Mohon tunggu...
Rezy Refro
Rezy Refro Mohon Tunggu... Relawan - Laki-laki

suka menulis dan membaca. // instagram : @refrorezy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meditasi Terbaik adalah Menikmati

26 Maret 2019   14:26 Diperbarui: 26 Maret 2019   16:24 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Meditasi yang baik mungkin bisa diciptakan sesuai daya nalar dan tingkat sensitif hati seseorang. Tentu sebagai manusia yang bijaksana, harus menghargai keberagaman konsep meditasi orang lain. Entah meditasi dengan spiritual, agama, ajaran nenek moyang, sampai bermain game. 

Dari banyaknya konsep meditasi yang dilaksanakan manusia, kemungkinan besar mempunyai tujuan yang sama. Mencari kedamaian, kebebasan, dan ketenangan. Tetapi apakah masalah atau ujian hidup seseorang akan selesai bila kedamaian, keikhlasan, maupun ketenangan itu telah tercipta? Tentu tidak. 

Lalu apakah itu berarti meditasi yang dilakukan salah? Tidak juga, karena tujuan meditasi telah tercapai, yaitu ketenangan. Hanya saja masih ada ruang yang belum selesai.

Tetapi apakah meditasi adalah solusi untuk memecahkan masalah? Jelas sekali tidak. Bayangkan jika seorang pencuri masuk ke dalam rumah untuk mencuri barang berharga yang ternyata sudah diketahui oleh seorang polisi sebagai pemilik rumah, tidak mungkin polisi tersebut akan melakukan meditasi dengan berdiam diri dan menutup mata untuk mencapai ketenangan semata. Bayangkan lagi, (ini akan lebih sederhana) jika anda pernah melakukan kesalahan pada masa lalu, anggap saja mematahkan hati seorang lelaki/perempuan tetapi belum sempat mengatakan bersalah, apakah dengan meditasi, hati yang patah akan kembali utuh?

Menurut Pemikir lain (seseorang yang mengetik tulisan ini), meditasi tidak cukup kuat untuk memecahkan masalah. Meditasi hanya konsep yang diciptakan manusia untuk mengalihkan atau melupakan masalah dengan cara mencari "ketenangan" seketika. Mungkin memang begitu tujuan meditasi, mungkin.

Bagaimana jika konsep meditasi disederhanakan dengan cara menikmati. Betul, cukup dengan menikmati. Menikmati segala kesalahan yang telah, sudah, dan akan terjadi. Menikmati kebodohan yang telah, sudah, dan akan terjadi. Menikmati masalah yang tidak terselesaikan atau sedang dijalankan saat ini. Menikmati penyakit fisik dan batin yang sedang terjadi. 

Bagaimana caranya? Cukup pikirkan sebuah masalah, renungkan segala resiko terkecil sampai terburuk, lalu ciptakan bahwa anda sadar sedang memikirkan masalah tersebut. Sudah begitu saja. Coba kita pertanyakan kembali, apakah hanya dengan "menikmati" sebuah masalah akan terselesaikan? Tidak juga. Apakah ketenangan akan muncul dengan cara menikmati masalah? Ya bisa saja.

Lalu apa bedanya dengan meditasi lainnya? Bedanya adalah permasalahan yang ada atau dirasakan tidak dialihkan kepada "konsep meditasi" demi mencapai ketenangan. Karena sumber ketenangan yang paling fundamental adalah permasalahan itu sendiri. Maka berkenalan dengan masalah merupakan langkah awal yang tepat untuk melakukan meditasi. Rasakan dengan hikmat bagaimana otak kepala anda perlahan-lahan membengkak. Lalu baringkan tubuh anda ke tempat paling nyaman. Mulailah menikmatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun