Mohon tunggu...
dr. Rezky Fitria Yandra
dr. Rezky Fitria Yandra Mohon Tunggu... Dokter - General Practitioner

Seorang dokter umum yang ingin berbagi edukasi dan informasi seputar kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Radang Amandel (Tonsilitis), Apakah Perlu Dioperasi?

20 April 2024   16:00 Diperbarui: 20 April 2024   16:39 2840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pediatric-house-calls.djmed.net

Apa itu radang amandel?

Radang amandel atau yang disebut juga dengan tonsilitis merupakan infeksi pada organ tonsila palatina yang berada di pangkal tenggorokan sisi kanan dan kiri. Organ tonsil ini termasuk organ limfatik yang dapat memproduksi zat antibodi sehingga pada anak-anak organ ini berperan aktif dalam sistem kekebalan tubuh. Apabila terjadi infeksi maka amandel atau tonsil meradang dengan membengkak dan kemerahan. Akibat amandel yang membengkak dapat menyebabkan penderita mengalami gejala seperti nyeri tenggorok, sulit atau nyeri menelan, rasa mengganjal, demam, bernapas melalui mulut, tidur mendengkur (ngorok), hingga gangguan pernapasan saat tidur (Obstructive Sleep Apnea Syndrome).

Jenis-jenis tonsilitis dan gejalanya

Tonsilitis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis klasifikasi, yaitu:

  • Tonsilitis akut
    • Tonsilitis akut adalah radang amandel yang berlangsung kurang dari 3 minggu yang dapat disebabkan oleh virus atau pun bakteri. Penyebab virus yang paling sering adalah Epstein barr, sedangkan bakteri dapat disebabkan oleh kuman Streptokokus betahemolitikus grup A, Pneumokokus, Streptokokus viridan, dan Streptokokus piogens. Gejala dan tanda yang sering dialami adalah nyeri waktu menelan, demam, lesu, nyeri sendi, tidak nafsu makan, nyeri yang menjalar ke telinga, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Tonsilitis Membaranosa
    • Contoh penyakit yang termasuk tonsilitis membranosa adalah tonsilitis difteri yang disebabkan kuman Corynebacterium diphteriae, namun saat ini sudah jarang ditemukan penyakit ini karena keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak. Gejala dan tanda yang khas yaitu tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk membran yang mudah berdarah bila diangkat, pembengkakan kelenjar getah bening leher yang dapat menyerupai leher sapi (bull neck), serta komplikasi pada jantung dan persarafan. Selain tonsilitis difteri, tonsitilis membranosa dapat terjadi pada tonsilitis septik karena Streptokokus hemolitikus, Angina Plaut Vincent karena bakteri spirochaeta atau treponema, dan penyakit kelainan darah seperti leukemia akut, angina agranulositosis, serta infeksi mononukleosis.
  • Tonsilitis Kronis
    • Timbulnya tonsilitis kronis dapat disebabkan karena pengobatan tonsilitis akut yang tidak tuntas, radang amandel yang berulang, rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, serta kelelahan fisik. Gejala dan tanda yang dapat dirasakan yaitu tonsil yang membesar dengan permukaan tidak rata, pembentukan batu di celah-celah amandel, rasa mengganjal di tenggorok dan napas berbau. Tonsiitis kronis dapat menimbulkan komplikasi pada organ hidung, telinga, pembuluh darah, kelenjar getah bening, jantung, sendi, mata, dan organ-organ lainnya.

Bagaimana cara mencegah dan menyembuhkannya?

Terapi dan pengobatan tonsilitis bervariasi tergantung dari jenis, penyebab, gejala dan tingkat keparahannya. Apabila seseorang menderita penyakit dan gejala yang mengarah kepada tonsilitis segeralah memeriksakan diri ke dokter umum atau dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok, dan kepala leher (THT-KL) terdekat untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Secara umum penderita diharapkan untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti istirahat cukup, memperhatikan kecukupan minum, makan makanan yang bernutrisi, menjaga higiene mulut, tidak merokok dan menghindari kontak dengan orang lain selama sakit. Untuk mencegah penyakit ini usahakan menjaga PHBS, tidak melakukan kontak dengan orang yang terrinfeksi, dan menggunakan masker saat berada di keramaian.

Tonsilitis akut terkadang membutuhkan obat-obatan seperti penurun demam, anti nyeri, obat kumur yang mengandung desinfektan, antibiotik pada infeksi karena bakteri dan antivirus pada infeksi karena virus. Bila dari hasil pemeriksaan penderita didiagnosis tonsilitis difteri maka penderita perlu penanganan khusus oleh karena penyakit ini menular dan dapat menimbukan komplikasi serius. Penanganannya seperti pemberian Anti Difteri Serum (ADS), antibiotik khusus, isolasi, dan tirah baring selama 2-3 minggu. Pada tonsilitis kronis terapi ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap, dan tonsilektomi (operasi amandel) bila terjadi infeksi berulang atau kronis, gejala sumbatan saluran napas, serta kecurigaan ke arah tumor ganas.


Kapan perlu dilakukan operasi amandel (tonsilektomi)?

  • Infeksi berulang empat kali atau lebih per tahun, selama tiga tahun berturut-turut walaupun telah diberi terapi yang adekuat.
  • Pembesaran atau pembengkakan tonsil yang menyebabkan sumbatan saluran napas atas, mengorok, dan gangguan napas saat tidur.
  • Pembesaran tonsil yang menyebabkan gangguan menelan.
  • Pembesaran tonsil yang disertai radang telinga tengah (otitis media efusi atau otitis media supuratif  kronis maupun berulang)
  • Pembesaran tonsil yang berisi nanah (abses peritonsil)
  • Tonsilitis berulang yang disertai demam tinggi dan menyebabkan kejang.
  • Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A.
  • Kecurigaan ke arah tumor ganas.
  • Tonsil yang dianggap sebagai pembawa difteri.

Tindakan operasi tonsilektomi hanya dapat dilakukan dokter spesialis THT-KL dan biasanya operasi dilakukan dalam pembiusan total sehingga tidak terasa nyeri. Tentunya tindakan ini merupakan pilihan dalam penanganan radang amandel apabila terdapat salah satu atau lebih dari sembilan kriteria di atas. Operasi ini dapat saja dilakukan sesegera mungkin apabila penderita mengalami kondisi kesehatan yang darurat. Setelah dilakukan operasi maka pasien perlu mematuhi aturan-aturan khusus perawatan pasca operasi tonsilektomi dan melakukan kontrol kembali ke dokter spesialis THT-KL hingga luka operasi dinyatakan sembuh.

Sumber:

  • Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, Edisi Ketujuh
  • Buku Teks Komprehensif Ilmu THT-KL Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala-Leher untuk Mahasiswa Kedokteran, Dokter Umum, dan Peserta Didik Spesialis THT-KL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun