Bagi anda yang bukan pecinta kopi mungkin hingga saat ini anda akan jarang sekali mendengar nama negara Brazil. Namun hal itu tidak terjadi karena adanya kaki emas yang menari nari diatas lapangan hijau pada diri seorang pele, anggap saja anda tidak setua itu pasti anda tau "Ronaldo asli" yang berkepala pelontos dengan jambul eksentriknya memporak porandakan pertahanan Jerman pada worldcup tahun 2002.
Atau, jika anda besar di era milenial setidaknya sekali dalam hidup anda pernah mengetikan nama Ronaldinho dalam kolom search youtube hanya untuk melihat kumpulan skill pria murah senyum ini dan mencoba meniru nya. Karena selain  sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia, sepakbola lah yang menggaungkan nama Brazil ke seluruh antero dunia.
Dengan luas wilayah sekitar 8.516 juta km persegi, wajar saja kalau kini Brazil berada pada urutan ke-5 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tuhan begitu baik, meletakan Brazil Berada di garis khatulistiwa, hal ini menjadikan negara ini memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah.Â
Adanya hutan amazon yang disebut sebagai "paru-paru dunia" karena merupakan salah satu ekosistem hutan terbesar di dunia. Ditambah  lagi cadangan mineral serta minyak yang belum tereksplorasi seutuhnya sulit membayangkan betapa subur nya tanah negri ini. Namun Tuhan juga adil, dengan tidak serta merta menjadikan Brazil sebagai negara adidaya seperti Amerika, Rusia atau Jepang.Â
Dalam sektor ekonomi negara ini sangat sulit bersaing dengan negara negara lainya. Pada tahun 2014 pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Brazil kurang dari 0,15% dengan tingkat inflasi yang cukup besar 6,41%. Menurut data Index Mundi tingkat kemiskinan brazil ada pada angka 21,4% dengan 4,2% nya berada pada titik ekstrem. Hal ini diperparah dengan masalah korupsi yang menjadi masalah klasik yang tak terselesaikan. Jika sudah begini tak heran semakin banyak masyarakat Brazil yang hidup di area favela (pemukiman kumuh di Brazil).
Jika saja Charles Miller seorang pria kelahiran Brazil berdarah Britania Raya yang mengejar pendidikan di pinggiran kota Southampton tidak pulang ke tanah kelahiran nya dengan membawa 2 buah bola kulit dan kemudian memainkan nya bersama dengan Rubio yang notabene adalah budak nya sebagai bentuk perwujudan egaliter kehidupan berbangsa, mungkin hingga saat ini kita tidak akan pernah tau apa itu Brazil.
Sekali lagi kita memang wajib meyakini bahwa Tuhan maha adil. Di tengah problematika kemiskinan yang ada di Brazil, Tuhan memberikan kekayaan lain berupa talenta sepak bola yang tidak pernah ada habisnya bagi jajahan portugis ini. Deretan bintang sepak bola Brazil selalu hadir menghiasi barisan squad dalam tim di liga liga utama eropa baik itu EPL, La liga hingga Serie A.
Soal skill individu tidak perlu diragukan lagi, paradigma yang melekat bagi pemain asal Brazil adalah kemampuan olah bola dengan indah nan skillfull dalam mengelabui lawan. Trik trik kuno macam rabona, elastico, atau tarian khas Brazil yang diimplementasikan diatas lapangan hijau yang akrab dengan sebutan "gocekan samba" selalu menjadi hiburan tersendiri bagi para penikmat sepakbola.
Jika anda memaksa saya untuk menyebutkan kembali nama pemain top Brazil yang tidak disebutkan dalam prolog tuisan ini, akan sangat mudah bagi saya menyebut nama nama besar seperti Carlos Alberto, Romario, Bebeto, Rivaldo, atau Ricardo Kaka sebagai pemenang balon d'or terakhir sebelum alien dan robot datang ke muka bumi (sebut messi dan CR7).
Jika anda berpikir bahwa talenta Brazil sudah habis, mungkin saya lupa menyebut nama Thiago Silva, Neymar hingga Gabriel Jessus. Jika anda masih belum bisa menerima bahwa Brazil adalah salah satu negara sepakbola terbaik, maka saya patahkan asumsi itu dengan mengingatkan kembali bahwa Brazil memiliki gelar juara World Cup terbanyak dengan raihan sejumlah 5 kali sepanjang pagelaran nya.
Jika kita pecinta sepakbola Indonesia akrab dengan ucapan Tan Malaka bahwa "sepakbola adalah alat perjuangan", maka Tuhan begitu adil mengangkat harkat martabat Brazil yang terkucil dalam segi ekonomi dan politik, namun tetap digdaya memperjuangkan jati diri bangsa nya lewat sepakbola, serta memelihara rasa nasionalisme dan kebanggan masyarakat Brazil lewat olahraga yang luarbiasa ini.
Membaca paragraf diatas mungkin menjadi gambaran nyata alasan Legenda sepakbola Brazil Edson Arantes do Nascimento yang kita kenal sebagai Pele memberikan judul "Why Soccer Matters" bagi Autobiografi nya. Karena sepenting itulah sepakbola bagi masyarakat dunia, khususnya Brazil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H