Misalnya rasa marah jangan ditekan tapi juga jangan diekspresikan sehingga bisa membesar dan membahayakan diri serta orang lain. Amarahnya bisa diobservasi tanpa lupa diri untuk dicari maknanya, ditindaklanjuti dengan bijak, dan lalu memaafkan semuanya.
Amarah hanya perlu dirasakan, disadari, dan direlakan. Berikan maaf secara langsung kalau mampu. Kalau sulit, silahkan tuliskan semua hal yang menjadi sumber amarah, caci maki orang yang dibenci dalam sebuah surat, buat jurnal emosi, lalu bakar dan relakan.
Perasaan apapun akan datang dan pergi, tidak ada yang abadi dirasakan terus-menerus selamanya jika kita bisa merelakannya.
Solusi Spiritual untuk Problema Psikologis
Tips selanjutnya adalah memanfaatkan iman dan keyakinan serta ajaran-ajaran agama. Kuatkan kepercayaan serta praktekkan ritual-ritual yang mengembangkan emosi positif seperti banyak-banyak bersyukur dan berdoa, bermeditasi atau berdizikir dalam agama Islam, memberi atau bersedekah dan menolong orang lain, berpuasa serta pergi ke tempat ibadah umum seperti masjid, wihara, pura, atau gereja sesuai keyakinan masing-masing.
Kuatkan kontak dengan kekinian, bernafas dalam-dalam dengan perlahan dan rasakan setiap sensasi diri dengan keterbukaan serta penerimaan. Menerima dan merasakan apapun yang ada saat ini.
Jangan terikat dengan pikiran mana pun di masa lalu, masa sekarang, dan yang di masa depan seperti penyesalan, amarah, dan kecemasan.
Kita bisa membebaskan diri dari keterikatan itu. Bahasa spiritualnya, melepaskan segala harapan atau keinginan untuk mengendalikan hal-hal yang diluar kendali kita dengan ikhlas dan pasrah.
Bersabar dan sadari inti diri melebihi batasan fisik, akses ruh dalam tubuh yang merupakan sumber kerohanian kita.
Langkah selanjutnya adalah menemukan nilai-nilai yang paling berarti dalam hidup kita dan bertindak dengan prinsip-prinsip sejati tersebut. Kita berkomitmen untuk berperilaku sesuai prinsip berdasarkan nilai yang abadi, bukan bertindak karena perasaan yang bersifat sementara. Misalnya dengan tetap berpegang teguh pada kejujuran, integritas, siap bertanggung jawab, adil, dan seterusnya.
Sebagai contoh, amarah hanya perlu dirasakan tapi tindakan kita tetap harus berdasarkan prinsip dan nilai yang menjadi komitmen kita. Pegangan atau tuntunan perilaku kita berasal dari prinsip dan nilai, bukan emosi sesaat sehingga kita tidak akan sesat. Inilah komitmen yang harus kita jaga selamanya.
Social Support atau Bantuan Sesama
Pengendalian emosi adalah sebuah keahlian, yang penguasaannya membutuhkan proses. Proses pembelajaran untuk mengelola pikiran dan perasaan membutuhkan waktu seumur hidup serta seringkali terasa berat.