Aku adalah orang yang berteman baik dengan sebuah penolakan. Gagalku lebih banyak daripada hal-hal yang saat ini kucapai. Tanganku tak sekuat orang lain saat menggenggam impian, tapi tak apa ketika tersungkur aku memiliki jeda. Kukumpulkan tekad yang kupunya ku rancang kembali hingga apa-apanya terasa cukup dalam genggaman.
Orang yang saat ini berdiri dengan percaya diri dan menjadi seseorang yang sangat diinginkan oleh orang lain, aku yakin dahulunya ia juga pernah berteman baik dengan penolakan.
Kita inginnya apa-apa berjalan tanpa kendala, kita inginnya apa-apa berjalan sesuai harapan tanpa berliku maupun tikungan.
Padahal hidup kita seperti sirkuit yang tak berujung penuh dengan tikungan. Kita pun tau bahwasanya kita adalah wayang dari Dalang yang Maha Segalanya.
Tanpa penolakan mungkin kita tidak mengenal tegar dan tabah. Padahal ketegaran dan ketabahan adalah tanda bahwa kita adalah insan yang berproses, kita adalah insan yang sanggup berdiri meski tertatih setelah menelan masa kelam nan pahit.Â
Sebagai insan kita harus mengenal baik bagaimana penolakan mampu menyelamatkan hidup kita. Ada rencana terbaik dan alasan kuat di balik apa apa yang kita inginkan justru ditolak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H