Mohon tunggu...
Rezi Hidayat
Rezi Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - researcher and writer

Fisheries Researcher

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Strategi Garap Akuakultur di Masa Pandemi

28 Juni 2021   16:51 Diperbarui: 28 Juni 2021   17:08 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sudah setahun lebih pandemi COVID-19 merebak, krisis ekonomi masih terus saja membayangi Indonesia seiring dinamika ketidakpastian akan berakhirnya pandemi. Tahun lalu, ekonomi Indonesia jatuh ke jurang resesi dengan kontraksi hingga -2,07%.

 Kontraksi terjadi bahkan di sektor-sektor utama penyokong ekonomi Indonesia seperti Industri Pengolahan (-2,93%), Perdagangan (-3,72%), Konstruksi (-3,26%), dan Pertambangan (-1,95%). Beruntungnya, ekonomi sektor perikanan termasuk akuakultur mampu bertahan positif ditengah badai krisis akibat pandemi.

Di masa pandemi, usaha akuakultur dari sisi supply masih tetap bisa berjalan, karena aktivitas pembudidaya ikan umumnya bersifat soliter dan jauh dari kerumunan. Namun dari sisi demand, pasar produk akuakultur diawal masa pandemi sempat menurun akibat terganggunya sistem dan aliran logistik. Alhasil, harga ikan saat itu turun hingga sebagian pembudidaya ikan menghentikan produksinya.

Meskipun demikian, sepanjang tahun lalu kinerja akuakultur dan sektor perikanan secara umum menunjukkan capaian yang positif. Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan tahun 2020 tumbuh positif sebesar 0,73% atau mencapai Rp. 431,5 triliun (BPS, 2021). Nilai ekspor perikanan pun meningkat 5,33% dibanding tahun 2019 atau mencapai USD 5,20 miliar. 

Kontribusi terbesar disumbangkan komoditas udang sebesar 39,68% yang dominan dihasilkan dari kegiatan akuakultur. Nilai ekspor udang tahun lalu melesat hingga 20,09% atau mencapai USD 2,06 miliar (KKP, 2021).

Selain itu, nilai tukar pembudidaya ikan sepanjang tahun lalu rata-rata mencapai 100,58, meski sempat turun dibawah 100 pada bulan April hingga Juni. Artinya, pemasukkan pembudidaya ikan masih lebih besar dibanding pengeluaran. Dari aspek kesehatan, ikan juga merupakan sumber pangan kaya nutrisi yang diyakini mampu meningkatkan daya tahan tubuh agar tak mudah terserang penyakit termasuk COVID-19.

Oleh karena itu, peluang menggarap usaha akuakultur di masa pandemi sangatlah potensial dalam membantu pemulihan ekonomi nasional. Terlebih lagi potensi lahan akuakultur di Indonesia masih sangat leluasa untuk dikembangkan, hanya sekitar 7% saja yang sudah tergarap (KKP, 2018).

Sebagai gambaran, jika kita garap usaha tambak udang vanamei skala intensif saja seluas 50.000 Ha (1,7% dari total potensi lahan tambak Indonesia), dengan estimasi produktivitas rata-rata 40 ton/ha/tahun, akan dihasilkan 2 juta ton udang/tahun. 

Bila harga jual pasaran udang rata-rata Rp. 50.000,-/kg, maka nilai ekonomi yang diperoleh hingga Rp. 100 triliun/tahun. 

Manfaat lainnya, jika dalam 1 Ha usaha tambak udang vanamei skala intensif diperlukan 4 orang tenaga kerja langsung, maka pengembangan usaha diatas bisa menyerap tenaga kerja hingga 200.000 orang.

Strategi Pengembangan 

Guna mengoptimalkan potensi usaha akuakultur Indonesia dalam rangka pemulihan ekonomi di masa pandemi, setidaknya sejumlah langkah strategis yang mesti segera dilakukan, antara lain. 

Pertama, menyusun peta jalan pengembangan akuakultur dengan  prioritas pada komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan berorientasi ekspor, seperti udang, lobster, kerapu, nila, dan rumput laut.

Kedua, mengembangkan program usaha akuakultur berbasis masyarakat dengan skala ekonomi yang menguntungkan terutama bagi tenaga kerja yang terdampak pandemi, misalnya melalui klaster usaha budidaya udang kolam bundar, usaha budidaya dengan teknologi bioflok untuk komoditas pasar domestik (seperti lele, nila, dan patin), serta budidaya rumput laut terintegrasi dengan pabrik pengolahan. 

Ketiga, menarik investasi secara signifikan guna mengembangkan usaha akuakultur skala intensif yang berkelanjutan, melalui kemudahan perizinan dan persyaratan usaha berdasar implementasi UU Cipta Kerja.

Keempat, merelaksasi kredit usaha akuakultur dari hulu hingga hilir, terutama bagi skala UMKM yang terkena imbas pandemi. 

Kelima, merevitalisasi industri pengolahan hasil akuakultur terutama pada komoditas yang berorientasi ekspor, seperti udang, lobster, nila, dan rumput laut, sesuai dengan trend pasar saat ini yang cenderung memilih produk olahan. 

Keenam memperluas pasar ekspor maupun domestik, diantaranya melalui sertifikasi produk akuakultur, pemasaran digital, kampanye makan ikan sehat, dll. Dan Ketujuh, menjaga sistem logistik hasil akuakultur agar lebih produktif, efisien, dan berdaya saing.

Melalui sejumlah langkah strategis diatas, diharapkan usaha akuakultur mampu membantu pemulihan ekonomi nasional di masa krisis pandemi. Lebih jauh lagi bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan, menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun