Mohon tunggu...
Reza P.
Reza P. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup untuk Mati.

Perbanyak Kebaikan dan kurangi keburukan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dilema antara Kecerdasan dan Kecantikan

26 Juli 2021   23:51 Diperbarui: 26 Juli 2021   23:56 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilema Antara Kecerdasan dan Kecantikan

Oleh: Mr. Reza P.

Pengangguran di Indonesia kian hari semakin meningkat, hal ini disebabkan karena semakin ketatnya persaingan hidup. Bukan hanya itu, pengangguran ini terjadi juga karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,75 juta orang pada Februari 2021. Jumlah tersebut meningkat 26,26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,93 juta orang. 

Mencari kerja kian hari juga semakin sulit, dan ketika lowongan pekerjaan ada, tentunya tidak mudah untuk lolos menjadi pekerjanya. Persyaratan yang cukup banyak bukan lagi menjadi halangan bagi pencari kerja. Mereka rela meluangkan banyak waktu guna untuk mengurusi hal tersebut.

Namun dalam sekian persyaratan, hal yang sangat menonjol adalah bahwasanya setiap pekerja harus mampu berpenampilan menarik. Meskipun itu kewenangan dari pemberi kerja.

Namun acapkali persepsi sebagian orang terkait hal tersebut adalah berpenampilan dengan postur tubuh yang seksi dan wajah yang dihiasi dengan produk kecantikan.

Melihat fenomena demikian, perusahaan pemroduksi alat dan bahan kecantikan tentunya tidak mau diam saja melihat hal tersebut. Karena bagi mereka hal demikian merupakan kesempatan yang amat bagus untuk melariskan produk-produk kecantikannya. Entah apakah hal ini hanya settingan ataukah suatu kenyataan. Sehingga produk-produk kecantikan yang sering diabaikan, kini justru menjadi rebutan.

Media massa dan sosial tentunya jalan utama untuk mempromosikan produknya. Karena sangat diketahui bahwasanya pengguna terbanyak dari media tersebut adalah kaula muda. Sehingga tanpa disadari, bahwa hal terpenting dari kelulusannya dalam melamar pekerjaan adalah berpenampilan menarik. Padahal banyak juga diantara pelamar kerja yang tidak berpenampilan menarik, namun memiliki kecerdasan yang cukup baik dan bahkan sangat baik. Kecerdasan yang dimaksudkan disini adalah kecerdasan intelektual

Dilansir dari Wikipedia, bahwa pengertian dari Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: intelligence quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. 

Tanpa disadari juga, media massa berhasil membentuk sterotype bahwa perempuan harus selalu tampil menarik, cantik, sempurna dan seksi agar bisa dengan mudah menarik perhatian orang lain bahkan lawan jenisnya. Agar di tempat ia bekerja ramai dikunjungi.

Bukan hanya itu, kita bisa melihat para perempuan-perempuan cantik yang mempromosikan produk rokok. Padahal perempuan sangat himbau  untuk tidak merokok karena sangat berbahaya bagi kesehatannya. Sebagaimana Studi yang dipublikasikan Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention menunjukkan bahwa perempuan 2 kali lipat atau 8 persen lebih tinggi untuk terkena kanker usus besar dibandingkan pria perokok.

Padahal kebanyakan perokok itu dari kaum laki-laki. Namun anehnya, justru perempuanlah yang dijadikan sebagai aktor yang mempromosikan produk tersebut. Apakah karena kemolekan dan kecantikan yang dimiliki, sehingga para kaum adam tergoda, hingga membuatnya terkesan malu untuk menolak, jika tidak membeli. Akan Tapi begitulah cara-cara yang digunakan, agar produknya laris dipasaran. Terlepas itu kewenangan dari pemberi kerja.

Sekali lagi, apakah hal ini merupakan permainan kaum elit (settingan), sehingga banyak yang terfokuskan memperbaiki penampilan dari pada kecerdasan.

Kita bisa melihat bukti yang lainnya juga dari fenomena tersebut. Silahkan masuk ke pusat perbelanjaan dan lihatlah, bagaimana orang-orang di sana berlomba-lomba untuk menampilkan kecantikannya. Seakan-akan sedang mengiklankan produk kecantikan yang digunakannya.

Sehingga kini kaum perempuan mulai menanggalkan kecerdasannya demi menonjolkan kecantikan.

Bukan hanya di dalam dunia kerja, di dalam dunia pendidikan pun, media kerap menyoroti beberapa mahasiswi dari kecantikannya. Dalam perihal unjuk rasa misalnya, banyak mahasiswi yang ikut berorasi yang berhasil diliput. Namun sayangnya yang diberitakan kadang bukan pesan intelektual yang ingin disampaikan kepada penguasa, namun justru kecantikannya yang menjadi sorotan. 

Sejatinya setiap manusia memiliki kadar kecerdasan yang berbeda-beda, akan tetapi hal itu harus tetap dipertahankan. Jangan sampai kecerdasan itu terkalahkan hanya sebatas penampilan belaka.

Tentunya banyak hal positif yang mampu diperbuat oleh perempuan. Kemampuannya untuk mengolah kecerdasan, tentu bisa menginspirasi bagi perempuan lainnya. Ditandai juga dengan banyaknya perempuan-perempuan yang mengambil posisi-posisi starategis dalam pemerintahan, pendidikan dan lain sebagainya, yang menandakan bahwa perempuan juga merupakan orang-orang yang hebat.

Bahkan ada sosok perempuan yang hingga saat ini tetap masih mampu menginspirasi banyak perempuan, dan dia adalah Raden Ajeng Kartini.

Oleh karena itu, saatnya untuk memulai mengintrospeksi diri, apakah selama ini kaum perempuan banyak menanggalkan kecerdasan demi kecantikan ataukah menyeimbangkan diantara keduanya. Jawaban itu tentunya ada pada diri perempuan itu sendiri.

Sehingga sangat diharapkan juga, agar masyarakat lebih jeli lagi dalam menyerap informasi, terutama tayangan yang berkaitan tentang perempuan. Lihatlah hal yang bisa dijadikan inspirasi darinya bukan hanya melihat kecantikannya semata. Agar rasisme semakin tereduksi terlebihnya ditiadakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun