Mohon tunggu...
Dunia Wenda
Dunia Wenda Mohon Tunggu... Administrasi - Misteri Adalah Keindahan

Selamat datang di Dunia Wenda. Legakan Dahaga Sejenak Dengan Menikmati Kisah-kisah Misteri dan Inspiratif Dalam Kehidupan Fana Ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesadaran untuk Bahagia

22 Maret 2019   10:05 Diperbarui: 22 Maret 2019   10:57 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia telah berjalan beratus-ratus tahun di atas bumi, semenjak itu pula bumi menjadi dunia bagi para manusia. Didalam dunia ini juga ada bentuk makhluk hidup lain yang hidup dan saling berinteraksi menjadi suatu ekosistem di atas dunia ini. Dunia diatas bumi ini adalah sebuah media untuk para makhluk berinteraksi membentuk harmoni hidup hingga saat ini. 

Manusia dan makhluk lain memiliki kebebasan melakukan hal apapun kepada dunia ini, namun karena manusia memiliki kemewahan yang lebih dari makhluk lain yaitu pikiran dan perasaan maka jelas peran kita di atas dunia adalah rantai yang paling atas. Karena manusia yang paling atas pula maka dampak yang diberikan kepada dunia itu besar. Karena itu pula manusia yang diberikan kekuatan lebih dapat menggunakannya dengan bijaksana.

Mari kita sudahi basa-basinya dan lanjut langsung pada menu utama topik sharing pada kali ini yaitu Kesadaran Untuk Bahagia. Ini tidak bermaksud klikbait berhubung penulis juga tidak suka itu tujuannya hanya untuk menyaring pembaca yang serius atau tidak. Sebelumnya untuk pembahasan tentang kebahagiaan bisa cekidot artikel ini agar lebih jelas konsep bahagia. Oke, mari kita menjawab pertanyaan dibawah ini dulu agar jalan ceritanya jelas bagi yang belum baca artikel sebelumnya :

"Mengapa saya tidak pernah bahagia?"

Untuk menjawabnya perlu memahami pula variabel satunya yaitu kesadaran. Untuk yang ingin tahu apa itu kesadaran dapat cekidot artikel ini. Agar lebih singkat bagi yang belum membaca artikel sebelumnya kesadaran adalah kontrol diri maksudnya adalah kita dapat mawas diri kepada diri sendiri, tahu apa yang dipikir dan dirasa. 

Ketika belum punya kesadaran maka akan sulit mencapai bahagia, sebagai contoh ketika kita lapar lalu ingin makan. Rasa lapar harus kita sadari dahulu keberadaannya baru muncul keinginan untuk makan. Untuk mengetahui rasa lapar itu ada mekanisme semacam sistem  sensor dalam tubuh yang memberitahu tubuh butuh makanan untuk dijadikan tenaga untuk beraktifitas. 

Ketika sensor berbunyi "pip..pip.." pikiran mengenali kode lapar, lalu di filter kebenarannya dengan indera perasa dengan rasa "perut dangdutan" dan diperoleh kesadaran ini harus makan. Untuk hal "ingin makan" ada proses baru dengan pikiran dan rasa lagi. Setelah sadar lapar ada pertanyaan apakah sudah waktunya makan, makan dimana, dan makan apa dan difilter dengan rasa sebagai pertimbangannya. Setelah proses selesai, akan menghasilkan keputusan lalu berjalanlah aksi yaitu kita pergi ke restoran padang untuk makan rendang. 

Setelah makan pun kita juga pasti merasakan kenyang karena perut kita sudah terisi nasi rendang bersama kroni-kroninya. Untuk dapat enak beraktifitas, tentunya harus "sadar" akan batasan kenyang itu. Terlalu banyak akan menghalangi aktifitas karena begah atau ngantuk, kalau kurang beberapa jam sudah lapar kembali.

Wow, panjang sekali contohnya. 

Dari contoh diatas kita bisa menjawab pertanyaan sebelumnya dengan menjawab pertanyaan dibawah ini :

"Inginkah saya untuk bahagia?"

Jika keinginan saja tidak ada, maka tidak akan ada kebahagiaan karena diri kita tidak mengijinkan juga. Selain pertanyaan itu ada lagi yang perlu dijawab agar bisa menjawab pertanyaan awal :

"Ikhlaskah anda untuk bahagia?"

Pasti anda bertanya-tanya apa maksudnya. Ikhlas ini maksudnya anda memberi persetujuan kepada diri anda untuk merasakan hal ini. Karena jika anda tidak setuju berarti anda menyangkal kebahagiaan untuk diri anda sendiri. Sebagai contoh, anda baru lulus kuliah dan ingin bekerja. Berarti anda ingin bahagia anda adalah ketika sudah bekerja. Lalu anda mulai melamar dan sudah bekerja. Apakah sudah bahagia? Tentu tidak. 

Karena bahagia diupdate menjadi naik pangkat atau naik gaji. Sayangnya, ketika sudah terjadipun masih belum bahagia karena sudah diupdate lagi. Indah bukan?

Jadi dari contoh diatas, ikhlas itu adalah sadar sudah tercapai atau bahasa lainnya adalah bersyukur kepada Tuhan karena atas bantuanNya sudah tercapai atau waktunya untuk merasakan hasil dari perjuangan kita dengan dihikmahi perjalanannya dari awal sampai tercapai dan mengupdatenya untuk menuju kesempurnaan.

Bahagia memang terdengar receh dan pasti akan membuat bersin-bersin, namun jika tidak sadari maka akan terbentuk sebuah kekosongan atau dahaga  dalam jiwa yang akan menyiksa kita. Yang menjelma sebagai rasa tidak adil, rasa bosan, rasa jenuh, stagnan, rasa tidak puas, muak miskin dan rasa lain yang aneh dan sulit dijelaskan.

Jadi kesimpulan dan pertanyaan yang perlu dijawab untuk kita sendiri dari sharing kali ini adalah :

"Apakah anda sudah bahagia?"

Tulisan singkat ini hanya berupa opini penulis yang senang berbagi pemikiran. Jika ada kesalahan dalam redaksional dan penyampaiannya mohon dibukakan pintu maafnya dan apabila isinya berguna dan membantu serta menginspirasi, penulis mengucapkan terima kasih kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun