Yang terpenting disini adalah transformasi tujuan menjadi tindakan yang spesifik. Strategi yang telah dibuat harus diterjemahkan menjadi beberapa urutan aktivitas atau prosedur kerja dan juga mengidentifikasi potensi problema yang bisa menghambat implementasi tersebut.
Sasaran-sasaran kerja yang ditugaskan oleh para manajer kepada para karyawannya harus mengikuti visi dan misi yang telah diarahkan agar bukan sekedar berusaha mencapai tujuan, tapi juga mencapai tujuan yang benar secara tepat.
Perangkat untuk membuat prioritas dan menyusun jadwal pencapaian tujuan mesti disimulasikan dan dievaluasi agar dapat dengan akurat mengukur seberapa jauh upaya atau sudah seberapa dekat posisi terkini dengan tujuan yang diinginkan diraih di masa depan.
Kerangka Kerja Implementasi Strategi
Kerangka kerja yang merangkai kaitan kinerja karyawan dengan produktivitas perusahaan harus terdiri dari beberapa faktor seperti: fokus dan berani menyisihkan pekerjaan yang kurang penting, lalu memperhatikan daya ungkit demi efisiensi sumber daya, selanjutnya adalah mempererat keterlibatan karyawan dari sekedar kepatuhan terhadap otoritas menjadi komitmen yang penuh semangat mandiri.
Dan yang terpenting, faktor yang terakhir dalam disiplin diri adalah akuntabilitas. Tak perduli betapa briliannya sebuah gagasan, tidak berdampak apa-apa tanpa tindakan yang konsisten.
Akuntabilitas berarti menjunjung tinggi integritas dan tetap gigih memegang prinsip untuk mengutamakan prioritas.
Tantangan Kepemimpinan pada Tahap Pelaksanaan
Lemahnya tahap pelaksanaan atau eksekusi strategi organisasi diakibatkan oleh resistensi diri atau sulitnya merubah perilaku orang lain. Perubahan dalam pemikiran dan kebiasaan tidak mudah serta membutuhkan waktu. Banyak yang gagal karena tidak mau meninggalkan zona nyaman tanpa ada yang perlu berubah. Banyak tulisan di blog 100motivasi.wordpress.com ini yang membahas tentang perubahan dan tantangan yang menyertainya.
Tantangan kedua berasal dari lingkungan yang bisa membuai dengan berbagai alasan yang bisa menyibukkan dengan menuntut respons dan reaksi yang tidak mendukung pencapaian tujuan utama secara langsung. Banyak aktivitas yang menghabiskan waktu dan sumber daya tapi tidak terlalu penting untuk produktivitas.
Para pemimpin harus bisa mengantisipasi dan menahan inovasi dengan berkonsentrasi pada satu atau dua pencapaian prestasi terlebih dahulu. Pimpinan mesti bisa menjadi agen perubahan yang membawa nilai-nilai budaya ke dalam suatu sistem transformasi perilaku organisasi dengan wawasan kinerja.