Mohon tunggu...
Rezky Ananda Hadi
Rezky Ananda Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto bersama istri

Suka traveling dan mencoba belajar untuk menulis singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menciptakan Figur Yesus Sesuai Keinginan

27 November 2021   13:00 Diperbarui: 8 Februari 2023   12:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permasalahan kehidupan manusia sangatlah kompleks dan rumit. Bahkan dari berbagai permasalahan itu bisa terpicu suatu kejahatan moral.

Dalam usaha mengatasi atau bahkan menghindari permasalahan hidup, manusia juga mempunyai berbagai cara. Manusia yang religius cenderung untuk "mengandalkan" sesembahannya agar menolong mereka.

Dalam konteks kehidupan orang kristen, mereka menganggap menyerahkan permasalahan kepada Tuhan adalah hal rohani yang harus dilakukan. Namun sebenarnya ada hal-hal yang perlu dipahami dan disepakati lebih lanjut.

Jika berbicara kehidupan zaman sekarang, tentu konteks yang dimaksud adalah kehidupan yang berorientasi pada kehidupan kekal setelah kematian fisik. Ingat bahwa Yohanes Pembaptis sudah mengingatkan orang Yahudi pada masa itu, sekitar dua ribu tahun yang lalu, bahwa kerajaan Allah sudah dekat. Artinya bahwa Allah hendak menunjukkan bahwa pada zaman perjanjian baru pun Allah berfokus pada karya penyelamatan manusia untuk kehidupan kekal.

Bahkan sebenarnya sejak setelah manusia jatuh dalam dosa, Allah sudah berinisiatif menyelamatkan manusia dari konsekuensi dosa, artinya fokus pada kehidupan kekal. Hanya saja karya agung penyelamatan itu berpuncak di zaman perjanjian baru. Sehingga pada zaman perjanjian lama, karya Allah kepada bangsa Israel terlihat banyak pada hal-hal fisik yang terjadi pada zaman itu. Misalnya saja, Allah membantu bangsa Israel memenangkan perang, memelihara dengan menyediakan makanan dan minuman, melepaskan dari penjajahan Mesir, menuntun menggunakan tiang awan dan tiang api, dan lain sebagainya. Tentu saja hal ini harus dilakukan Allah untuk menjaga eksistensi bangsa Israel mengingat dari bangsa ini kelak akan lahir seorang Juru Selamat, seorang Mesias, yaitu Yesus yang akan menjadi korban penebusan dosa.

Kembali ke zaman perjanjian baru, Yesus sendiri hidup pada zaman pemerintahan Romawi menjajah bangsa Yahudi. Yesus tentu sepenuhnya tidak menginginkan terjadinya penjajahan itu, oleh bangsa manapun dan kepada bangsa manapun. Tetapi Yesus sendiri mengajari bangsa Yahudi untuk tetap membayar kepada kaisar Romawi apa yang harus dibayar. Artinya, walaupun Yesus ingin bangsa Yahudi lepas dari penjajahan Roma, pelayanan Yesus bukan berfokus pada gerakan perlawanan kepada kaisar Roma. Justru Yesus mengajarkan bagaimana bersikap yang benar pada saat itu apabila dalam kondisi terjajah. Tentu hal ini tidak menunjukkan bahwa Yesus anti perlawanan terhadap kaisar Roma, hanya saja itu bukan fokus pelayanan Yesus. Karena Yudas murid-Nya juga adalah salah satu anggota perlawanan terhadap kaisar Roma, namun tidak pernah dicatat dalam Alkitab bahwa Yesus melarangnya. Begitu juga dengan salah seorang  penjahat yang disalib di sisi Yesus, beberapa teolog menafsirkan bahwa orang tersebut adalah salah satu yang berjuang melawan penjajahan Romawi. Dipercaya bahwa orang tersebut juga sering mengikuti Yesus dan melakukan apa yang diajar-Nya, hingga dia berani berkata, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Luk. 24:8). Sangat mengagumkan bahwa "penjahat" ini justru menyadari bahwa Yesus akan datang sebagai Raja, artinya bahwa Yesus adalah Raja untuk kerajaan Surga, bukan raja atas bangsa Yahudi saat itu. Dibandingkan dengan kedua belas murid Yesus dan para murid yang lain, "penjahat" tadi secara tegas dapat ditafsirkan bahwa ia memahami bahwa Yesus apa yang dilakukan Yesus di dunia ini adalah untuk mempersiapkan kehidupan kekal bagi manusia.

Dalam kesempatan lain, yang tercatat di Matius 9:2, waktu Yesus hendak menyembuhkan orang lumpuh, Ia berkata, "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Dan dalam ayat-ayat selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa fokus pelayanan Yesus adalah kepada kehidupan kekal manusia, bukan sekedar menyembuhkan orang yang lumpuh.

Tanpa disadari banyak orang kristen menciptakan figur Allah yang ideal sesuai dengan keinginannya, termasuk figur Yesus, baik saat Dia menjalani kehidupan sebagai manusia sejati maupun saat setelahnya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan berbagai permasalahan hidup. Orang kristen banyak berharap bahwa Allah menolong mereka untuk menyelesaikan atau menghindarkan mereka dari masalah.

Fokus pelayanan Yesus adalah bagaimana Dia sebagai korban sembelihan untuk menghapus konsekuensi dosa manusia dan sebagai teladan hidup sempuna seorang manusia di hadapan Allah Bapa, di mana fokus yang kedua ini sering dilupakan banyak orang Kristen. Saat Yesus masih menjalani kehidupan sebagai manusia, Yesus dipenuhi oleh Roh Kudus, sehingga mampu membuat banyak hal ajaib dan mujizat. Tentu hal ini dalam konteks tujuannya memperkenalkan diri bahwa Ia adalah sang Mesias yang telah dinubuatkan sebelumnya, mengingat bahwa Ia hanyalah seorang tukang kayu biasa dari Nazaret, bukan sesuatu yang istimewa bagi kebanyak orang saat itu. Dan berbagai mujizat yang dilakukan-Nya adalah untuk kepentingan pelayanan-Nya, bukan untuk kepentingan-Nya sendiri. Tentu Yesus sendiri mengalami berbagai persoalan hidup baik yang terkait langsung dengan misi Allah yang dilakukan-Nya, maupun yang tidak berkaitan langsung. Bahkan Allah Roh Kudus sendiri membawa Yesus untuk dicobai oleh iblis. Dan Yesus membuktikan bahwa Ia melakukan segala sesuatunya dengan benar dan berkenan kepada Allah.

Dengan memahami hal di atas tentu kita dapat menarik kesimpulan bahwa Allah melalui kehidupan Yesus, hendak menunjukkan bahwa Allah lebih fokus  menyelamatkan manusia dari kematian kekal akibat dosa dan menyediakan hidup kekal kepada manusia. Semua permasalahan kehidupan bukanlah pokok utama yang harus menjadi perhatian manusia, melainkan bagaimana sikap hati dan sikap hidup yang benar dan berkenan kepada Allah dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan tersebut. Bahkan Yesus sendiripun dicobai, untuk membuktikan bahwa Yesus tetap setia dan teruji sebagai manusia sejati. Bukankah dari berbagai permasalahan hidup itu Allah membentuk manusia menjadi indah dan mulia di mata-Nya? Jika Allah sendiri menghendaki manusia diuji melalui berbagai permsalahan, lantas mengapa manusia justru meminta mujizat pertolongan bahkan minta dihindarkan dari permasalahan? Pertolongan dari Allah adalah dalam bentuk kekuatan melalui Allah Roh Kudus dan Firman-Nya. Dengan kekuatan-Nya, manusia mampu melewati semua permasalahan hidup.

Bahkan jika kita mau mengakui, sebenarnya berbagai permasalahan hidup yang kita keluhkan sebagian besar adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan fisik atau jasmani, misalnya keuangan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya. Hal-hal ini justru sebenarnya adalah tanggung jawab manusia. Allah menghendaki manusia produktif dan bertanggung jawab dengan kehidupannya, supaya mereka tidak menjadi beban bagi orang lain bahkan menjadi berkat. Namun justru dengan alasan rohani "mengandalkan Allah", manusia mengembalikan tanggung jawab itu kepada Allah dengan berharap bahwa Allahlah yang menyediakan semua itu.

Sebenarnya jika kita perhatikan, orang-orang yang tidak percaya Yesus juga mengalami permasalahan hidup yang kompleks dan rumit (1 Kor 10:13). Dan mereka juga dapat meraih kesuksesan dalam bidang apapun, kesehatan yang prima, kepandaian yang luar biasa. Artinya untuk hal-hal tersebut Allah sudah mengaturnya dengan menggunakan hukum logika umum, jika ingin kaya maka manusia harus bekerja dan berusaha, jika ingin sehat maka manusia harus berolah raga dan menjaga pola makan, jika ingin pintar maka manusia harus belajar dan berlatih. Dan seandainya manusia tidak berhasil dalam hal-hal tersebutpun apabila sudah berusaha sebaik mungkin dan sekuat tenaga, maka seharusnya manusia tidak terlalu memusingkan hal tersebut, bukankan itu juga merupakan campur tangan Allah dalam mendidik manusia supaya mempunyai sikap hati dan sikap hidup yang berkenan kepada Allah. Bukankan hal itu juga terjadi pada kehidupan Yesus? Yesus tidak pernah didapati bersalah namun malah disalibkan sebagai orang yang bersalah. 

Jadi, alih-alih alasan iman dan mengandalkan Allah, maka seringkali manusia mengembalikan tanggung jawab yang diberikan Allah, kembali kepada Allah. Manusia minta kesembuhan dari Allah padahal dia tidak bertanggung jawab dengan tubuhnya. Manusia minta berkelimpahan dalam ekonomi padahal dia bekerja asal-asalan seperti manusia lainnya. Manusia ingin pintar tetapi dia tidak memanfaatkan waktu yang ada untuk belajar dan berlatih. Manusia tidak menghormati Allah secara layak, tetapi hanya karena takut berbagai kebutuhan jasmaninya tidak dicukupi. Hal seperti ini seperti memperlakukan Allah sebagai tukang sihir atau dukun. Seharusnya justru karena iman dan mengandalkan Allah, manusia harus mengerjakan tanggung jawabnya  dengan cara yang benar dan berfokus untuk kemuliaan-Nya. Karena apapun yang manusia perbuat, seharusnya dengan segenap hati dan untuk Allah, bukan untuk manusia (Kol 3:23).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun