(100motivasi.wordpress.com)
Jika kita tidak mengelola emosi kita, maka diri kita akan diperbudak oleh emosi-emosi yang muncul. -Reza Wahyu
Kesuksesan seseorang tidak hanya tergantung dari kinerja dirinya sendiri. Seringkali, orang lain adalah faktor kunci dalam keberhasilan seseorang. Apalagi, jika kita berada dalam suatu lingkungan kerja seperti pada suatu perusahaan.
Kemajuan karir atau bisnis kita akan sangat ditentukan oleh beragam kesempatan dan peluang. Banyak kesempatan yang didapat dari pertemuan dengan orang lain atau menemukan orang yang tepat yang bisa memberikan peluang kita untuk maju.
Pekerjaan yang kita lakukan juga akan menjadi lebih efektif jika kita mendapatkan bantuan dan dukungan dari orang lain. Maka dari itu, jaringan pertemanan dan relasi bisnis menjadi sangat penting bagi kesuksesan bahkan melebihi kompetensi diri sendiri atau kecerdasan intelektual (IQ).
Maka dari itu, kecerdasan emosi dan sosial adalah kunci dari keberhasilan sejati disamping kecerdasan intelektual. Kecerdasan emosi akan memampukan kita untuk mengelola diri dalam berperilaku. Kecerdasan sosial akan meningkatkan keahlian komunikasi kita serta berstrategi dalam interaksi kita dengan orang lain untuk mencapai tujuan kita secara sukses.
Orang-orang yang sukses di berbagai bidang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam mengelola diri dan hubungan sosial dengan orang lain. Kemampuan inilah yang disebut dengan kecerdasan emosi atau EQ/EI.
Menurut suatu survei oleh lembaga peneliti, 90 persen karyawan yang berkinerja tinggi memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Sementara 80% pekerja yang produktivitasnya rendah memiliki kecerdasan emosional yang juga rendah.
Positifnya, kecerdasan emosi atau EQ bisa berkembang seiring pembelajaran personal yang tidak seperti IQ yang cenderung stagnan tidak bisa berubah banyak. Kecerdasan emosi ini bisa kita tingkatkan, yang pada akhirnya bisa meningkatkan peluang kita untuk sukses.
Kecerdasan emosi dan sosial ini akan memampukan seseorang dengan berbagai keahlian seperti memotivasi diri, mengatasi stres dan tekanan di tempat kerja, menguatkan kegigihan, menangani konflik, berkolaborasi, berdisiplin, bekerja sama dalam tim, membangun kepercayaan, keahlian persuasi serta negosiasi, mempengaruhi orang lain dan kepemimpinan.
Maka dari itu, pengukuran dan pelatihan dalam aspek kecerdasan sosial-emosional sangat direkomendasikan kepada perusahan-perusahaan yang ingin unggul dalam persaingan. Kecerdasan emosi atau EI menjadi satu keunggulan kompetitif strategis yang menguntungkan perusahaan.
Di tahun 1980-an, seorang psikologis bernama Dr. Reuven Baron memulai riset di bidang etika dan perilaku terhadap orang-orang yang dinilai pintar. Tahun 1985, dia menciptakan istilah kecerdasan emosi dan terus menguji keilmiahan dari teorinya. Tahun 1997, setelah 17 tahun meneliti, dia menerbitkan tulisan yang memverifikasi validitas dari kecerdasan emosi.
Terdapat beberapa faktor dalam kecerdasan emosi yang menunjang kompetensi seseorang dalam suatu lingkungan kerja. Ada faktor kesadaran diri untuk memahami emosi pribadi dan mengendalikannya. Lalu faktor empati agar bisa lebih mengerti orang lain dan membaca arah dinamika berkelompok. Faktor ketegasan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pemikiran secara efektif tanpa agresivitas yang berlebihan.
Kecerdasan emosi juga akan memampukan seseorang untuk membedakan pengalaman subyektif dari fakta-fakta yang obyektif, mengatur harapan yang realistis, dan menolak impuls atau dorongan untuk bertindak secara terburu-buru.
Selanjutnya, kecerdasan emosi yang tinggi ditandai oleh keahlian beradaptasi secara fleksibel dengan menyesuaikan perilaku terhadap perkembangan situasi dan kondisi yang ada. Membangun perilaku yang konstruktif serta penuh percaya diri untuk berkinerja secara lebih baik.
Dan banyak sikap-sikap lainnya yang menunjukkan ketinggian dari kecerdasan emosi seseorang seperti rasa tanggung jawab, mandiri tapi mau bekerja sama dan jadi pendengar yang baik, optimis serta banyak sifat-sifat positif yang tahan terhadap stres ataupun tekanan.
Kecerdasan emosi akan sangat mendukung kesuksesan seseorang kala menghadapi masalah dari lingkungan dan tantangan dari orang lain. Hasrat diri untuk beraktualisasi akan memenuhi potensi kapasitas dirinya agar mampu menciptakan kehidupan yang sejahtera.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi yang tinggi berarti motivasi yang tinggi juga untuk mencapai sukses.
Pemimpin yang cerdas emosinya akan bisa memberikan keteladanan yang inspiratif untuk dicontoh, dan arahan yang efektif berkat pemahamannya pada emosi dirinya dengan orang-orang dalam interaksi sosialnya. Para manajer yang meningkat kecerdasan emosinya akan menjadi visioner, inovatif, serta semakin kompeten dalam mengelola diri dan orang lain.
Komunikasi antar rekan kerja, kepada atasan atau bawahan, dan sama pihak-pihak lainnya yang terkait akan semakin lancar berkat peningkatan kecerdasan emosi ini. Jaringan binis dan dinamika kelompok kerja akan mampu mengatasi segala tantangan dalam berinteraksi. Para pegawai akan menjunjung integritas yang tinggi, karyawan menjadi proaktif dan bersemangat dalam bekerja.
Kita bisa meningkatkan kecerdasan emosi ini dimulai dari diri sendiri (selain mengikuti trainingnya), misalnya dengan mempelajari emosi-emosi yang negatif. Kita harus belajar mengenal penyebab dan teknik menenangkan diri dari emosi yang negatif. Saya akan menuliskan beberapa tip praktis untuk meningkatkan kecerdasan emosi di tempat kerja dalam blog 100motivasi ini di tulisan-tulisan selanjutnya. Selain itu, kita perlu mengerti petunjuk-petunjuk non-verbal dari interaksi kita dengan orang lain.
Maka dari itu, kemampuan untuk bisa asertif dan mengeluarkan emosi-emosi yang sulit amat diperlukan jika kita ingin meningkatkan kecerdasan emosi ini. Dan tentunya juga bersama dengan kemampuan kita dalam mengungkapkan emosi-emosi yang intim dalam hubungan personal kita.
Akhirnya, kita juga bisa meningkatkan sukses di perusahaan tempat kita bekerja dengan aplikasi kecerdasan emosi yang mumpuni. Saya akan memaparkan teknik-teknik meningkatkan produktivitas dengan implementasi kecerdasan emosi di tempat kerja, stay tuned!
Baca juga:
Anger Management: Tips Mengendalikan Emosi
Rahasia Sukses Bisnis Waralaba McDonald’s
Evolusi, Emosi, dan Motivasi
Meraih Mimpi Tanpa Rasa Kecewa
Tehnik Menghentikan Pikiran Negatif
Sumber: http://100motivasi.wordpress.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H