Mengapa? Karena akhirat adalah sesuatu yang abstrak. Sedangkan dunia adalah nyata adanya. Saat itulah bagi yang merasa ber-Tuhan bisa merasakan bercinta dengannya, saat itu pulalah yang dilanda cintaNya mengejar-ngejar puncak kenikmatannya. Mari melacurkan diri untuk dunia!! Karena ia adalah ruang terbesar bagimu, masalah kamu akan melacur seperti apa? Atau menilai kebaikan seperti apapun itu adalah kebebasanmu.
Mengapa harus ada Tuhan? Padahal aku bisa tanpanya? Itu karena kamu terlalu sombong, berkacalah pada cermin dan lihatlah dirimu yang jelek itu, yang sombong itu! Patutkah kamu disebut sempurna? Bagi yang tidak pongah pasti akan menjawab TIDAK!!!
Aku butuh tempat berbagi, aku butuh tempat menurunkan egoku, dan ketika ego itu turun maka logikaku serta hatiku akan bersinergi dengan baik, menilai yang mana yang baik dan yang tidak baik. Karena kebaikan adalah relatif, setiap orang dapat memaknainya berbeda. Sinergi dari hasil bercintamu itulah yang dapat menghadiahkan akhirat itu padamu.
Manusia hanya makhluk, tidak lebih dari itu..Bahagialah bagi yang masih dirundung rindu, bahagialah bagi yang masih diuji dan diberi pelajaran, karena Tuhan masih mencintaimu, dia masih ingin kamu kembali ke pelukannya, memadu kasih denganNya.
Saya juga hanya makhluk, namun tiba-tiba saja tertarik untuk mencermati lagu itu, mendengarkannya berulang-ulang. Tidak pantas mencintai seorang manusia lebih dari Tuhan. Uang, prestasi dan pengakuan, hanya titipan. Menyanjung dunia, kemudian manampikkan siapa yang memberinya sesungguhnya cuma menggerogoti harga diri. Sama halnya dengan mencintai manusia yang kurang lebihnya sama bodohnya denganku.
17 Juli 2011
Kuucapkan terima kasih bagi yang telah menohokku hari ini. Membuatku terluka dan kemudian kembali berpikir sebagai manusia seutuhnya. Karena kamu, aku termanusiakan. Dan karena itu pula “Singa Betina” terbangun dari peraduan, mulai mencari mangsanya kembali. Bukan ingin melukaimu, tapi ingin melangkah lagi setegas-tegasnya. Bergandengan denganmu dan melangkah sejajar, tidak menjadi “MAKHLUK KELAS DUA” yang terhinakan. Aku adalah aku, bukan dia atau siapapun!! Bukan bayang-bayang atas imajinasi tinggi idamanmu. Tapi punya keteguhan rasa dan pemaknaan yang tinggi menghargai pengorbanan orang lain.
Untuk dia yang akhirnya membuat pemahamanku lebih dalam lagi tentang bagaimana seharusnya mencintai. Untuk dia yang membuat jemari yang kelu ini kembali menari di atas keyboard, melakukan pemanasan hingga ia akan kembali berbuah karya. Menularkan kembali “ilmu GILA” yang tertidur, memacu lagi adrenalin mereka yang di sekelilingku, seperti UNNE (Matahari) PIJAR, PANAS, TERANG, BERGELORA!!!! GILA SAMPAI MATI!!! (I LOVE YOU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H