Mohon tunggu...
Rezky Ananda Hadi
Rezky Ananda Hadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Foto bersama istri

Suka traveling dan mencoba belajar untuk menulis singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misi Allah Melalui Yesus dan Orang Percaya

24 November 2021   09:00 Diperbarui: 24 November 2021   09:08 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kisah kelahiran Yesus ke dunia sampai dengan kenaikan Yesus ke surga adalah rangkaian kisah yang sangat luar biasa. Kisah Yesus di dunia sudah dinubuatkan ribuan tahun sebelumnya, baik dari sisi kelahiran-Nya, tujuan kedatangan-Nya, karya-karya-Nya, sampai kematian-Nya. Nubuatan-nubuatan mengenai Yesus tersebar di banyak kitab Perjanjian Lama, saling melengkapi, dan mengkerucut, membuktikan bahwa Yesus itulah yang dinubuatkan.

Beberapa teolog menyatakan bahwa nubuatan pertama mengenai Yesus adalah saat Allah mengadakan permusuhan antara si ular (iblis) dengan keturunan Hawa (Yesus) setelah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Hal ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana bagaimana cara menyelamatkan manusia setelah jatuh dalam dosa.

Kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa terjadi pada saat mereka belum mencapai keserupaan dengan gambaran Allah. Dalam kitab Kejadian, Allah berencana menciptakan manusia segambar dan serupa dengan-Nya (Kejadian 1:26). Saat diciptakan manusia hanya mempunyai gambar Allah (Kejadian 1:27), artinya mempunyai pikiran, perasaan, dan kehendak. Namun pikiran, perasaan, dan kehendak tersebut belum sesuai atau belum serupa dengan pikiran, perasaan, dan kehendak Allah. Hal ini membutuhkan proses.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa misi Allah yang terwujud melalui karya agung Yesus adalah untuk mengalahkan iblis melalui pengorbanan-Nya di kayu salib dan menjadi teladan keserupaan dengan Allah supaya manusia menjadi serupa Allah. Jadi misi Allah untuk menyelamatkan manusia adalah dengan dua cara tersebut. Misi pertama yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan bahwa keselamatan adalah anugerah dari Allah, sedangkan misi yang kedua menunjukkan bahwa anugerah keselamatan membutuhkan respon yang benar dari manusia. Dan keduanya tidak dapat dipisahkan.

Kita perlu mengakui bahwa kita seringkali hanya menekankan misi Yesus yang pertama, yaitu pengorbanan di kayu salib, sebagai bentuk anugerah keselamatan dari Allah, dan kurang menekankan bagaimana seharusnya kita merespon anugerah tersebut dengan meneladani kehidupan Yesus yang mencapai keserupaan dengan Allah.

“Jika Kristus menyebut dirinya sebagai jalan, kebenaran dan hidup serta menampakkanNya dalam karyaNya, maka gereja pun harus mengikuti teladan Kristus dengan menempuh dan menyaksikan Jalan itu, yaitu Yesus” (Nurliani Siregar, 2018: 8).

Meneladani kehidupan Yesus yang tidak hanya bersih dari pelanggaran moral, bersih dari dosa kejahatan, namun juga berkenan di hadapan Allah Bapa merupakan respon anugerah keselamatan yang diharapkan Allah kepada manusia. Tanpa respon yang benar tentu saja anugerah keselamatan itu akan tidak berlaku.

Dalam kitab Lukas dikatakan bahwa Yesus makin bertambah besar, bertambah hikmat-Nya, makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus juga mengalami pertumbuhan baik secara fisik, kecerdasan moral, dan kecerdasan rohani. Hanya saja perkembangan Yesus tidak dimulai dari keadaan berdosa seperti manusia. Sedangkan dalam kitab 1 Petrus 2:2 menyatakan bahwa kita harus seperti bayi yang baru lahir, yang selalu menginginkan apa yang murni dan rohani supaya bisa bertumbuh dan mendapat keselamatan. Artinya setiap manusia perlu lahir baru dari keberadaannya yang berdosa, bertumbuh dan beroleh keselamatan. Ini adalah petunjuk untuk merespon anugerah keselamatan dari Allah.

Dalam kehidupan sosial bermasyarakat sehari-hari, setiap kita orang percaya banyak berhubungan dengan berbagai kalangan, golongan, suku, dan agama yang berbeda. Dan tentunya juga kita diperhadapkan dengan berbagai masalah dan kesulitan dalam kehidupan. Sikap yang benar kita saat beinteraksi dan menghadapi berbagai tantangan hidup akan mencerminkan siapa kita sebenarnya. Yohanis Udju Rohi (2014: 16) menyatakan bahwa: “Yesus telah memerintahkan para murid untuk melakukan pendekatan misi lewat kehidupan sosial masyarakat,…”

Sehingga konsep misi bagi orang percaya di market place -nya tidak hanya kita berbicara mengenai injil, tetapi dimulai dengan bagaimana kehidupan kita memancarkan kehidupan Yesus. Ini berarti berbicara secara holistik atau keseluruhan aspek kehidupan manusia. Dengan meneladani kehidupan Yesus sehari-hari di mana Dia membuktikan tidak bercacat cela, berkenan kepada Allah, dan setia dalam misi-Nya sampai mati, sebenarnya juga adalah bagaimana kita menjadi suratan injil yang terbuka bagi sesama kita. Secara otomatis kita orang percaya adalah utusan-utusan misi Allah bagi semua orang di sekitar kita. Agar konsep misi ini berhasil setiap orang percaya harus membuka diri berinteraksi dengan siapapun, namun tetap memegang teguh nilai-nilai kekristenan.

Misi yang bersifat holistik ini mengharuskan orang percaya mempunyai kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. Orang percaya harus mampu memberikan sumbangsih terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini bisa berupa apa saja, misalnya orang percaya yang berprofesi sebagai dokter bisa memberikan bantuan pemeriksaan gratis atau dalam kesehariannya memberikan tarif jasa yang terjangkau oleh masyarakat; seorang guru bisa memberikan bantuan bimbingan belajar di luar jam kerjanya, seorang professional bisa membagikan keahliannya secara gratis, seorang pengusaha memberikan kesempatan magang bagi pemuda di lingkungannya, dan lain sebagainya. Dengan demikian secara tidak langsung orang percaya membawa peran sebagai pihak yang membantu manusia lainnya menjadi pribadi yeng lebih baik, menempatkan manusia sesuai kodrat manusia. Hal ini perlu dilakukan sebagai pondasi awal yang kokoh sebelum berbicara menyangkut keilahian Yesus.

Amanat agung Yesus berlaku bagi setiap orang percaya. Fransiskus Irwan Widjaja , Daniel Ginting, Sabar Manahan Hutagalung (2019: 23) “Sebagai orang percaya, menyelesaikan amanat agung adalah tugas gereja Tuhan dalam hal ini adalah orang percaya, misi yang harus di jalankan”. Artinya setiap orang percaya mempunyai tanggung jawab misi ini. Dan hal paling mendasar yang bisa dilakukan oleh orang percaya adalah mencerminkan kehidupan Kristus dalam kehidupan sehari-hari di manapun mereka berada, dan hal itu harus berdampak secara signifikan kepada masyarakat sekitar.

Daftar Pustaka

Rohi, Y. U. (2014). HAKEKAT MISI YESUS KEPADA PARA MURID DALAM MATIUS 10: 1-15 SEBAGAI DASAR MISI GEREJA DALAM MENJALANKAN MISI ALLAH. Missio Ecclesiae, 3(2), 162-182.

Siregar, N. (2018). Mengikuti Teladan Kristus, Partisipasi terhadap Misi Allah: Catatan Reflektif Seorang Pendeta Batak. Jurnal Sige, 1-17.

Widjaja, F. I., Ginting, D., Hutagalung, S. M., & REAL, S. T. T. (2019). Teologi Misi Sebagai Teologi Amanat Agung. Tronos: Jurnal Teologi Kristen, 1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun