Sebagian warga kampong melayu menamakan dirinya sebagai Kampoeng Sasirangan. Pembuatan kain sasirangan membutuhkan air yang ditambakan pewarna, setelah kain di sirang maka akan dimasukkan kedalam perendaman air yang sudah ditambah pewarna, dengan suhu panas mencapai waktu hingga 60 menit perendaman, setelah direndam kain diangkat lalu hasil sirang dilepas dan terbentuklah kain sasirangan. Inilah peran pemerintah dalam melestarikan kearifan lokal dengan membuat plank yang berada disiring kota Banjarmasin dengan corak khas yaitu sasirangan, gunanya untuk melestarikan sasirangan. Sayangnya pemerintah belum memperhatikan limbah sasirangan yang di buang kesungai, warga kebingungan bagaimana mengelola limbah tersebut, peran pemerintah penting untuk hal ini agar sungai Martapura tidak tercemar. Kalimantan Selatan mewajibkan sekolah untuk mengenakan kain sasirangan dalam seragam sekolah sebagai budaya Banjar.
3. Menara Pandang
Gambar 04: Menara Pandang . Sumber: Foto Pribadi
Saat memandang keatas tampak bangunan tinggi terlihat, ketika berada dipuncak yang paling tinggi maka akan terlihat pemandangan yang indah, hamparan perumahan dan sungai Martapura terlihat jelas dengan angin yang berhembus. Saat ingin berada di puncak maka anda harus menaiki anak tangga dengan perlahan. Bangunan ini sangat megah dan kokoh tepat berada di bantaran sungai Martapura, keindahan bangunan tampak indah ketika memasuki malam hari inilah yang disebut “Menara Pandang”. Menara ini dibuat untuk kalangan umum dan juga digunakan sebagai kantor pemerintah.
4. Pasar Terapung
Sumber: foto dari http://travel.kompas.com/read/2014/02/08/1636529/Napas.Baru.Pasar.Terapung.di.Akhir.Pekan
Siring kota Banjarmasin akan ramai saat hari sabtu dan minggu, siapa sangka pasar terapung yang tergusur hilang kian waktu, kini pemerintah kota Banjarmasin menyisiati pembuatan tempat untuk pasar terapung di siring kota Banjarmasin. Pasar terapung biasanya terdapat di sungai Barito dan Lok Baintan, sekarang juga ada di siring. Isitilah pasar terapung digunakan untuk jual beli atau barter (tukar barang), namun sekarang ini barter tidak berlaku lagi, mungkin hanya sesama penjual saja yang masih menggunakan sistem ini. Tempo dulu barter merupakan hal yang lumrah, wisatawan yang datang berbagai penjuru dunia untuk melihat hingga membeli dagangan yang disajikan di jukung dan kelotok. Sebutan penjual adalah “acil” untuk perempuan dan “Paman” untuk laki-laki, apabila anda ingin membeli sesuatu maka jangan terkejut, penjual biasanya mengenakan pupur basah (bedak) mungkin saja ini adalah budaya, apabila beraktifitas memakai pupur basah. Kebanyakan yang dijual adalah hasil dari olahan rumah tangga, pertanian, perkebunan dan hasil tangkapan ikan.