Rumah tua itu terlihat kokoh dan megah, dihiasi dengan patung di halaman depan, membuatnya sangat berbeda dengan rumah lain di sekelilingnya.
Tulisan “Museum Basoeki Abdullah” yang menempel dengan kuat di dinding bangunan mempertegas bahwa rumah tua itu bukanlah rumah hunian biasa.
Rumah yang dihibahkan kepada negara pada tanggal 25 September 2001 oleh seniman legendaris Basoeki Abdullah tersebut, kini menjadi tempat peristirahatan koleksinya berada.
Matahari pagi telah menyingsing dari timur, menandakan bahwa jarum jam tepat berada pada pukul 10.00 WIB, terlihat banyak orang mulai memadati pintu masuk, untuk melihat karya legendaris Pak Basoeki.
Kebanyakan dari pengunjung merupakan kawula muda, dengan Sneakers dan Outfit andalan, mereka berkeliling mengikuti arahan dari pemandu museum sembari mengangumi goresan indah dikanvas tua.
Artika Kurniawati namanya, seorang konservator yang memandu sekelompok mahasiswa dan mahasiswi itu terlihat bersemangat menjelaskan sejarah serta arti di balik karya indah yang menggantung dikanan dan kiri bangunan.
Ia menerangkan, bahwa Museum Basoeki Abdullah memiliki dua bangunan, yakni bangunan rumah utama dan bangunan ruang tambahan yang diresmikan pada tahun 2016 silam.
Setiap ruangan juga memiliki temanya tersendiri, sehingga lukisan yang ditampilkan pun tak terkesan monoton dan kaku di mata pengunjung.
“Tema yang di tampilkan berbeda-beda, lukisan yang sesuai tema akan dipajang, sementara yang tidak sesuai akan disimpan di storage, begitu seterusnya sampai lukisan yang disimpan sesuai dengan tema yang dibawakan” katanya.
Tidak hanya lukisan. Buku, koleksi, serta pakaian Pak Basoeki juga ikut ditampilkan didalam museum. Tata letak serta barang pribadi beliau pun disusun sedemikan rupa agar mirip dengan kondisi aslinya.
Artika juga menjelaskan bahwa Museum Basoeki Abdullah adalah saksi bisu, atas peristiwa perampokan yang dialami oleh Pak Basoeki Abdullah, beliau meninggal akibat pukulan keras dibagian kepalanya saat peristiwa perampokan itu terjadi di rumahnya.
Piyama, senjata, serta barang hasil curian dipajang didalam museum sebagai tanda menghormati dan mengenang kepergian sang maestro tersebut.
Hari semakin siang, museum yang berlokasi di Jakarta Selatan itu mulai banyak kebanjiran pengunjung. Sebagian besar dari mereka merupakan anak muda.
Aswita misalnya, seorang mahasiswi yang berkunjung ke Museum Basoeki Abdullah mengatakan bahwa, museum seperti ini layak sebagai tempat edukasi bagi para mahasiswa/I saat ini, karena banyak sejarah yang bisa diambil.
“Tempat (Museum Basoeki Abdullah) ini, layak untuk dijadikan edukasi bagi para mahasiswa, karena banyak sejarah dan budaya dari beliau (Basoeki Abdullah) yang bisa diambil, dari yang tadinya ga tau jadi tau.” ucapnya saat diwawancarai pada ahad, 12 Juni 2022.
Aswita juga menambahkan bahwa, museum diseluruh Indonesia perlu di tingkatkan dari segi fasilitas dan promosi nya sehingga anak-anak muda di Indonesia tertarik untuk pergi ke museum daripada hanya berkumpul tanpa alasan yang jelas.
Harga yang sangat terjangkau nampaknya juga menjadi salah satu alasan kenapa Museum Basoeki Abdullah dijadikan tempat healing bagi mereka, pasalnya tiket masuk per-seorangan untuk orang dewasa hanya dibanderol seharga 2000 rupiah sedangkan anak-anak cukup membayar 1000 rupiah.
Tuti Sukmawati yang bekerja sebagai edukator dimuseum Basoeki Abdullah juga mengatakan bahwa pandemi covid-19 kemungkinan menjadi salah satu alasan para mahasiswa/I datang berkunjung.
“Semenjak dibuka (setelah PPKM) banyak para mahasiswa (yang berkunjung), mungkin karena bosan kuliah online jadi mungkin ingin tur (ke museum) bersama teman-temannya, sebenernya masyarakat umum juga ada, tapi banyaknya mahasiswa” tuturnya.
Museum Basoeki Abdullah memang termasuk kedalam museum yang aktif, meski sempat ditutup karena pandemi covid-19. Museum Basoeki Abdullah tetap gencar melakukan berbagai seminar, workshop dan lomba secara daring untuk tetap bisa mengedukasi masyarakat.
Mereka aktif di berbagai sosial media baik itu Instagram (@musbadul), twitter (Mus_BA), ataupun facebook (Museum Basoeki Abdullah) agar bisa lebih dekat kepada masyarakat khususnya kawula muda yang sering menghabiskan waktu dalam dunia maya.
Tuti berharap agar Museum Basoeki Abdullah bisa dikenal dan mengedukasi masyarakat sampai ke pelosok negeri.
“Pinginnya lebih dikenal sampai ke pelosok-pelosok negeri, kita juga tidak segan untuk mengedukasi sampai ke daerah-daerah, dan juga kami aktif bekerja sama dengan museum-museum lain, mengadakan pameran” ucapnya.
Tren positif seperti ini tentu harus dilestarikan dan diperhatikan oleh pemerintah misalnya dengan memberikan fasilitas tambahan yang membuat para pengunjung nyaman.
Karena dengan berkunjung ke museum, awareness kawula muda kita terhadap sejarah dan tokoh-tokoh bangsa akan meningkat, daripada sekedar menghabiskan waktu untuk nongkrong yang tidak ada tujuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H