Kebanyakan manajemen sumber daya manusia di dalam sebuah perusahaan lebih condong memperhatikan motivasi ekstrinsik seperti gaji dan promosi sebagai sebuah sistem yang juga sudah rumit. Fokus kepada penataan faktor-faktor yang menumbuhkan motivasi intrinsik jarang dipedulikan oleh divisi personalia.
Tapi faktanya, para eksekutif di dalam sebuah organisasi yang mengejar keuntungan ataupun yang nirlaba tidak hanya perlu menetapkan struktur gaji dan tunjangan saja namun juga harus menyiapkan perencanaan serta pengkondisian lingkungan kerja yang memotivasi para karyawan dan sales person secara intrinsik.
Pertama-tama, perusahaan perlu mengembangkan suatu budaya organisasi yang menjunjung tinggi integritas, keadilan, dan konsistensi agar karyawan tidak terpuruk dalam ketidakpastian, keragu-raguan, dan segala emosi negatif lainnya yang bisa mendemotivasi.
Lalu, manajemen harus mengutamakan produktivitas dan memancing hasrat karyawan untuk berprestasi dengan berkontribusi dan berprestasi secara unggul. Semangat berkompetisi perlu dipupuk dalam persaingan yang sehat antara sesama rekan kerja. Pengembangan kompetensi karyawan serta pemberian sarana untuk memfasilitasi pekerjaannya juga perlu diperhatikan agar karyawan bisa produktif.
Selanjutnya, manajemen perlu mengelola komunikasi sesama pegawai dan antar atasan-bawahan agar rutin dan berguna. Kritik yang diberikan harus membangun dan memberikan masukan yang berguna. Semua opini dan pendapat perlu ditampung serta segala jenis usulan inovatif harus diterima. Misalnya dengan membuat kotak saran atau mengadakan sesi brainstorming bersama.
Khusus untuk wiraniaga sebagai ujung tombak bisnis dan semua karyawan yang memiliki target, perusahaan harus menetapkan target yang rasional tapi cukup menantang. Target yang menantang batas-batas kemampuan tetapi tidak terlalu menekan atau membebani akan menciptakan kondisi optimal yang biasa disebut flow oleh para psikolog yang akan mendorong motivasi seseorang secara maksimal.
Penetapan sasaran-sasaran kerja untuk pekerja secara umum harus menarik dan tidak membosankan. Silahkan baca cara untuk mengatasi kebosan karyawan disini dan disini.
Selain membuat ekspektasi yang jelas serta logis, manajemen juga harus menebarkan esensi dari visi dan misi perusahaan kepada seluruh unit kerja. Menjadikan setiap tugas yang diberikan bermakna bagi sang pegawai dan berguna bagi organisasi. Tujuan yang direncanakan untuk diraih mesti memiliki kebaikan bagi masyarakat jangan sampai merugikan bahkan merusak lingkungan.
Penjagaan etika dan moralitas ini bisa diarahkan dalam suatu komunitas yang sengaja dibentuk atau didukung oleh manajemen. Pertemuan informal maupun formal, pembentukan kelompok atau tim kerja, pendirian klub berdasarkan minat karyawan pada aktivitas fisik, diskusi intelektual, atau pembahasan spiritual, harus dijaga dalam koridor yang penuh dukungan oleh manajemen.
Dan yang terpenting, dalam pekerjaan utama sang pegawai itu sendiri harus mengandung elemen otonomi, pengembangan kompetensi serta arti yang penting bagi hubungan-hubungan sosialnya; bahwa pekerjaannya bermakna untuk sesama minimal bagi teman, pasangan atau keluarganya.
Otonomi berarti kewenangan dan keleluasaan yang diberikan perusahaan untuk karyawan agar dapat menyelesaikan tugasnya, bahkan melebihi target kerjanya dengan kemandirian serta didorong untuk berinovasi. Kedisiplinan tetap perlu ditegakkan namun tidak terlalu menyesak dan menekan mental karyawan.