Mohon tunggu...
Muhammad Reza Zidan
Muhammad Reza Zidan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pariwisata Di Bandar Lampung

19 Desember 2024   09:15 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:12 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUI PARIWISATA DI BANDAR LAMPUNG

 

Ringkasan Eksekutif 

Bandar Lampung memiliki potensi pariwisata yang besar dengan 134 objek wisata, meliputi destinasi alam, budaya, sejarah, religi, hingga edukasi. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 2.020.386 wisatawan mengunjungi Bandar Lampung, dengan target kunjungan pada tahun 2024 mencapai 2.361.000 wisatawan. Secara regional, Provinsi Lampung mencatat pergerakan wisatawan nusantara sebesar 10,26 juta orang pada periode Januari-September 2023, menempatkannya sebagai urutan ketiga tertinggi di Pulau Sumatera.

Namun, pengembangan sektor ini masih menghadapi tantangan, seperti infrastruktur yang belum memadai, kurangnya tenaga kerja terampil, dan minimnya promosi destinasi wisata. Untuk mengatasi kendala tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis, seperti peningkatan infrastruktur dan aksesibilitas menuju destinasi wisata, pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga kerja pariwisata, serta optimalisasi promosi berbasis digital untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Selain itu, penting untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan destinasi wisata melalui program berbasis komunitas guna meningkatkan rasa kepemilikan dan kontribusi terhadap pengembangan pariwisata. Pendekatan berbasis keberlanjutan juga harus diterapkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan budaya, sehingga sektor ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan daerah.

Sebagai langkah strategis, penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) diperlukan untuk memberikan panduan terstruktur dalam pengelolaan pariwisata Bandar Lampung. Dengan kebijakan yang tepat dan implementasi yang konsisten, Bandar Lampung dapat meningkatkan daya saingnya sebagai destinasi wisata unggulan, mencapai target kunjungan, dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

Pendahuluan 

Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para ahli dan perencana pembangunan. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk juga pengusahaan obyek serta daya tarik wisata serta usaha–usaha yang terkait dengan bidang tersebut. Pariwisata juga merupakan kegiatan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya yang dilakukan dalam waktu sementara, yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah yang dikunjungi, tetapi untuk mendapatkan kenikmatan, mengetahui sesuatu, mencari kepuasan dan kebahagiaan dengan melakukan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. (James J. Spillane, 1987 ).

Sektor pariwisata saat ini semakin berperan dalam menunjang pembangunan nasional maupun daerah. Sejak tahun 1997 diharapkan sektor pariwisata menjadi sumber andalan devisa negara di luar sektor nonmigas. Pemerintah dalam pengembangan pariwisata melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Pariwisata menegaskan bahwa: “Dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat, GBHN telah menetapkan bahwa pembangunan kepariwisataan dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang diandalkan untuk  memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dari lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta memper-kenalkan alam, nilai dan budaya bangsa.”Untuk mencapai target tersebut, maka kegiatan pariwisata perlu ditingkatkan, karena selain menambah devisa negara, juga memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan aneka ragam kebudayaan serta alam Indonesia yang indah. Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan pariwisata, arena selain memiliki alam yang indah juga aneka ragam budaya dan adat istiadat. Sayangnya, potensi ini belum tergarap secara optimal, mungkin karena alasan dana atau sumber daya manusianya yang belum siap. Untuk itu, pemerintah saat ini berupaya menggali potensi alam atau budaya yang bisa dipakai sebagai tujuan wisata.

Lampung memiliki daratan seluas 35.367,5 km2 dan luas perairannya mencapai 51.991 km2, garis pantai membentang sepanjang 1.105 km2 serta terdiri dari 69 pulau besar dan kecil. Letak geografis Lampung yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan Laut Jawa menjadikan Lampung sebagai propinsi yang menjadi gerbang utama keluar-masuk Pulau Sumatera ke pulau Jawa. Dapat diketahui bahwa dari sektor pariwisata di Lampung pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan dari segi kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Di Lampung terdapat beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan menarik, yaitu seperti Taman Nasional Way Kambas, Menara Siger, Air terjun Putri Malu, Gunung Krakatau, Taman Wisata Lembah Hijau, Taman Purbakala Pugung Raharjo dan banyak lainnya. Selain terdapat tempat wisata tersebut, di Lampung juga terdapat sangat banyak wisata pantai atau pulau yang juga menarik, yaitu Pulau pasaran, Pantai Pasir Putih, Teluk Kiluan, Pulau Kubur, Pantai Tanjung Setia, Pantai Mutun, dan lainnya.

Deskripsi Masalah

Pengembangan pariwisata di Bandar Lampung menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian daerah. Beberapa permasalahan utama nya yaitu :

  • Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM): Kurangnya tenaga kerja terampil dan profesional di bidang pariwisata menghambat pengelolaan destinasi wisata secara optimal. Pemandu wisata seringkali mendapat perhatian yang rendah, yang mengakibatkan timbulnya permasalahan serius dalam industri kepariwisataan.
  • Infrastruktur yang Belum Memadai: Meskipun terdapat beberapa destinasi wisata, infrastruktur pendukung seperti aksesibilitas, fasilitas umum, dan sarana transportasi masih perlu ditingkatkan untuk mendukung kenyamanan wisatawan. Kondisi ini dapat memengaruhi pengalaman wisatawan dan berdampak pada jumlah kunjungan.
  • Kurangnya Promosi dan Pemasaran: Upaya promosi destinasi wisata Bandar Lampung belum maksimal, sehingga potensi wisata belum dikenal luas oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal ini mengakibatkan rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke daerah tersebut.
  • Keterbatasan Anggaran dan Pendanaan: Pengembangan pariwisata memerlukan investasi yang signifikan. Keterbatasan anggaran dari pemerintah daerah menjadi kendala dalam pembangunan dan pemeliharaan destinasi wisata.
  • Persaingan dengan Destinasi Lain: Bandar Lampung harus bersaing dengan destinasi wisata lain di Sumatera yang lebih dikenal, seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat, yang memiliki jumlah kunjungan wisatawan lebih tinggi.
  • Keterbatasan Data dan Rencana Pengembangan: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bandar Lampung masih dalam proses, yang dapat menghambat perencanaan dan pengembangan destinasi wisata secara terstruktur.

Rekomendasi Kebijakan 

Pengembangan pariwisata di Bandar Lampung membutuhkan pendekatan yang komprehensif untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan kualitas infrastruktur dan aksesibilitas menuju destinasi wisata. Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan jalan, penyediaan fasilitas umum, serta mengintegrasikan transportasi umum dengan rute wisata untuk mempermudah wisatawan mengakses lokasi wisata. Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pariwisata juga menjadi prioritas. Pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga kerja pariwisata, seperti pemandu wisata dan pengelola homestay, dapat meningkatkan standar pelayanan kepada wisatawan. 

Promosi pariwisata Bandar Lampung perlu dioptimalkan melalui pemanfaatan teknologi digital, seperti pembuatan platform daring yang memuat informasi lengkap mengenai destinasi wisata, event lokal, dan paket perjalanan. Kampanye pemasaran melalui media sosial dan kolaborasi dengan influencer juga dapat memperluas jangkauan promosi. Pengelolaan destinasi wisata yang melibatkan masyarakat lokal sangat penting untuk menciptakan rasa kepemilikan dan meningkatkan partisipasi mereka dalam pengembangan pariwisata. Ini bisa diwujudkan melalui pembentukan kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan pelatihan manajemen usaha wisata bagi komunitas setempat. 

Selain itu, pengembangan pariwisata berkelanjutan harus menjadi fokus utama. Hal ini mencakup penerapan prinsip keberlanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan, budaya, dan sosial di destinasi wisata. Edukasi lingkungan dapat diintegrasikan ke dalam aktivitas wisata untuk meningkatkan kesadaran wisatawan. Pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pelaku usaha pariwisata yang mendukung pengembangan destinasi lokal, seperti pengurangan pajak atau bantuan dana. 

Terakhir, penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) menjadi langkah strategis untuk mengarahkan pengembangan pariwisata secara terstruktur. Rencana ini harus melibatkan para ahli, pelaku pariwisata, dan masyarakat, serta mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Dengan kebijakan-kebijakan ini, Bandar Lampung diharapkan dapat memaksimalkan potensi pariwisata yang dimiliki, sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun