Mohon tunggu...
Rezky Raudah
Rezky Raudah Mohon Tunggu... -

mahasiswa fakultas farmasi universitas Hasanuddin angkatan 2014

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lucu Membikin Gemas, Hewan Ini Ternyata Jelmaan Malaikat Maut!

19 Oktober 2016   08:25 Diperbarui: 19 Oktober 2016   08:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Racun, biasanya dimiliki oleh hewan reptil seperti ular juga kadal. Tapi rupanya, salah satu mamalia yaitu jenis kukang (Nycticebus sp) sangat berbahaya. Seperti sering disinggung sebelumnya untuk tidak tertipu pada penampilan. Hal ini pun berlaku untuk kukang. Meski memiliki mata bulat besar dan jari mungil menggemaskan, kukang memiliki racun yang mematikan melalui gigitannya.

Pernahkah Anda digigit komodo? Membayangkannya saja mengerikan. Jika diibaratkan, gigitan kukang punya efek yang sama dengan komoda dalam hal ini merangsek masuk dalam kategori mengancam jiwa.

Di Indonesia sendiri kukang merupakan hewan yang sangat dilindungi, mengingat populasinya yang semakin sedikit. Diketahui saat ini ada tiga spesies kukang yaitu kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang), dan kukang kalimantan (Nycticebus menagensis). Hewan ini merupakan hewan malam, maka tentu jangan berharap melihatnya bergerak aktif di siang hari. Kukang akan tertidur pada siang hari karena efek sinar matahari dapat menyebabkan kerusakan pada mata kukang.

Pada saat malam tiba, kukang akan ke terbangun dari tidur nyenyaknya dan memulai perburuan mencari makan dan bermain. Sayangnya, meskipun lentur dan menggemaskan, kukang bergerak sanggap lamban dan mengunyah dengan sangat pelan. Hal ini membuat mereka mudah menjadi target perburuan para pemburu tak bertanggungjawab.

Sejarah awalnya, seperti dirilis dalam Jurnal Primatologi Amerika ini sebelumnya, kukang yang imut dikategorikan hewan mirip monyet atau kera. Penelitian berlanjut pada jenis racun pada kakung. Racun pada kukang (Nycticebus sp) ditemukan terdapat di sekitar kedua sikunya dan berguna melindungi dari musuh ataupunpredator. Ketika mamalia kukang (Nycticebus sp) merasa terancam, dirinya akan menyilangkan kedua tangannya di atas kepala, membuat gerakan menjilati kelenjar racun di kedua sikunya, dan menyerang demi mempertahankan hidupnya. Ia akan menancapkan gigi pada permukaan kulit korbannya dan menyebarkan racun melalui liurnya.

Sejatinya, gigitan kukang tidak beracun, namun kelenjar di sekitar siku adalah penyebab segala masalah. Kelenjar yang dinamai kelenjar brancial mensekresikan senyawa alergen  peptida. Parahnya, alergen peptida yang berasal dari kukang jika dibandingkan dengan kucing memiliki efek yang signifikan berbeda. Kucing juga mensekresikan alergen peptida, namun sama sekali tidak memberikan efek beracun.

Gigitan beracun kukang dilaporkan menyebabkan deman selama berhari-hari dan menunjukkan reaksi alergi yang fatal. Pertolongan pertama yang dapat diberikan tentu saja membersihkan daerah luka untuk mencegah terjadinya infeksi yang tak diinginkan.

Profesor Anna Nekaris dalam sebuah kesempatan mengungkapkan sebuah fakta mencengangkan tentang efek farmakologis yang ditimbulkan oleh gigitan kukang. "Racunnya menimbulkan anaphylactic shock berujung kematian. Saat terancam bahaya kukang ini mengambil racun ke dalam mulutnya dan mencampurnya dengan air liur."

Anaphilactic shock merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah yang drastis dan biasanya diperparah dengan penyempitan saluran napas sebagai reaksi pertahanan terhadap alergi. Jika dibandingkan dengan hipertensi, hipotensi atau tekanan darah rendah lebih berbahaya, mengingat darah berperan dalam proses transport oksigen ke seluruh tubuh. Saat regulasi penghantaran oksigen mengalami hambatan menuju sel target, sel akan menjadi kekurangan oksigen dan akhirnya mati. Sungguh mengerikan jika dibayangkan.

Anaphilactic shock tentu sangat mengancam nyawa dan diperlukan penanggulangan eksta kilat jika ingin menyelamatkan nyawa sesegera mungkin. Obat-obat golongan simpatomimetik non-selektif seperti Epinefrin merupakan pilihan utama yang dapat diandalkan. Bentuk sediaan epinefrin yaitu intravena, memungkinkan obat bekerja cepat karena langsung dimasukkan ke dalam darah dan karena sifatnya yang non selektif maka selain dapat meningkatkan denyut jantung, efek bronkodilator dari epinefrin sungguh dapat diandalkan dalam keadaan darurat.

Oleh karena itu, tak selamanya hal yang menggemaskan itu aman bagi kesehatan manusia. Menjauh dari gigitan kukang memang harus dilakukan terutama apabila melakukan kegiatan di hutan pada malam hari. Jika terlanjur terjadi anaphilactic shock,epinefrin adalah solusi terpercaya. Maka dari itu, sedia epinefrin sangat dianjurkan bagi mereka yang rawan mengalami anaphylactic shock.Terlepas dari racun dari gigitan kukang, hewan ini tetaplah harus dijaga kelestariannya di bumi pertiwi. Kalau bukan kita siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun