Apakah kamu sering merasa khawatir akan banyak hal?. Baperan?. Susah Move on? Bahkan mudah tersinggung?. Maka yuk kita mengenal pola pikir desktruktif yang harus kita hindari.
Melawan Pola Pikir Destruktif (Sumber Filosofi Teras, Henry Manimpiring)
Dalam menghadapi musibah yang menimpa kita, terkadang kita terlalu berlarut-larut didalamnya. Itulah yang menimbulkan kesusahan.
Contoh saat kita diputuskan pacar kita maka apa yang harus kita lakukan?. Psikolog Martin Seligman Psikolog ternama yang banyak belajar dari filsafat Stoicism. Merumuskan pola pikir 3P yaitu : 1. Personalization. Menjadikan musibah sebagai kesalahan pribadi. 2. Pervasiveness. Menganggap musibah di satu aspek hidup sebagai musibah di seluruh aspek hidup. 3. Permananence. Keyakinan bahwa akibat dari sebuah musibah/kesulitan akan dirasakan terus menerus.
Sebagai Ilustrasi 3P, ada seorang perempuan yang baru banget patah hati berat, sampai kurang makan, nangis 7 hari 7 malam.Â
Maka pola pikir 3P ini bisa diterapkan :
1. Personalization : " Aduh cowok gue selingkuh karena salah GUE yang kurang semok, Kurang cantik, gabisa dandan. Ini semua memang salah gue. Cowo gua pasti akan setia sama gue kalo gue secantik Gal Gadot"
2 Pervasiveness: " Hidup gua emang apes terus, dipercintaan gagal jadi mahasiswa juga ga pintar, jadi anak nyusahin".
3 Permanence : " Gue akan patah hati seumur hidup, gamau lagi gue ngenal cinta!"
Perhatikan pola 3P ini bukanlah sebuah fakta, tetapi murni konstruksi didalam kepala kita sendiri. Mari kita lihat Personalization, Kenyataannya, toh tidak masalah hidup disebabkan hanya oleh kita sendiri.Â
Pervasiveness, kita lihat di saat reaksi kita terhadap hal yang sangat keliru. Gagal dipercintaan bukan berarti gagal menjadi mahasiswa yang berprestasi bukan?.