini berjalan.

Beberapa jenis Homo tersebar di beberapa wilayah di bumi ini seperti Neandhertal, Erectus, Soloensis, Florensis dan Denisova. Berikut ialah sepupu kita menurut buku Sapiens dan beberapa sumber yang saya kumpulkan secara singkat:

  • Homo Neanderthal

Menurut buku Sapiens, Homo neanderthalensis, atau sebut saja Neanderthal merupakan jenis manusia yang berevolusi di daerah Eropa dan Asia Barat. Hal ini bisa dibuktikan dengan persebaran fosilnya yang terdapat di daerah-daerah tersebut. Arti dari namanya sendiri yaitu "manusia dari lembah Neandher".

Neandhertal memiliki perawakan yang lebih gempal dan lebih berotot dibandingkan kita Sapiens, serta memiliki adaptasi yang cukup baik dengan iklim dingin Zaman Es di Erasia barat.

Sepupu kita ini terpisah dari garis evolusi manusia sekitar 500.000 tahun lalu dan punah sekitar 30.000 tahun yang lalu. Neanderthal juga memiliki kemampuan berinovasi dan membuat teknologi seperti yang telah di temukan di Uluzian, Italia selatan. Pada situs arkeologi tersebut, telah ditemukan peralatan hidup  yang digunakan Neanderthal seperti alat memancing, alat berburu yang terbuat dari tulang dan batu.

  • Homo erectus 

Spesies ini dulu sering disebut di buku IPS saat SMP dulu. Ya, spesies inilah yang ditemukan di Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Menurut Yuval, H. erectus menghuni wilayah Asia-asia timur. Ia bisa dibilang merupakan spesies manusia yang bertahan paling lama di sana, sekitar 2 juta tahun. Banyak ilmuwan percaya bahwa H. erectus merupakan mahluk manusia era awal dan hidup pada era Pleitosen awal. Ia memiliki beberapa nama lain, yaitu Pithecantropus Erectus dan Paleojavanicus.

  • Homo soloensis

Memiliki arti Manusia dari Solo. Diperkirakan hidup di daerah sekitar Bengawan Solo pada era Paleotikum. Menurut Yuval, manusia ini cocok beradaptasi di wilayah tropis. Menurut von Koenigswald dan R. Weidenreich, soloensis memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari erectus dilihat dari kebudayaan dan alat-alat yang digunakan oleh mereka. Namun, belakangan ini soloensis diklasifikasikan sebagai subspecies dari Homo Erectus.

Jika dilihat dari segi fisik, mungkin perbedaan antara Erectus dan Soloensis tidak terlalu banyak, namun para ilmuwan percaya bahwa Soloensis mampu berjalan dengan lebih sempurna. Selain itu,  otot tengkuk mengalami penyusutan serta konstruksi wajah yang tidak menonjol ke depan.

  • Homo  florensis

Ketika permukaan laut luar biasa rendah, manusia-manusia prasejarah berhasil mencapai pulau Flores. Dan ketika permukaan laut kembali meninggi, beberapa manusia tersebut terpenjara dalam pulau yang tak memiliki banyak sumber daya alam tersebut.

Dibandingkan dengan spesies lain, Florensis memiliki keunikan. Ya, mereka mengalami proses katai sehingga tinggi maksimum mereka hanya 1 meter saja dengan bobot tak lebih dari 25 kilogram. Bisa dikatakan, merekalah manusia Hobbit seperti yang ada di trilogi The Lord of the Ring. Ketika manusia-manusia besar lainnya membutuhkan banyak makanan di pulau tersebut, florensis yang  berukuran kecil mampu bertahan lebih baik meski pada akhirnya tak bisa mengalahkan kepunahannya.

  • Homo denisova

Pada tahun 2010, di sebuah gua di Siberia, para arkeolog menemukan tulang hari yang memfosil. Namun, analisis genetika membuktikan bahwa jari yang ditemukan tersebut tidaklah dimiliki oleh spesies-spesies manusia lain yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dinamailah si pemilik jari tersebut dengan nama Homo denisova karena ditemukan di gua Denisova. Selain denisova, di gua tersebut tinggal juga Neanderthal dan Sapiens.

Para ilmuwan percaya bahwa Denisova merupakan hasil kawin campur antara Neanderthal dan sapiens. Karena memiliki 6-7% kesamaan genetik dengan Neanderthal dan Sapiens.

---

Mengutip dari buku Sapiens, selagi manusia berevolusi di Eropa dan Asia, evolusi di Afrika Timur tidaklah berhenti. spesies-spesies bar uterus tercipta seperti Homo rudolfensis, Homo ergaster, dan terakhir yang dengan congkak kita namai Homo sapiens, "Manusia Bijak." adalah anggapan yang keliru jika ada pemikiran bahwa hanya ada satu spesies homo di setiap zaman.

Yang jelas, dengan mengetahui bahwa kita tidaklah pernah benar-benar sendiri membuat saya malu ketika dengan congkaknya saya sangat jauh lebih tinggi daripada mahluk di sekitar saya yang padahal saya juga sebagai sapiens merupakan salah satu ekosistem dari bumi. Meski memang kita pun perlu percaya bahwa kita diciptakan sebagai pemimpin dunia ini agar bisa menjaga alam dengan lebih baik. terima kasih karena telah membaca, dan mohon di koreksi jika artikel ini memiliki kekurangan maupun kekeliruan.

Sumber: Harari, Yuval Noah. Sapiens: sejarah singkat umat manusia. (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia). 2021

Wikipedia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun