Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dikarenakan wilayahnya yang terdiri atas ribuan pulau dengan beragam karakteristik yang membuat setiap daerah yag ada di Indonesia memiliki keunikan tersendiri baik dari segi Bahasa, Suku, Seni dan Budaya, Agama dan hal lainnya. Namun, dibalik keberagaman tersebut Indonesia tetaplah satu sesuai dengan semboyan negaranya yaitu “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki makna walaupun kita berbeda tetapi tetaplah satu.
Keunikan yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia terlebih lagi dalam hal seni dan budayanya menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan baik dari luar maupun dalam negeri untuk datang berkunjung. Salah satu seni dan budaya yang sudah ada sejak dulu dan masih terkenal hingga saat ini yaitu Brondut “Suryo Mudo” yang merupakan kesenian dari Dusun Banyusidi.
Brondut merupakan salah satu kesenian di kawasan Magelang yang cukup populer tidak hanya di Magelang saja namun daerah lainnya seperti Jogja, Semarang serta sekitarnya. Kesenian ini sudah ada sejak tahun 1977 dan dikenal dengan “Kubro Siswa”. Kubro berarti besar dan siswa artinya murid sehingga dapat diartikan sebagai murid-murid Tuhan. Pada awal mulanya kesenian ini digunakan para wali untuk berdakwah yakni dengan menggabungkan unsur agama dan kesenian menjadi sebuah tontonan sehingga membuat dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut dapat lebih muda diterima. Setiap gerakan yang ada dalam kesenian Kubro Siswa tersebut memiliki makna menjunjung kebesaran Tuhan.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, kesenian yang awal mulanya dikenal dengan Kubro Siswa itu kemudian berevolusi dan dikenal sebagai “Brondut”. Kesenian brondut merupakan hasil inovasi ide kreatif berupa tarian yang diiringi dengan music dangdut seperti pada Brondut “Suryo Mudo” yang dimiliki oleh warga dusun Banyusidi. Kesenian Brondut yang ada di dusun Banyusidi sudah ada sejak tahun 2006 dan menjadi pencetus awal mula brondut itu sendiri yang hingga saat ini terus berkembang ke dusun lainnya. Pementasan Brondut terdiri atas 24 penari wanita dan 20 penari pria dengan diiringi beragam lagu yang telah diaransemen menggunakan alat music tradisonal maupun modern. Untuk menambah kesan menarik dalam penampilan kesenian tersebut biasanya pakaian yang digunakan berwarna ngejreng yang dilengkapi aksesoris tambahan yang disebut “Badada dan Sombyok”. Dalam sekali pementasan biasanya berdurasi sekitar 30 menitan yang kadang tidak terasa karena aksi pementasan dengan goyangan yang kompak tersebut mampu menghipnotis para penonton untuk asik menikmati pertunjukan Brondut “ Suryo Mudo”.
Untuk terus mengembangkan dan melestarikan kesenian tersebut para masyarakat Dusun Banyusidi membuat kelompok kesenian yang diketuai oleh Pak Jumad yang selain menjadi ketua juga terkadang ikut melatih para warga yang memiliki talenta bersama Kang Toe, Kang Mad, dan Pak Yudi. Biasanya yang aktif berpartisipasi dalam kesenian ini adalah para anak muda dan tak jarang juga anak anak yang masih SD. Untuk latihannya sendiri para penari tersebut berlatih di halaman rumah pak Amin yang merupakan kepala dusun Banyusidi dan biasanya latihan dilakukan ketika mendekati acara dimana dalam seminggu bisa dilakukan 3 kali pertemuan.
Brondut ‘Suryo Mudo” biasa ditampilkan dalam acara hajatan baik itu acara sunatan maupun pernikahan. Para penari dan anggota lainnya yang turut serta dalam Brondut “Suryo Mudo” memiliki kebiasaan unik sebelum pertunjukan dimana biasanya sehari sebelum pertunjukan para penari dan anggota lainnya akan melakukan ziarah ke makam sesepuh yang ada dengan tujuan agar diberi kelancaran selama pementasan.
Brondut “Suryo Mudo” menjadi salah satu sumber penghasilan bagi warga Dusun Banyusidi karena sering kali mendapat panggilan untuk pementasan dari luar daerah. Namun karena semakin maraknya persaingan Brondut di area magelang membuat Brondut “ Suryo Mudo” mulai redup popularitasnya dan tergantikan oleh Brondut dari dusun lainnya. Menurut Pak Yudi salah satu pelatih sekaligus pihak yang memiliki tanggung jawab dalam mengurusi kelompok kesenian tersebut mengungkapkan bahwa Brondut “ Suryo Mudo” dusun Banyusidi mulai sepi peminatnya dan terancam vakum dikarenakan kurangnya tawaran untuk tampil.
Harapan para warga dusun Banyusidi kedepannya agar Brondut “Suryo Mudo” bisa kembali meraih eksistensi dan popularitasnya baik itu sebagai salah satu Brondut terbaik terlepas dari memang pada awalnya merupakan pencetus adanya kesenian Brondut itu sendiri. Bagi yang tertarik dengan Brondut “Suryo Mudo” dan berencana ingin menampilkan kesenian tersebut sebagai hiburan dalam acara hajatannya, Brondut “Suryo Mudo” bisa diundang keluar kota yang nantinya untuk biaya dapat disesuaikan tergantung paketan dan daerah yang dituju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H