Nelayan pesisir pantai Jakarta sering kali mengeluhkan laut yang tidak bersahabat sehingga menciutkan nyali untuk pergi melaut. Ombak tinggi mencapai lima meter dan badai yang dapat menggulung perahu semakin mengecilkan semangat mereka yang juga berpengaruh terhadap keluarga.
Pesisir pantai Jakarta Utara sepanjang 35 km merupakan tempat bergantungnya para nelayan yang tidak atau memiliki perahu untuk melaut.
Kendala seperti ini terkadang memakan waktu yang tidak sebentar. Sedangkan dapur mereka menuntut untuk ‘ngebul’ meski sekali dalam dua hari. Mereka terkadang sering meminjam untuk menutupi keperluan hidup keluarga.
Seringnya tidak melaut, membuat mereka harus memutar otak untuk bisa mencari nafkah. Mereka sudah berusaha mencari pekerjaan yang hanya mengandalkan tenaga, karena sebagian besar dari mereka hanya mengetahui ilmu melaut dan menangkap ikan.
Meski mereka melakukan pekerjaan yang mengutamakan tenaga, namun keinginan mereka untuk tetap melaut sangat besar, setidaknya, menggeluti bidang yang tidak jauh dari ilmu yang mereka dapatkan sejak lama.
Di sela – sela melakukan pekerjaan, mereka melihat peluang itu. Mereka berusaha memanfaatkan sumber daya yang ada. Lahan dekat tempat tinggal mereka sangat berpotensi untuk bisa dimanfaatkan dengan swadaya antar nelayan setempat.
Mereka mendapat ide untuk membuat tambak - tambak dekat pesisir secara swadaya, sehingga mereka mampu melakukan pekerjaan yang masih berhubungan dengan dunia mereka. Beternak ikan air laut atau payau.
Satu lagi kendala mereka, ekosistem yang tidak mendukung serta abrasi yang menggerogoti pesisir pantai Jakarta. Hilangnya sebagian pesisir akibat pengikisan yang disebabkan gelombang pasang air laut menyempurnakan keluhan nelayan.
Pemprov DKI sangat jeli melihat dan mendengar keluhan warganya. Bergerak cepat, bekerjasama dengan 1.300 relawan Jepang dan 700 domestik, penanaman mangrove sebanyak 27.000 pohon di (PIK) terlaksana dengan baik.
http://ww.beritajakarta.com/2008/id/video_play.asp?vid=2493
http://www.pusdalhutreg2.org/8/category/penanaman%20mangrove/1.html
Mangrove merupakan salah satu jenis tumbuhan yang mampu bertahan dan hidup subur, meski diterpa air asin. Batang dan akar yang kokoh mampu mencengkeram hingga menguatkan terumbu karang yang berada di sekitar.
Akarnya pun berfungsi menyaring sampah sehingga air laut dan air payau menjadi jernih. Air yang jernih mampu menjaga pertumbuhan ekosistem termasuk terumbu karang dan berbagai jenis ikan.
Terurainya daun mangrove yang jatuh ke air akan menjadi santapan bagi larva dan ikan-ikan kecil yang akan mengundang ikan-ikan besar untuk menghampiri. Sehingga dengan adanya tumbuhan mangrove menjadi tempat ternyaman bagi ikan yang membutuhkan makanan.
Program Pemprov DKI Jakarta dalam menambah ruang terbuka hijau sangat dinantikan semua pihak, terutama warga yang tinggal dekat pesisir pantai.
"Penanaman mangrove ini sebagai wujud keperluan akan kelestarian lingkungan dan ekosistemnya," ujar Sutanto Soehodo, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Industri, Perdagangan dan Transportasi, Minggu (15/7).
Sedangkan pengembangan hutan mangrove, kata Sutanto, memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya intrusi air laut, abrasi, menahan angin, menahan tsunami, pengaturan iklim mikro serta menyerap bahan polutan air maupun udara.
http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/07/25.200-mangrove-ditanam-di-pik
Warga pesisir sangat berterima kasih dengan Pemprov DKI Jakarta yang menjadikan Mangrove menjadi suatu program demi menyelamatkan masa depan Jakarta. Sebelum ada program penanaman mangrove, pesisir pantai Jakarta sangat kotor dengan limbah atau sampah yang dibuang ke laut. Pencemaran yang hanya akan menimbulkan epidemi penyakit yang menyerang warga sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H