Mohon tunggu...
Rezika Nurfadia
Rezika Nurfadia Mohon Tunggu... Penulis - Hanya senang bercerita

Mari mewarnai kehidupan dengan deretan aksara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untaian kata ketika Ibu telah pergi

22 Desember 2024   08:17 Diperbarui: 22 Desember 2024   08:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk perempuan paling istimewa sekarang, esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan selamanya yang ku panggil Ibu 

Bu, rasanya baru kemarin ya kita berbincang prihal cita-cita. Kata ibu, ibu ingin melihatku menjadi manusia yang mandiri, serta selalu bahagia. Rasanya baru malam tadi tangisku tumpah di pelukmu tatkala diri ini tak sanggup menghadapi dunia. Dan rasanya baru tadi pagi, tangan yang tak lagi segar itu menyuapi mulut kecil ini dengan menu favorite nasi goreng. 

Rasanya ingin selalu mengulang masa masa itu bu. Tak terbayang di mana tatkala aku lahir didunia, tangisku menjadi tawa bahagia mu, dengan seribu kesabaran mengajariku berjalan, membaca, menulis, hinga mengajariku untuk selalu kuat terhadap apapun. 

Waktu bergerak cepat ya bu, dari ribuan hal yang kuingat, satu hal yang ku lupa,lambat laun, mau tidak mau, perpisahan adalah sesuatu yang pasti. 

Sore itu menjadi sore paling kelam, tanpa aba-aba dirimu pergi, meninggalkan ribuan tangis yang tersisa hingga kini. 

Rasanya berat bu. Kini, aku hanya melanjutkan hidup. Aku tak tahu bagai mana kedepannya karena sejak sore itu aku kehilangan segalanya bu, kehilangan arah, kehilangan teman bercerita, kini aku binggung pada pundak siapa tangisku akan tumpah. 

Harapan mu agar aku mandiri nyatanya benar bu, kini aku benar-benar mandiri. Menghabiskan malam dengan ribuan cerita tak diceritakan, dan meyambut pagi dengan kebingungan. 

Prihal bahagia, mungkin nanti ya bu. Sekarang rasanya tangisku tak cukup membuatku lega atas kepergianmu. 

Rindu itu akan selalu hadir di tiap-tiap deru napas,

Semoga doa doa di malam hari dapat jadi penyambung atas rindu-rindu itu. 

Sayang ibu untuk selamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun